02.07.2013 Views

Figur

Figur

Figur

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

102<br />

Bagaimana<br />

Pendapatmu?<br />

Kemukakanlah pendapatmu tentang<br />

pelaksanaan pemilihan kepala daerah<br />

(pilkada) secara langsung yang telah<br />

banyak dilakukan di berbagai daerah.<br />

Tulis dalam buku tugasmu dan<br />

laporkan hasilnya kepada gurumu.<br />

Problem Solving<br />

Pemecahan Masalah<br />

Pendidikan Kewarganegaraan:<br />

Kecakapan Berbangsa dan Bernegara untuk Kelas VIII<br />

Buatlah kelompok yang terdiri atas laki-laki dan perempuan berjumlah<br />

enam orang. Kemudian, simaklah bersama-sama artikel berikut.<br />

Pilkada Langsung Cermin Kedaulatan Rakyat<br />

Pemilihan kepala daerah (pilkada) secara langsung harus diakui<br />

sebagai langkah maju dibandingkan penyelenggaraan pemilihan kepala<br />

daerah tahun-tahun sebelumnya. Sebab, sistem secara langsung, mencerminkan<br />

bagaimana kedaulatan tersebut betul-betul berada di tangan<br />

rakyat. Rakyat melalui hak pilihnya, menentukan siapa yang akan<br />

menjadi kepala daerah, seperti bupati, walikota, ataupun gubernur.<br />

Tujuan utama dengan dilakukannya pemilihan secara langsung,<br />

tidak lain adalah apresiasi terhadap kedaulatan itu sendiri. Rakyat dalam<br />

pemilihan memiliki hak dan kewenangan penuh untuk menentukan sikap<br />

dan pilihannya, tentang siapa yang akan mereka pilih. Di sinilah kedaulatan<br />

rakyat sangat menentukan. Rakyat bebas memilih, bebas menentukan<br />

sikap. Dalam pilkada langsung, rakyat betul-betul berdaulat. Meskipun<br />

pilkada langsung mengapresiasi dan mencerminkan kedaulatan rakyat,<br />

tentu proses pelaksanaan pilkada ini selalu ada nilai lebih (plus) dan nilai<br />

kurang (minus). Hal semacam itu telah menjadi sebuah konsekuensi<br />

dalam proses demokratisasi.<br />

Hal terpenting dalam pelaksanaan pilkada langsung adalah perlu<br />

dilakukannya pembelajaran kepada rakyat selaku pemegang kedaulatan.<br />

Pembelajaran di sini menyangkut bagaimana mereka menggunakan<br />

hak pilih secara baik, tidak salah memilih dan betul-betul nanti hasil<br />

dari pemilihan melahirkan seorang pemimpin bukan saja diukur dari<br />

karismatik, melainkan juga dari segi kompentensi (kemampuannya).<br />

Diingatkan kembali, pilkada langsung sebenarnya sudah<br />

dilaksanakan oleh rakyat sejak lama. Hal itu bisa dilihat dengan<br />

pelaksanaan pemilihan kepala desa (pilkades). Hampir seluruh desa di<br />

Jawa Barat sudah sejak lama melakukan pilkades. Belajar dari pilkades<br />

ini dan kemungkinan juga akan terjadi pada pilkada langsung bupati,<br />

wali kota, yakni terkait dengan sikap fanatisme pemilih. Sikap ini<br />

begitu menonjol bagi kalangan pemilih, terutama dikaitkan dengan<br />

calon yang ikut dalam pilkada tersebut.<br />

Hal lain yang perlu diingatkan, yakni kembali kepada proses<br />

pemilihan. Dengan sistem baru ini, maka tidak mustahil yang terpilih<br />

nanti adalah orang yang karismatik yang cukup besar di tengah<br />

masyarakat. Lantaran karismatik itu sudah “membumi” dan berjalan<br />

baik, maka dapat saja sang tokoh terpilih dalam pilkada langsung.<br />

Untuk itu, dalam memilih, sangat diperlukan penilaian dari masyarakat,<br />

apakah seorang calon memiliki kompetensi atau tidak. Hal ini penting<br />

sehingga hasil pemilihan nanti selain mencerminkan aspirasi masyarakat,<br />

juga orang yang terpilih betul-betul bisa memahami aspirasi masyarakat<br />

sendiri. Hasil yang diharapkan, antara rakyat sebagai pemilih dan kepala<br />

daerah hasil pemilihan, tidak akan terjadi miskomunikasi.<br />

Disarikan dari: Pikiran Rakyat (makalah pelaksanaan pemilihan kepala daerah<br />

langsung), 4 Juli 2005

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!