Majalah Warta Anggaran Edisi 21 - Direktorat Jenderal Anggaran ...
Majalah Warta Anggaran Edisi 21 - Direktorat Jenderal Anggaran ...
Majalah Warta Anggaran Edisi 21 - Direktorat Jenderal Anggaran ...
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
PNBP<br />
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)<br />
sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 1997<br />
tentang PNBP, didefinisikan sebagai seluruh<br />
penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak<br />
berasal dari penerimaan perpajakan. PNBP<br />
memiliki kontribusi yang cukup signifikan<br />
bagi penerimaan negara. Selama lima tahun<br />
terakhir (2006-2010) rata-rata kontribusi<br />
PNBP bagi penerimaan negara sekitar 30%.<br />
Pada tahun 2010 penerimaan PNBP sekitar<br />
Rp270 triliun atau sebesar 27% dari total<br />
penerimaan negara, dengan komposisi<br />
sebagaimana grafik sebagai berikut dibawah<br />
ini.<br />
Kementerian/ Lembaga.<br />
Berbeda dengan penerimaan pajak yang<br />
hanya dikelola oleh satu kementerian<br />
yaitu Kementerian Keuangan dalam hal ini<br />
dikelola oleh Ditjen Pajak, PNBP dikelola<br />
oleh banyak Kementerian atau Lembaga,<br />
terutama untuk penerimaan PNBP Lainnya.<br />
Saat ini, PNBP dikelola oleh lebih dari<br />
3000 satker dengan jenis dari tarif PNBP<br />
sangat beragam yang jumlahnya lebih dari<br />
15.000 jenis. Oleh karena itu, wajar apabila<br />
penertiban pengelolaan PNBP sesuai<br />
ketentuan yang berlaku bukanlah suatu<br />
pekerjaan yang mudah.<br />
karena berada dibawah kisaran 1% (sebagai<br />
contoh dalam LKPP TA 2009 Penerimaan<br />
PNBP mencapai Rp227.174,42 Milyar).<br />
Namun, yang mengkhawatirkan adalah<br />
peningkatan temuan dari tahun ke tahun,<br />
baik dari sisi jumlah K/L maupun nilai<br />
nominal.<br />
Penyebab terjadinya temuan adalah<br />
a. Pungutan Tanpa Dasar Hukum<br />
Sesuai Pasal 2 dan 3 UU Nomor 20 Tahun<br />
1997 tentang PNBP diatur bahwa Jenis<br />
PNBP dan Tarif atas Jenis PNBP harus<br />
ditetapkan dalam Undang-Undang (UU)<br />
atau Peraturan Pemerintah (PP). Dari sisi<br />
kepastian hukum tentunya penetapan jenis<br />
dan tarif PNBP minimal dengan PP tersebut<br />
akan memberikan kepastian hukum<br />
yang lebih kuat dibandingkan dengan<br />
peraturan menteri, namun tidak dipungkiri<br />
proses pembentukan PP dimaksud sering<br />
membutuhkan waktu cukup panjang dan<br />
energi yang cukup besar serta biaya yang<br />
tidak sedikit.<br />
Penerimaan Sumber Daya Alam (SDA) Migas<br />
dan Dividen merupakan PNBP pada Bagian<br />
<strong>Anggaran</strong> Bendahara Umum Negara (BA<br />
BUN) yang dikelola di bawah Kementerian<br />
Keuangan. Penerimaan SDA Non Migas<br />
terutama dikelola oleh Kementerian<br />
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)<br />
dan Kementerian Kehutanan. Sementara<br />
itu, penerimaan PNBP Lainnya seperti<br />
penjualan aset, sewa aset, jasa, pendidikan,<br />
dan bunga pengelolaannya tersebar pada<br />
Temuan BPK terkait PNBP<br />
Hasil pemeriksaan BPK dari tahun ke tahun<br />
menunjukkan temuan yang sama yaitu<br />
tingginya Pungutan Tanpa Dasar Hukum<br />
atau Terlambat Setor, dan belum ada<br />
kecenderungan turun. Hal ini dapat dilihat<br />
pada tabel dibawah ini:<br />
Tahun Jenis Temuan Jumlah K/L Nilai Temuan<br />
2007<br />
2008<br />
2009<br />
(i) Pungutan Tanpa Dasar Hukum dan/atau<br />
dikelola di luar mekanisme APBN<br />
(ii) PNBP Terlambat/Belum Disetor ke Kas<br />
Negara<br />
Pungutan Tanpa Dasar Hukum dan/atau<br />
dikelola di luar mekanisme APBN<br />
(i) Pungutan Tanpa Dasar Hukum dan/atau<br />
dikelola di luar mekanisme APBN<br />
(ii) PNBP Terlambat/Belum Disetor ke Kas<br />
Negara<br />
11 Rp286,41 miliar<br />
10 Rp76,38 miliar<br />
11 Rp730,99 miliar<br />
13 Rp186,47 miliar<br />
18 Rp794,90 miliar<br />
Berdasarkan tabel diatas, apabila<br />
dibandingkan dengan total penerimaan<br />
PNBP tentu nilainya tidak begitu signifikan<br />
Sebagai gambaran PP Jenis dan Tarif atas<br />
Jenis PNBP yang Berlaku pada Kementerian<br />
Dalam Negeri (PP No 71 Tahun 2009),<br />
Kementerian Kesehatan (PP No 13<br />
Tahun 2009), Kementerian Kebudayaan<br />
dan Pariwisata (PP No 41 Tahun 2010)<br />
membutuhkan waktu penyelesaian sekitar<br />
2 tahun. Bahkan, untuk RPP Jenis dan<br />
Tarif atas Jenis PNBP yang Berlaku pada<br />
Kementerian Keuangan sendiri sudah lebih<br />
dari 3 tahun tetapi sampai dengan saat ini<br />
belum juga selesai. Beberapa Kementerian<br />
lain juga mengalami hal serupa seperti RPP<br />
Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang Berlaku<br />
pada Kementerian ESDM dan Kementerian<br />
Pekerjaan Umum. Meskipun ada juga yang<br />
bisa selesai lebih cepat seperti PP Jenis<br />
dan Tarif PNBP pada Badan Pertanahan<br />
Nasional (PP No 13 Tahun 2010) yang<br />
diselesaikan kurang dalam 1 tahun, tetapi<br />
perlu dicatat PP tersebut menjadi Program<br />
Prioritas dari Pemerintah (Program 100<br />
Hari Presiden).<br />
Waktu, energi, dan biaya yang cukup<br />
24 <strong>Warta</strong> anggaran | <strong>21</strong> Tahun 2011