Bisnis-Indonesia-Arah-Bisnis-dan-Politik-2014
Bisnis-Indonesia-Arah-Bisnis-dan-Politik-2014
Bisnis-Indonesia-Arah-Bisnis-dan-Politik-2014
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
egional maupun global yang sebenarnya kurang<br />
menggairahkan.<br />
Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah<br />
Jawa Barat & Banten Tbk. Bien Subiantoro menuturkan<br />
ketatnya persaingan likuiditas perbankan tidak<br />
lantas membuat bank daerah itu memangkas target<br />
laba <strong>dan</strong> setoran dividen kepada pemegang saham.<br />
Menurutnya besaran laba ditahan yang dapat<br />
di pakai untuk memperkuat struktur modal perseroan<br />
ke depan, cukup tergantung dari besaran payout ratio,<br />
baik tahun ini maupun tahun depan.<br />
“Kalau payout ratio-nya kecil, laba ditahan kami<br />
tentu akan lebih besar. Sejauh ini, kami tidak<br />
m emiliki rencana memangkas target laba <strong>dan</strong> setoran<br />
k epada pemegang saham,” ungkapnya.<br />
Industri perbankan melihat langkah penyesuaian<br />
suku bunga simpanan <strong>dan</strong> kenaikan tingkat bunga<br />
pinjaman yang dilakukan tahun ini, cukup ampuh<br />
menjaga kelangsungan laba yang diperoleh tahun ini<br />
maupun tahun depan.<br />
BANK BUMN<br />
Dalam kesempatan terpisah, ekonom Universitas<br />
<strong>Indonesia</strong> (UI) Dony A. Chalid menilai peran<br />
industri perbankan nasional tak bisa dilepaskan dari<br />
kinerja bank-bank BUMN.<br />
Selama ini, bank pemerintah yang terdiri dari PT<br />
Bank Rakyat <strong>Indonesia</strong> Tbk., PT Bank Mandiri Tbk.,<br />
PT Bank Negara <strong>Indonesia</strong> Tbk., <strong>dan</strong> PT Bank<br />
Tabungan Negara Tbk., menguasai hampir 35% dari<br />
total aset perbankan dalam negeri.<br />
“Bank BUMN memiliki porsi aset yang relatif besar,<br />
sehingga bisa berperan aktif mendorong pertumbuhan<br />
maupun efisiensi di sektor perbankan,” tuturnya.<br />
Dony melihat rasio NIM bank BUMN rata-rata<br />
masih cukup tinggi di atas 6%. <strong>Bisnis</strong> mencatat NIM<br />
rata-rata bank BUMN sampai kuartal III/2013 sebesar<br />
6,32%, meski lebih rendah dari periode yang sama<br />
2012 sebesar 6,45%.<br />
“Jika bank BUMN bisa menekan NIM <strong>dan</strong><br />
meningkatkan efisiensi, maka bank lain ikut<br />
terdorong menekan NIM,” kata Dony.<br />
Meski terdapat indikator seperti rasio beban 2.338,82<br />
operasional pendapatan operasional (BOPO),<br />
1.973,04<br />
1.753,29<br />
1.765,84<br />
1.307,69<br />
1.437,93<br />
NIM kerap dijadikan tolak ukur menilai tingkat<br />
efisiensi perbankan nasional.<br />
Namun, dalam satu forum diskusi beberapa waktu<br />
lalu, Ketua Umum Himpunan Bank-Bank Milik<br />
Negara (Himbara) Gatot M. Suwondo berdalih saat ini<br />
isu mengenai tingginya bunga pinjaman bank tidak<br />
lagi dilihat sebagai permasalahan bagi pelaku usaha<br />
di sektor riil.<br />
Gatot yang juga Dirut BNI melihat pelaku usaha<br />
lebih mengutamakan aksestabilitas <strong>dan</strong> ketersediaan<br />
infrastruktur sebagai satu cara untuk menekan<br />
tingginya biaya produksi.<br />
“Soal bunga bank sebenarnya itu bukan masalah.<br />
Bagi pelaku usaha yang penting akses terhadap pinjaman,<br />
bagaimana caranya kalau mereka butuh <strong>dan</strong>a,<br />
bank langsung bisa menyediakan,” jelasnya.<br />
Survei kegiatan dunia usaha kuartal III/2013 yang<br />
dirilis BI mencerminkan pelaku usaha cenderung<br />
melihat ekspektasi bisnis selama 6 bulan ke depan<br />
relatif sama dengan kondisi saat ini, tercermin dari<br />
tingkat saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar<br />
55,71%.<br />
Terdapat pula pelaku usaha yang melihat aktivitas<br />
bisnis 6 bulan mendatang lebih baik dengan rasio<br />
SBT sebesar 41,8%.<br />
Hanya segelintir persepsi pelaku usaha yang relatif<br />
pesimistis dunia usaha akan membaik, bahkan menilai<br />
lebih buruk meski dengan rasio SBT sebesar 2,49%.<br />
Demikian pula dengan akses pelaku usaha<br />
terhadap kredit pada 3 bulan terakhir yang rata-rata<br />
d ianggap masih normal.<br />
Setidaknya, melihat persepsi pelaku usaha yang<br />
meman<strong>dan</strong>g perekonomian dalam negeri lebih baik<br />
ke depan, akan berimbas pada kinerja bank pada<br />
<strong>2014</strong>.<br />
Kendati proyeksi ekonomi <strong>dan</strong> penyaluran kredit<br />
melambat, laba yang dikantongi bank bakal<br />
tetap menebal.<br />
3.440,21<br />
3.225,19<br />
3.091,43<br />
2.784,91 2.725,67<br />
2.200,09<br />
Laba<br />
Kinerja<br />
Industri<br />
Perbankan<br />
<strong>Indonesia</strong><br />
(Rptriliun)<br />
Kredit<br />
DPK<br />
30,61<br />
45,21<br />
57,31<br />
75,08<br />
92,83<br />
70,74<br />
2008<br />
2009<br />
2010<br />
2011<br />
2012<br />
2013*<br />
Sumber: BI; diolah. Ket: *data sampai Agustus 2013<br />
BISNIS/HUSIN PARAPAT<br />
Laporan Khusus <strong>Arah</strong> <strong>Bisnis</strong> & <strong>Politik</strong> | 43