You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Teknik Hias Latar<br />
Seperti telah diketahui bahwa pada tahun 1400 Masehi, di pantai utara<br />
Pulau Jawa telah banyak orang-orang Tionghoa yang menetap, dan yang<br />
dalam pada itu tentu membawa perbendaharaan kebudayaan mereka<br />
yang kuno dan kaya itu. Hal ini nampak pada banyaknya peninggalan<br />
berupa barang pecah belah Tionghoa yang sampai kini masih tersebar di<br />
pantai utara dan di banyak bagian lain kepulauan Indonesia, sehingga<br />
tidaklah mustahil bahwa penduduk asli yang sudah lama berkenalan<br />
dengan para pendatang Tionghoa mengambil serta meniru pola-pola<br />
hiasan.<br />
Mereka yang menyangkal pengaruh kebudayaan Tionghoa<br />
menunjuk kepada nama Jawa asli yang dipakai untuk pola ini yaitu :<br />
Balok bosok, artinya kayu yang busuk, karena pola banji menyerupai<br />
balok-balok bersilang yang dimakan bubuk.<br />
Pola banji dalam seni batik mengalami bermacam perubahan dan<br />
diberi hiasan-hiasan tambahan, misalnya seringkali diseling dengan<br />
daunan atau rangkaian bunga-bungaan, sedemikian rupa hingga sukar<br />
untuk mengenal kembali silang banjinya.<br />
Pola “ceplok” atau “ceplokan”<br />
Pola yang sangat digemari, terdiri atas garis-garis yang membentuk<br />
persegi-persegi, lingkaran-lingkaran, jajaran-jajaran genjang, binatangbinatang<br />
atau bentuk-bentuk lain bersegi banyak. Bila diteliti benar-benar<br />
maka terlihat bahwa pola ceplok ini berupa stiliring atau abstraksi<br />
berbagai benda, misalnya saja bunga-bunga kuncup, belahan-belahan<br />
buah, bahkan binatang-binatang. Itulah sebabnya banyak diantara motifmotif<br />
ini memakai nama kembang atau binatang.<br />
Selain sangat digemari pola ini juga sangat tua usianya, hal ini<br />
terlihat pada beberapa peninggalan candi terdapat hiasan-hiasan yang<br />
menyerupai atau mengingatkan kita pada pola ceplok ini. Dalam<br />
golongan pola ceplokan ini dapat juga dimasukkan pola yang lazim<br />
dikenal dengan nama pola ganggong. Berbagai-bagai tafsiran para ahli<br />
mengenai asal-usul pola ini. Jasper dalam bukunya yang terkenal<br />
mencari asalnya pada semacam tumbuh-tumbuhan dipaya-paya yang<br />
buahnya kalau dibelah dua menunjukkan gambaran yang mirip dengan<br />
pola batik ganggong. Tetapi harus diingat bahwa inipun hanya salah satu<br />
diantara sekian banyak keterangan mengenai asal pola ini. Ada yang<br />
menganggap pola genggong sebagai pola yang berdiri sendiri, karena<br />
menunjukkan beberapa ciri yang khas, berupa binatang-binatang atau<br />
silang-silang yang ujung jari-jarinya melingkar seperti benang sari bunga.<br />
Pola ganggong inipun mengalami bermacam-macam variasi.<br />
92