Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
selingan<br />
Tim ekspedisi di lembah "X"<br />
Irian Barat (dari kiri): Lettu<br />
Inf Sintong Panjaitan, Kapten<br />
Inf Feisal Tanjung, Kapten Inf<br />
Azhim Zahif, wartawan TVRI<br />
Hendro Subroto, dan Lettu Czi<br />
Agung Harmono<br />
repro: buku feisal tanjung:<br />
terbaik untuk rakyat terbaik<br />
untuk abri<br />
antara lain Oemar Dhani dan Saleh Basarah, yang kemudian<br />
menjadi KSAU. (Juga Sri Mulyono Herlambang—red).<br />
Sedangkan di AD, saya menangkap kesan sepertinya agak<br />
lambat. Baru pada 1960-an pemuda-pemuda Tionghoa masuk,<br />
seperti Brigjen Teddy Yusuf. Juga ada Agung Harmono<br />
(Oei Tiong Hoo), yang seangkatan dengan Pak Kuntara dan<br />
Sintong Panjaitan. Pak Agung pernah berjuang bersama Feisal<br />
Tanjung di Papua.<br />
Tapi sejak 1970-an, yang masuk tentara lebih banyak<br />
lewat jalur ikatan dinas, seperti dokter dan<br />
hukum....<br />
Sepertinya memang demikian, tapi data saya masih terbatas.<br />
Salah satu upaya saya menelisik data-data orang Tionghoa<br />
yang masuk TNI itu antara lain dari iklan kematian di surat<br />
kabar. Karena, biasanya pas meninggal itu nama Tionghoanya<br />
ditulis lengkap. Atau, bila ada orang tua Tionghoa meninggal<br />
dunia, di deretan yang berduka biasanya ada nama anak-anak<br />
yang ternyata berpangkat kemiliteran, maka itu menjadi indikasi<br />
yang bersangkutan keturunan Tionghoa.<br />
Tapi, kalau dokter itu dari masa Dwikora dan Trikora itu<br />
sudah banyak orang keturunan Tionghoa yang masuk TNI.<br />
Seperti sepupu saya dari kedokteran, waktu operasi di Irian<br />
Barat itu ikut bergabung. n SUDRAJAT<br />
Majalah detik 3 - 9 februari 2014