Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Pokok Pertentangan<br />
Yang menjadi pokok pertentangan antara Syekh Hamzah Fansury<br />
dan Syekh Syamsuddin Sumatrany disatu pihak dengan Syekh<br />
Nuruddin Ar, Raniry dan Syekh Abdurrauf Syiahkuala di lain<br />
pihak, yaitu paham filsafat "Wahdatul-Wujud", di mana kedua<br />
belah pihak telah mengarang berbagai kitab untuk mempertahankan<br />
pendiriannya masing-masing.<br />
Paham "Wahdatul-Wujud" yang dianut Hamzah Fansury dan<br />
Syamsuddin Sumatrany, setelah wafat kedua beliau, telah berkembang<br />
sedemikian rupa yang makin lama makin menjauh dari keasliannya,<br />
sehingga akhirnya berobah menjadi berbagai tharikat<br />
yang sesat dan menyesatkan, yang dalam masyarakat Aceh kemudian<br />
terkenal dengan nama "Saleek Buta" atau dengan terjemahan<br />
bebasnya : "Pengembara Buta".<br />
Wahdatul-Wujud dengan Saleek Buta berbeda sekali, sekalipun<br />
yang kedua ini diciptakan oleh para pengikut paham pertama<br />
yang awam akalnya. Wahdatul-Wujud suatu aliran filsafat dalam<br />
tasauwuf yang dipelopori Al Hallaj dan Ibnu Arabi, sementara<br />
Saleek Buta pada hakekatnya adalah sisa-sisa ajaran Syi'ah dari<br />
"Syu'bah Ghaliyah" (sekte keterlaluan salah), yang menempatkan<br />
Imam-Imam mereka di luar batas makhluk; tetapi Imam-Imam<br />
mereka itu adalah pancaran dari Khaliq. Mereka berpendapat<br />
bahwa Allah dapat menjelma dalam tubuh Imam-Imam mereka,<br />
sehingga Imam-Imam itu bebas dari tugas makhluk yang lain, dan<br />
apa yang halal pada orang lain adalah haram pada mereka, dan sebaliknya<br />
apa yang haram pada orang lain adalah halal pada mereka.<br />
Ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Mereka terpecah ke dalam<br />
beberapa sekte, antaranya : Sabaiyah, Kamiliyah, Albaiyah,<br />
Mughiriyah, Mansuriyah, Khaththabiyah, Kaiyaliyah, Hisyamiyah,<br />
Nu'maniyah, Nusairiyah dan Ishakiyah. ( 4<br />
)<br />
(4) Syahrastani : Al Milal Wan Nihal jilid I hlm. 146-198.<br />
178