01.01.2015 Views

Majalah Warta Anggaran Edisi 21 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Majalah Warta Anggaran Edisi 21 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Majalah Warta Anggaran Edisi 21 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

PROFIL<br />

Sebagai orang nomor satu di DJA, Herry<br />

Purnomo sangatlah sibuk. Kesibukanya<br />

sebagai Dirjen <strong>Anggaran</strong> dalam mengelola<br />

keuangan negara khususnya APBN dan<br />

belanja pemerintah pusat menyita banyak<br />

energinya. Untuk mengisi kembali energi<br />

yang hilang, Bapak dari tiga orang cucu<br />

ini menyeimbangkan hidupnya dengan<br />

kegiatan lain di luar kantor. Salah satunya<br />

adalah bermain golf bersama temantemannya.<br />

Bagi beliau bermain golf adalah<br />

bagian dari upaya untuk melepaskan diri<br />

dari rutinitas kantor, mengisi paru-parunya<br />

dengan udara segar dan menikmati alam<br />

terbuka. Selain itu, waktu liburnya beliau<br />

khususkan untuk keluarga dan bermain<br />

dengan cucu-cucunya yang lucu.<br />

Ditengah kesibukannya, beliau berkenan<br />

menerima redaktur <strong>Majalah</strong> <strong>Warta</strong><br />

<strong>Anggaran</strong> untuk wawancara khusus, berikut<br />

petikannya.<br />

Sesuai dengan PMK No. 184/<br />

PMK.01/2010 tentang Organisasi dan<br />

Tata Kerja Kementerian Keuangan,<br />

DJA mengalami perubahan struktur<br />

organisasi. Bagaimana Bapak melihat<br />

peran strategis DJA sebagai pengelola<br />

anggaran dengan struktur baru<br />

tersebut<br />

Pertama yang ingin saya katakan bahwa<br />

reorganisasi ini sudah dipikirkan secara<br />

intens oleh pimpinan sebelumnya yaitu<br />

Ibu Anny Ratnawati untuk mengantisipasi<br />

kebutuhan dan perkembangan di masa<br />

datang untuk tugas dan fungsi yang<br />

ditangani oleh DJA. Salah satu hal yang<br />

harus saya apresiasi adalah terbentuknya<br />

satu direktorat baru yaitu <strong>Direktorat</strong><br />

Harmonisasi Peraturan Penganggaran (Dit.<br />

HPP) yang fokus terhadap harmonisasi<br />

peraturan terkait dengan penganggaran.<br />

Kalau saya coba merangkum dengan kalimat<br />

adalah karena banyaknya peraturan yang<br />

dibuat oleh Kementerian/Lembaga (K/L)<br />

baik dalam bentuk UU, PP, Perpres yang<br />

sedikit banyak mengganggu atau melanggar<br />

kaidah atau prinsip-prinsip penganggaran.<br />

Peran direktorat HPP menjadi penting<br />

untuk menjaga hal ini. Contohnya, banyak<br />

UU yang tidak mengindahkan kaidah<br />

penganggaran karena dalam UU tersebut<br />

mencantumkan persentase tertentu dari<br />

APBN untuk membiayai bidang tertentu<br />

diluar yang ditetapkan dalam UUD yakni<br />

20 persen untuk pendidikan.<br />

Dalam perkembangannya, saya mengikuti<br />

ada beberapa UU yang sudah ditetapkan<br />

dan mencantumkan persentase tertentu<br />

untuk membiayai bidang tertentu karena kita<br />

tidak dilibatkan dalam proses pembahasan.<br />

Terakhir RUU Desa minta sekian persen<br />

dari UU. Nah, saya kira ini yang menjadi<br />

DJA dengan direktorat baru ini menjadi<br />

strategis yaitu mewakili pemerintah untuk<br />

menjaga agar jangan sampai keluar suatu<br />

peraturan yang mengkapling-kapling APBN.<br />

Karena kalau penyusunan peraturan tidak<br />

diharmonisasi dengan prinsip-prinsip atau<br />

kaidah APBN bisa jebol APBN kita. Apalagi<br />

kalau kita melihat postur APBN, space yang<br />

tersedia untuk pemerintah bisa bergerak,<br />

katakanlah untuk membangun infrastruktur<br />

sangat kecil. Sebagian postur APBN kita<br />

