Menuju Pembangunan Damai: Membangun Kohesi Sosial ... - UNDP
Menuju Pembangunan Damai: Membangun Kohesi Sosial ... - UNDP
Menuju Pembangunan Damai: Membangun Kohesi Sosial ... - UNDP
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Konflik, <strong>Kohesi</strong> <strong>Sosial</strong> dan Perdamaian di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara<br />
4. <strong>Membangun</strong> Perdamaian dan Memperkuat <strong>Kohesi</strong> <strong>Sosial</strong><br />
Bagian sebelumnya telah menggambarkan<br />
berbagai bentuk interaksi, kehidupan<br />
berasosiasi dan upaya-upaya rekonsiliasi<br />
berbasis masyarakat yang menyatukan<br />
penduduk dari beragam latar belakang suku<br />
dan agama di Maluku Utara dan Sulawesi<br />
Tengah. Untuk memudahkan, bagian ini<br />
menggunakan sejumlah kategori untuk<br />
membahas isu kohesi sosial sekaligus<br />
mempertimbangkan isu-isu yang memecahbelah<br />
masyarakat. 20,21<br />
4.1 Pasar dan Hubungan <strong>Sosial</strong><br />
Beragam kegiatan ekonomi saat ini<br />
menyatukan umat Islam dan Kristen dari<br />
berbagai latar belakang suku di kedua wilayah<br />
kajian. Pasar lokal menjadi tempat yang<br />
penting untuk interaksi. Penjual dan pembeli<br />
dari semua kelompok agama dan suku telah<br />
kembali ke pasar yang dulunya dianggap<br />
“tidak aman” untuk didatangi oleh salah satu<br />
dari kelompok-kelompok masyarakat. Di Poso,<br />
para pedagang dari luar daerah telah kembali<br />
beroperasi secara normal, membeli hasil bumi<br />
seperti coklat dan vanili, dan menjual beras<br />
atau produk-produk konsumsi lainnya. Umat<br />
Islam dan Kristen di wilayah-wilayah tertentu<br />
mengatakan telah berangkat ke perkebunan<br />
coklat dalam kelompok kerja campuran yang<br />
terdiri dari 5-10 orang (biasanya laki-laki),<br />
yang disebut mapalus. Tetapi di tempat lain<br />
bentuk kerjasama demikian belum berjalan<br />
kembali. Selain itu, mekanisme kredit tak<br />
resmi atau pengumpulan dana seperti<br />
kelompok arisan masih nampak sebagai fungsi<br />
dari suatu jaringan yang sudah mapan, yang<br />
bercirikan suku, agama atau geografis. Di kota<br />
Labuha, Pulau Bacan, pemerintah kabupaten<br />
yang baru telah merelokasi pasar, yang<br />
sebelumnya terpencil di dalam daerah<br />
pemukiman umat Islam, dan membangun pasar<br />
baru yang terletak di antara pusat kegiatan<br />
utama umat Islam dan Kristen, untuk<br />
mendorong akses yang sejajar bagi kedua<br />
kelompok.<br />
20<br />
Katalog ini mengabaikan peranan Pokja, atau<br />
kelompok kerja untuk memperlancar proses Malino.<br />
21 Lihat juga Kajian Tematis tentang Pemerintahan,<br />
Wanita dan <strong>Pembangunan</strong> perdamaian dan<br />
<strong>Pembangunan</strong> Ekonomi Lokal.<br />
Secara umum, meskipun merupakan<br />
indikator pemulihan pascakonflik yang<br />
berguna, peluang yang diberikan oleh kegiatan<br />
berbasis pasar relatif terbatas untuk<br />
membangun kohesi antar kelompok yang lebih<br />
kokoh. Satu pengecualian adalah potensi<br />
peningkatan kerjasama melalui persatuan<br />
penjual seperti Ikatan Keluarga Warga Pasar.<br />
Hal ini berlaku bagi tempat-tempat yang<br />
penjualnya beragam, atau jika kebanyakan<br />
berasal dari satu kelompok (misalnya Bugis),<br />
yang dapat menjalin kemitraan dengan<br />
kelompok kepentingan lainnya atau dengan<br />
upaya pemulihan di tingkat komunitas. Contoh<br />
lain adalah usaha kecil atau menengah yang<br />
mencakup produsen atau mitra kerja dari<br />
beragam latar belakang yang keberhasilan<br />
bersamanya tergantung pada saling<br />
ketergantungan yang efektif. Penyusunan<br />
program yang sukses di bidang ini adalah suatu<br />
tantangan. Diperlukan analisis kasus per kasus<br />
dan kesempatan konkrit untuk memperluas<br />
keuntungan bagi para anggotanya, misalnya<br />
pembangunan pasar baru atau perbaikan pasar<br />
yang sudah ada tanpa adanya “pecundang”<br />
atau “pemenang” berdasarkan suku ataupun<br />
agama.<br />
4.2 Kegiatan Olahraga, Rekreasi dan<br />
Kesenian<br />
Di dua wilayah kajian, tim kajian telah<br />
menyaksikan banyak kemajuan dalam interaksi<br />
antar kelompok melalui kegiatan-kegiatan<br />
olahraga, rekreasi dan kesenian. Sebagian besar<br />
berlangsung secara spontan, tetapi ada juga<br />
upaya yang sengaja memanfaatkan kegiatankegiatan<br />
tersebut, terutama pertandingan sepak<br />
bola, sebagai sarana untuk mendorong interaksi<br />
yang tidak formal. Skala upaya-upaya tersebut<br />
sangat terbatas, khususnya dilihat dari jumlah<br />
orang yang terlibat. Selain itu, peristiwaperistiwa<br />
ini cenderung berfokus pada olahraga<br />
“laki-laki” seperti sepak bola tanpa<br />
memberikan perhatian yang memadai pada<br />
para gadis dan perempuan atau kegiatan yang<br />
dapat melibatkan laki-laki dan perempuan,<br />
seperti permainan “team-building” di alam<br />
bebas. Tersedianya tempat rekresasi seperti<br />
pantai, danau, air terjun, dan hutan menjadikan<br />
daerah ini ideal untuk kegiatan luar ruang<br />
semacam itu dan bahkan perkemahan untuk<br />
27