You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
hubungan Aceh dengan Perak cukup baik, berhubung<br />
karena Sulthan Perak (Muzaffar Syah II) adalah berkeluarga<br />
dengan marhum Iskandar Sani, suami Sulthanah Tajul Alam.<br />
Muzaffar sebelum menjadi raja dikenal dengan nama Raja Sulung<br />
Siak, bangsawan yang turut ditawan ketika Aceh menyerang Johor<br />
di tahun 1613. Di Aceh Sulung dikawinkan dengan puteri<br />
Raja Muda Pahang, menantu Raja Ahmad (ayah juga bagi Iskandar<br />
Sani). Karena hubungan keluarga ini, dan karena bantuan Acehlah<br />
maka Raja Sulung mendapat kursi kesulthanan di Perak. Tidaklah<br />
heran jika setelah Raja Sulung menjadi Sulthan Perak,<br />
kedaulatan Aceh atas Perak tetap diakuinya. Dalam pada itu,<br />
walaupun perjanjian pemerintah dengan pemerintah (Aceh/Perak<br />
dengan Belanda) sudah beres ditandatangani, dan Sulthan Muzaffar<br />
sedia mematuhinya, tapi Rakyat Perak tidak mau menjual<br />
timahnya kepada Belanda. Perjanjian tersebut dianggap merugikan<br />
dan mengurangi kebebasan Perak untuk memilih sendiri dengan<br />
siapa mereka berniaga<br />
"Karena Belanda menggunakan kekerasan dan paksaan supaya<br />
hak monopolinya dipatuhi, maka terjadilah perlawanan<br />
beberapa bulan kemudian (1651). Dengan dipimpin Temenggung<br />
dan Syahbandar, rakyat Perak pun menyerbu loji dan pertahanan<br />
Belanda, beberapa serdadu dan pegawai Belanda tewas dibunuh.<br />
Belanda yang sempat meiepaskan diri, lari meninggalkan Perak.<br />
Perjanjian monopoli timah menjadi gagal " (s)<br />
Kecuali di seberang lautan (Semenanjung Tanah Melayu),<br />
juga di Pantai Timur Sumatera, perdagangan Aceh menjadi mundur<br />
dan pengaruh politiknya pun menjadi suram, sekalipun belum<br />
padam seluruhnya.<br />
(S) lbid hlm. 200-201.<br />
148<br />
* * *