02.07.2013 Views

kriya tekstil

kriya tekstil

kriya tekstil

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Teknik Hias Latar<br />

Jadi seni lukis mencoba mempertahankan diri dengan cara<br />

bergabung dengan seni hiasan pakaian. Proses pemberian warna<br />

dengan pencelupan dan penutupan dipakau juga untuk memperoleh<br />

gambar-gambaran yang dikehendaki. Tata warna yang sederhana, biru<br />

dan merah, yang telah dikenal oleh seni dekorasi bahan pakaian, dengan<br />

demikian disusul dengan warna-warna lain seperti sawo matang, kuning<br />

hijau.<br />

Kehalusan bahan dasar memungkinkan sipembatik membuat polapola<br />

dan gambar-gambar yang makin indah, canting bergerak dengan<br />

lancar tanpa menemui halangan-halangan seperti pada tenunan-tenunan<br />

yang kasar.<br />

Dalam abad ke-19 timbul saingan antara batik tulis dengan “batik”<br />

cap, suatu cara meletakkan lilin di atas kain tidak dengan alat canting<br />

tetapi dengan suatu cap terbuat dari tembaga. Pertimbangan ekonomis<br />

dan hasrat mencari uang dengan cepat mendesak seni batik halus,<br />

sehingga pembuatan batik tulis hanya terbatas pada mereka yang<br />

mampu atau yang membatik sebagai pengisi waktu.<br />

Dalam lapangan mempertahankan batik tulis yang halus patut<br />

diakui pengaruh besar pengusaha-pengusaha batik bangsa asing<br />

walaupun kalau dilihat dari segi pola serta tata warna, hasil kerja mereka<br />

tidak selalu dapat disetujui.<br />

Suatu pengaruh teknik modern di lapangan batik ialah pemakaian<br />

zat-zat warna kimia, didatangkan dari luar negeri yang karena mudah<br />

pemakaian serta lebih luas jenis tata warnanya, mendesak dan<br />

menyebabkan berkurangnya dipakai zat warna tumbuh-tumbuhan.<br />

Demikianlah keadaan sampai pada pecahnya perang dunia II.<br />

Zaman pendudukan Jepang memperlihatkan perkembangan lain. Karena<br />

sukarnya mendapat bahan dasar yaitu kain putih, maka untuk mencegah<br />

pengangguran perusahaan-perusahaan batik mengalihkan perhatian<br />

pada pola-pola yang sulit, penuh dengan garis-garis dan titik-titik dan<br />

pemberian warna yang berlebih-lebihan. Pengaruh usaha bangsa asing<br />

dengan pola-pola mereka yang khas itu dilanjutkan, terutama oleh para<br />

pembatik di daerah pantai utara pulau Jawa dan inilah yang kemudian<br />

merupakan dorongan yang terbesar bagi daerah Pekalongan sebagai<br />

pusat pembatikan.<br />

Hasil-hasil batik dari zaman ini terkenal dengan batik “Jawa Baru”<br />

atau “Jawa Hookokai”. Nama-nama yang dipakai untuk menyesuaikan diri<br />

dengan keadaan penghidupan baru di bawah Pemerintah Tentara<br />

Jepang. Bermacam pola baru muncul, ada pula yang mengambil bungabunga<br />

Jepang sebagai contoh.<br />

Sayang sekali bahan pendidikan bagi perkembangan seni batik<br />

antara pecahnya revolusi kemerdekaan pada tahun 1945 dan tahun 1950<br />

kurang sekali, sehingga sukar untuk memberikan suatu tinjauan.<br />

Sesudah tahun 1950 perusahaan batik bertambah maju, ada yang<br />

berdiri sendiri dan banyak pula yang bergabung dalam koperasi-koperasi.<br />

84

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!