Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Pola “kawung”<br />
Teknik Batik<br />
Pola ini sebenarnya dapat digolongkan dalam motif ceplokan, tetapi<br />
karena kunonya dan juga karena sifat-sifatnya yang tersendiri dijadikan<br />
golongan yang terpisah.<br />
Pola ini tergolong kuno, hal ini dapat dilihat pada pahatan/ukiran<br />
Candi Prambanan yang didirikan kira-kira pada abad VIII Masehi dan<br />
juga pada beberapa peninggalan lain. Mengenai asal-usul pola ini<br />
terdapat perbedaan faham. Ada yang mengembalikan pola ini kepada<br />
buah pohon aren atau kawung, karena belahan buah aren itulah yang<br />
menjadi dasar pola kawung. Tetapi Rouffaer misalnya, berpendapat<br />
bahwa pola kawung berasal dari suatu pola kuno yang lain yaitu pola<br />
grinsing. Pola grinsing ini telah disebut dalam sumber-sumber tertulis<br />
silsilah raja yang bernama Pararaton (abad ke-14). Pola yang terdiri atas<br />
lingkaran-lingkaran kecil dengan sebuah titik di dalamnya tersusun<br />
seolah-olah sisik ikan atau ular, menjadi penghias latar/dikombinasikan<br />
dengan motif lain. Sumber-sumber dari Jawa Timur tahun 1275<br />
menyebutnya bersamaan dengan motif wayang, misalnya grising. Grising<br />
inilah kemudian berkembang serta berubah menjadi pola kawung. Pola<br />
kawungan bermacam-macam ragamnya, berbeda menurut besarkecilnya<br />
ukuran yang dipakai, sangast digemari di kalangan Kraton<br />
Yogyakarta tempat ia pernah menjadi pola larangan, artinya yang dalam<br />
bentuk murninya hanya boleh dipakai oleh Sri Sultan serta keluarganya<br />
yang terdekat.<br />
Pola “nitik”<br />
Dari nama pola ini orang akan mendapat kesan sifat atau rupanya, yaitu<br />
titik-titik atau garis-garis pendek yang tersusun secara geometris,<br />
membentuk pola yang meniru tenunan atau anyaman. Mereka yang<br />
mencari asal-usul teknik batik pada tetesan atau titik-titik lilin (kata tik),<br />
menganggap pola ini sebagai pola yang tertua. Diantara sekian banyak<br />
pola nitik, yang terkenal ialah pola Cakar Ayam dan Tirtateja.<br />
Pola garis miring<br />
Merupakan pola yang susunannya miring atau diagonal secara tegas.<br />
Ada dua macam pola yang termasuk golongan ini yaitu pola parang dan<br />
lereng.<br />
Pola yang paling terkenal serta digemari diantara pola garis miring<br />
ini adalah pola parang. Adapun tanda atau ciri pola parang ini ialah lajurlajur<br />
yang terbentuk oleh garis-garis miring yang sejajar berisikan garisgaris<br />
pengisi tegak, dan setiap lajur terpisah dari yang lain oleh deretan<br />
ornamen yang bergaya miring juga, dinamakan mlinjon. Kata mlinjon<br />
dipakai disini oleh karena motif pemisah tadi berbentuk jajaran genjang<br />
kecil, menyerupai buah mlinjo. Nama parang ialah nama pencakup,<br />
93