untuk membayar utang, sebagain besar<br />

sudah dikapling untuk DAU dan pendidikan.<br />

Padahal ada hal-hal lain yang masih banyak<br />

perlu perhatian, apa jadinya kalau banyak<br />

UU atau Peraturan yang mengklaim atau<br />

mengkaplingkan diri dalam APBN .<br />

Oleh karena itu, saya sangat mendukung<br />

dan mempunyai banyak harapan bahwa<br />

direktorat baru ini dapat berfungsi<br />

dengan baik sesuai dengan harapan dari<br />

dibentuknya direktorat ini.<br />

Bagaiamana menurut Bapak fungsi Dit<br />

HPP dan DSP untuk mengantisipasi<br />

perkembangan sistem penganggaran<br />

Saya melihat unit di dalam DJA ada unit DSP<br />

dan Dit HPP. Saya ingin menterjemahkan<br />

Dit HPP fokus kepada peraturan-peraturan<br />

sedangkan sistem penganggaran menjadi<br />

tugas DSP. DSP berbicara tentang bisnis<br />

proses atau desain sistem penganggaran<br />

yang akan kita buat, menjaga dan<br />

mengembangkan sistem pengangaran<br />

yang ada kemudian mengembangkannya<br />

dengan kaidah-kaidah sistem penganggaran<br />

yang akan kita pakai. Misanya dalam sistem<br />

penganggaran kita mulai menerapkan<br />

sistem anggaran berbasis kinerja sesuai<br />

amanat UU Nomor 17/2003. Demikian<br />

pula dalam merencanakan anggaran yang<br />

tahunan juga harus memperhatikan MTEF<br />

tiga tahu ke depan. Tugas mendesain dan<br />

menyempurnakan adalah DSP. sedangkan<br />

untuk menyusun bisnis proses dan aturan<br />

main bekerja sama dengan Dit. HPP. Jadi<br />

ada pembagian tugas, Dengan demikian<br />

dua direktiorat ini dalam mengembangkan<br />

sistem penganggaran harus berkolaborasi.<br />

Termasuk dalam sistem penganggaran<br />

adalah pengembangan Infomasi Teknologi<br />

(IT)-nya karena sekarang kecenderunganya<br />

adalah proses bisnis harus didukung atau<br />

diwadahi dengan IT.<br />

Terkait dengan SPAN, Bapak<br />

berulang kali mengatakan bahwa<br />

DJA harus mempunyai peran yang<br />

lebih banyak dalam implemtasi SPAN,<br />

selama ini peran DJA agak tertinggal<br />

dibandingkan dengan DJPB dalam<br />

implemetasi SPAN. Apa yang harus<br />

dilakukan oleh DJAl dalam mengejar<br />

ketertinggalan dalam SPAN<br />

Kita harus menyadari, memahami, dan<br />

mempunyai rasa memiliki bahwa justru<br />

DJA harus memainkan peran yang sangat<br />

penting dalam SPAN karena produk yang<br />

dihasilkan oleh DJA menjadi dasar bagi<br />

Ditjen Perbendaharaan (DJPB) dan satker<br />

dalam bekerja kemudian. Kalau kita tidak<br />

mengisi dengan benar, peran dalam SPAN<br />

atau katakanlah, ya… sudahlah kita tidak<br />

ikutan SPAN. Berarti DJPB dan satker tidak<br />

bisa melakukan apa-apa. Karena produk<br />

DJA menjadi dasar sistem SPAN yang<br />

menjadi landasan bagi DJPB dan satker<br />

untuk bekerja dalam sistem SPAN.<br />

Produk DJA adalah RKA-KL yang<br />

merupakan wujud operasional dari<br />

penyusunan APBN. RKA-KL ini menjadi<br />

tanggung jawab DJA, kalau RKA-KL ini tidak<br />

bisa disediakan dengan benar dan tepat<br />

waktu, DJPB tidak bisa memulai dengan<br />

menerbitkan DIPA. Penerbitan, pencairan<br />

DIPA, pertanggungjawaban DIPA, dan<br />

revisi DIPA akan difasilitasi dengan sistem<br />

terintegrasi. Sistem terintegrasi bukan<br />

hanya menyangkut sisi pelaksanaan, which<br />

is menjadi tanggung jawab DJPB. Tetapi<br />

dimulai dari awal yaitu perencanaan<br />

anggaran yaitu penyusunan RKA-KL. Jadi<br />

42 <strong>Warta</strong> anggaran | <strong>21</strong> Tahun 2011

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!