01.01.2015 Views

20140203_MajalahDetik_114

20140203_MajalahDetik_114

20140203_MajalahDetik_114

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Wakil Ketua Komisi II Dewan Perwakilan<br />

Rakyat Abdul Hakam Naja mesam-mesem<br />

saat ditanya wartawan ihwal reaksi penolakan<br />

terhadap usulan dana untuk saksi pemilihan<br />

umum yang berasal dari partai politik. Di tengah senyumnya,<br />

politikus Partai Amanat Nasional ini mengaku bingung.<br />

Sebabnya, selama ini, ketika DPR, pemerintah yang diwakili<br />

Kementerian Dalam Negeri, Komisi Pemilihan Umum, dan<br />

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) membahas dana saksi<br />

pemilu dari parpol, tak satu pun anggota Dewan yang memperdebatkan.<br />

Kini sebagian dari partai yang wakilnya juga<br />

duduk di komisi tersebut berbalik menolaknya.<br />

Dari keputusan rapat-rapat tersebut, disepakati dana yang<br />

dialokasikan untuk saksi dari parpol peserta pemilu total sekitar<br />

Rp 660 miliar atau Rp 55 miliar setiap partainya. Hitungannya,<br />

ada 12 partai peserta Pemilu 2014. Jika setiap saksi<br />

mendapatkan honor Rp 100 ribu, dan ada 545.778 tempat<br />

pemungutan suara (TPS) di seluruh Indonesia, muncullah<br />

angka Rp 660 miliar tersebut.<br />

“Mereka (yang partainya menolak) saya tanya, ‘Bagaimana<br />

bisa’ Teman di Komisi II juga mengaku bingung (kenapa partainya<br />

menolak),” kata Hakam di kompleks Parlemen, Senanasional<br />

Para saksi yang disiapkan<br />

di salah satu TPS pada<br />

Pemilu 2009.<br />

dikhy sashra/detikfoto<br />

Majalah detik 3 - 9 februari 2014

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!