01.01.2015 Views

Majalah Warta Anggaran Edisi 21 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Majalah Warta Anggaran Edisi 21 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Majalah Warta Anggaran Edisi 21 - Direktorat Jenderal Anggaran ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

erfungsi sebagai pengelola Rekening Induk Dana Investasi dan penilai kelayakan, manajemen<br />

resiko, divestasi, pengembangan instrumen, pengendalian, pembiayaan, dan masalah hukum dan<br />

perjanjian investasi Pemerintah Pusat. Dengan fungsi tersebut, PIP melakukan penilaian kelayakan<br />

terhadap proyek‐proyek infrastruktur yang akan dilaksanakan oleh kementerian/lembaga. Selain itu,<br />

PIP juga dapat melakukan investasi selain di sektor infrastruktur.<br />

LAPORAN UTAMA<br />

32.11<br />

57.96<br />

22.11<br />

15.30<br />

15.42<br />

5.53<br />

Sumber: Buku Saku APBN, Feb 2011<br />

penilaian kelayakan terhadap proyekproyek<br />

infrastruktur yang akan dilaksanakan<br />

oleh kementerian/lembaga. Selain itu, PIP<br />

juga dapat melakukan investasi selain di<br />

sektor infrastruktur.<br />

Dibandingkan dengan anggaran fungsi<br />

pendidikan yang sekurang-kurangnya 20%<br />

dari belanja negara, anggaran infrastruktur<br />

dalam tahun 2011 adalah sekitar setengah<br />

dari belanja fungsi pendidikan.<br />

Diagram 3<br />

<strong>Anggaran</strong> Infrastruktur dalam Bentuk Belanja K/L (triliun Rp)<br />

2010 (Real) 2011 (APBN)<br />

3.45 2.76 0.81 1.29 1.16<br />

2.20 0.91 0.24 0.64 0.51 ‐ 0.29<br />

Capaian Pembangunan<br />

Infrastruktur<br />

Selain besaran anggaran, yang juga penting<br />

adalah desain (grand design) dari program<br />

dan kegiatan yang didanai dengan alokasi<br />

anggaran tersebut. Hal ini mengingat<br />

besaran dana yang sama dapat digunakan<br />

untuk berbagai alternatif program dan<br />

kegiatan. Hanya ketika program dan<br />

kegiatan yang dipilih adalah yang paling<br />

efektif dan efisien dalam mencapai sasasaran,<br />

Tabel 2<br />

<strong>Anggaran</strong> Infrastruktur Non‐Belanja K/L (triliun Rp)<br />

2010 (Real) 2011<br />

(APBN)<br />

1 Resiko kenaikan harga tanah (land capping) 0,35 0,89<br />

2 Investasi Pemerintah 3,61 4,57<br />

3 PMN 2,00 1,50<br />

4 PSO 0,37 1,88<br />

5 Kredit rumah (KPRSH & Rusunami) 0,42 0,70<br />

6 DAK 4,49 6,05<br />

7 Tambahan Otonomi 1,40 1,40<br />

8 Dana Kontijensi PLN 1,00 0,89<br />

9 Dana Kontijensi PDAM ‐ 0,15<br />

10 Pinjaman ke PLN 7,50 ‐<br />

11 Dana bergulir pengadaan tanah 2,30 ‐<br />

12 Pengembangan Kawasan Free Trade Sabang 0,42 0,39<br />

13 Pengembangan Otoritas Batam 0,14 0,14<br />

14<br />

Merauke Integrated Food and Energy Estate<br />

(MIFEE)<br />

‐ 0,16<br />

Total Non Belanja K/L (Triliun Rp) 25,01 18,72<br />

Sumber: Buku Saku APBN dan Indikator Ekonomi, DJA <strong>Edisi</strong> Februari 2011<br />

barulah dapat dinyatakan bahwa anggaran<br />

yang besar tersebut telah digunakan<br />

secara bertanggungjawab (accountable).<br />

Merupakan sebuah pertanyaan yang<br />

menarik untuk dikaji, apakah belanja<br />

infrastruktur dalam APBN telah digunakan<br />

untuk mendanai program/kegiatan/proyek<br />

infrastruktur yang paling efektif dan efisien<br />

dalam mendorong pertumbuhan ekonomi<br />

yang berkelanjutan serta meningkatkan<br />

daya saing<br />

Dalam Tabel 3, disajikan stok beberapa<br />

infrastruktur di Indonesia sampai dengan<br />

2010. Jalan nasional yang telah dibangun<br />

mencapai 5 38.569,49 km, sedangkan<br />

panjang rel kereta api mencapai 4.818,9<br />

km. Pertanyaan yang menarik terkait<br />

dengan data ini antara lain adalah berapa<br />

kilometerkah yang dianggap memadai Ini<br />

penting untuk memperoleh makna dari<br />

panjang jalan atau panjang rel KA yang<br />

telah dibangun tersebut. Dibandingkan<br />

dengan panjang pantai Indonesia sejauh<br />

95.181 Km (PBB, 2008), berarti panjang<br />

jalan nasional tersebut adalah sekitar 40<br />

persen dari jalan yang perlu dibangun agar<br />

seluruh wilayah/pulau mempunyai akses<br />

jalan (asumsi: pulau-pulau yang terlalu kecil<br />

untuk dibangun jalan tidak diperhitungkan).<br />

Namun, apakah pembandingan/rasio<br />

seperti demikian dapat digunakan untuk<br />

mengukur kecukupan penyediaan jalan<br />

Adakah standar mengenai kecukupan<br />

infrastruktur di suatu negara Untunglah,<br />

Bank Dunia telah mengembangkan<br />

Indikator Pembangunan Dunia (World<br />

Development Indicators/WDI) untuk<br />

membandingkan tingkat pembangunan<br />

antarnegara. Beberapa indikator<br />

diantaranya berkaitan dengan infrastruktur,<br />

salah satu diantaranya yang terkait dengan<br />

jalan adalah road density, yaitu rasio antara<br />

total panjang jaringan jalan (road network)<br />

terhadap luas wilayah (km jalan per<br />

km persegi luas wilayah). Jaringan jalan<br />

tersebut mencakup jalan nasional, propinsi,<br />

ibandingkan dengan anggaran fungsi pendidikan yang sekurang‐kurangnya 20% dari belanja<br />

egara, anggaran infrastruktur dalam tahun 2011 adalah sekitar setengah dari belanja fungsi<br />

endidikan.<br />

apaian Pembangunan Infrastruktur<br />

<strong>Warta</strong> anggaran | <strong>21</strong> Tahun 2011 9

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!