Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
SAINS<br />
Kedua orang ini juga sama-sama<br />
memberi pernyataan, dan keduanya<br />
membantah tuduhan sebagai pelaku<br />
pemerkosaan mahasiswi itu.<br />
Setelah berpekan-pekan menyelidiki kasus<br />
pemerkosaan terhadap enam perempuan, tim<br />
detektif Kepolisian Marseille, Prancis, berhasil<br />
mempersempit kemungkinan pelakunya. Rekaman<br />
kamera CCTV di sepanjang blok apartemen lokasi pemerkosaan<br />
memperkuat bukti mereka.<br />
Pada Februari setahun lalu, Kepolisian Marseille akhirnya<br />
menangkap tersangka pelakunya. Bukan satu orang, melainkan<br />
dua orang: Elwin dan Yohan—bukan nama sebenarnya.<br />
Dari foto keduanya, para korban yang berumur antara 22<br />
tahun hingga 76 tahun juga telah memastikan bahwa mereka<br />
inilah pelaku pemerkosaan.<br />
Tapi urusan hukum tak lantas serbagampang dan semulus<br />
jalan tol. Yang jadi soal, tak ada korban yang cukup yakin,<br />
apakah Elwin atau Yohan yang jadi pemerkosanya. Ya, Elwin<br />
dan Yohan adalah dua saudara kembar identik. Bukti noda<br />
sperma yang dimiliki polisi pun tak cukup untuk menyeret Elwin<br />
atau Yohan, atau bahkan mungkin keduanya, ke penjara.<br />
Sebab uji DNA (deoxyribonucleic<br />
acid) standar gagal membedakan<br />
apakah sperma itu milik Elwin<br />
atau Yohan.<br />
Emmanuel Kiehl, kepala penyelidikan<br />
kasus pemerkosaan<br />
ini, cuma bisa garuk-garuk kepala. “Ini kasus yang langka, di<br />
mana kemungkinan tersangkanya dua orang kembar identik,”<br />
kata Kiehl, kala itu. Saat Elwin dan Yohan ditangkap setahun<br />
lalu, belum ada metode yang mangkus, cukup akurat, dan<br />
ongkosnya masuk akal, untuk membedakan DNA milik dua<br />
orang kembar identik. Kiehl perlu perintah khusus untuk<br />
menahan Elwin dan Yohan.<br />
Pada kasus biasa, menurut seorang ahli forensik kepada<br />
harian La Provence, untuk membuktikan DNA seseorang, mereka<br />
cukup meneliti 400 pasang kode genetik. Untuk kasus<br />
Majalah detik 3 - 9 februari 2014