Bisnis-Indonesia-Arah-Bisnis-dan-Politik-2014
Bisnis-Indonesia-Arah-Bisnis-dan-Politik-2014
Bisnis-Indonesia-Arah-Bisnis-dan-Politik-2014
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
itu. Namun, di sisi lain, koreksi ekonomi Negeri Tirai<br />
Bambu bisa saja membuat mereka mengerem impor<br />
batu bara.<br />
Sementara itu, dari segi nilai, harga sejumlah komoditas,<br />
terutama komoditas unggulan seperti batu bara<br />
<strong>dan</strong> CPO dipastikan masih akan bergerak fluktuatif<br />
pada sepanjang <strong>2014</strong>, dipengaruhi oleh kondisi cuaca<br />
yang tidak menentu <strong>dan</strong> kondisi pasar internasional<br />
yang masih belum stabil.<br />
“Tahun depan kinerja ekspor belum bisa terlalu<br />
banyak diharapkan. Selain beberapa faktor tadi, kita<br />
juga masih terkendala masalah di dalam negeri yang<br />
bisa menghambat pertumbuhan ekspor, terutama yang<br />
berbasis manufaktur,” kata Peneliti Lembaga<br />
Pengkajian, Penelitian, <strong>dan</strong> Pengem bangan Ekonomi<br />
(LP3E) Kadin Ina Primiana.<br />
Dia menambahkan beberapa masalah tersebut di<br />
antaranya upah buruh, infrastruktur, <strong>dan</strong> penghilir an<br />
yang masih belum optimal. Masalah upah bu ruh yang<br />
biasanya diikuti dengan tindakan sweeping atau<br />
kekerasan menjadikan pengusaha tidak bisa mengoptimalkan<br />
produksi. Sementara itu, belum banyaknya<br />
pelabuhan dengan kapasitas <strong>dan</strong> jumlah yang me <br />
madai membuat arus perdagangan baik domestik maupun<br />
ke mancanegara belum maksimal.<br />
Selain itu, upaya penghiliran, salah satunya melalui<br />
pelarangan ekspor barang mineral mentah, yang akan<br />
mulai berlaku awal tahun depan berisiko mereduksi<br />
nilai ekspor. Untuk strategi penghiliran, berita baik nya<br />
adalah pelarangan itu bertujuan meningkatkan nilai<br />
tambah produk ekspor untuk beberapa tahun ke<br />
depan.<br />
Namun, di balik perkiraan ekspor yang menurun,<br />
pelaku usaha tetap menaruh optimistis. Nilai ekspor<br />
sepatu diprediksi bisa mencapai 10% dibandingkan<br />
dengan pencapaian tahun ini yang diperkirakan mencapai<br />
US$3,5 miliar.<br />
Ketua Umum Asosiasi Persepatuan <strong>Indonesia</strong><br />
(Asprisindo) Eddy Widjanarko mengatakan dalam 4<br />
tahun terakhir nilai ekspor sepatu terus mengalami<br />
kenaikan. “Kami cukup optimistis nilai ekspor bisa<br />
meningkat hingga 10% jika melihat tren pertumbuhan<br />
dalam beberapa tahun terakhir sepanjang iklim buruh<br />
di dalam negeri kondusif. Sebagai industri sektor padat<br />
karya, masalah buruh bisa mengganggu proses produksi,”<br />
kata Eddy.<br />
Kinerja ekspor tekstil <strong>dan</strong> produk tekstil (TPT)—<br />
salah satu unggulan ekspor <strong>Indonesia</strong>—pada tahun<br />
depan juga diperkirakan masih cerah. Asosiasi Per tekstilan<br />
<strong>Indonesia</strong> (API) memerkirakan ekspor TPT pada<br />
<strong>2014</strong> mencapai US$13,5 miliar—US$14 miliar.<br />
“Pemulihan permintaan di negara <strong>dan</strong> ekspansi pasar<br />
ekspor baru akan menopang kinerja ekspor TPT,” ujar<br />
Ade Sudrajat, Ketua Umum API.<br />
Dari segi impor, Wakil Menteri Perdagangan Bayu<br />
Krisnamurthi mengatakan kinerja impor tahun depan<br />
masih akan kuat dengan portofolio yang masih sama.<br />
Impor barang modal <strong>dan</strong> bahan baku/penolong<br />
masih akan meningkat. Hal ini tercermin dari pertumbuhan<br />
investasi baik investasi domestik maupun asing<br />
pada 2013. Investasi pada tahun ini biasanya akan<br />
direalisasikan pada awal tahun depan, se hingga akan<br />
mengerek pertumbuhan barang modal <strong>dan</strong> bahan<br />
baku/penolong untuk kepentingan industri.<br />
“Sepanjang investor masih berminat menanamkan<br />
modal di Tanah Air, impor barang modal <strong>dan</strong> bahan<br />
baku/penolong masih akan terjadi,” ujar Bayu.<br />
Di sisi lain, pelaku usaha memprediksi kinerja<br />
impor, terutama barang konsumsi, masih akan tumbuh<br />
meskipun sedikit melambat. Pasalnya, pasar domestik<br />
sudah banyak membuat substitusi produk impor. Hal<br />
tersebut akan mempengaruhi impor barang konsumsi.<br />
“Misalnya saja banyak produk elektronik atau gadget<br />
yang sudah bisa diproduksi oleh industri lokal. Hal<br />
tersebut akan mengurangi belanja impor meskipun<br />
belum signifikan,” kata Sekretaris Jenderal Gabungan<br />
Importir Nasional Seluruh <strong>Indonesia</strong> (Ginsi) Achmad<br />
Ridwan Tento.<br />
Nilai tukar rupiah yang masih belum stabil juga<br />
menahan laju impor barang konsumsi. Apalagi daya<br />
beli masyarakat juga diprediksi menurun.<br />
Dengan perkiraan ekspor <strong>dan</strong> impor pada tahun<br />
depan, ekonom memprediksi neraca pedagangan pada<br />
akhir <strong>2014</strong> masih berisiko mengalami defisit sekitar di<br />
atas US$5 miliar yang dipengaruhi oleh impor migas.<br />
Kepala Ekonom Samuel Asset Management Lana<br />
Soelistianingsih mengatakan impor minyak mentah<br />
masih akan tinggi seiring dengan belum efektifnya<br />
kebijakan pemerintah untuk meredam konsumsi ba <br />
han bakar masyarakat. “Melihat kecenderungan ma <br />
syarakat yang masih sulit menggunakan moda transportasi<br />
umum, sepertinya impor migas masih akan<br />
membebani defisit pada neraca perdagangan meskipun<br />
impor nonmigas berpotensi menurun.”<br />
JELANG AEC 2015<br />
Melihat peta perdagangan pada tahun ini, rasanya<br />
Pemerintah <strong>Indonesia</strong> harus was-was. Apalagi,<br />
jarum jam menuju implementasi Asean Economic<br />
Community (AEC) 2015 makin berdetak kencang.<br />
Menurut Bayu, tahun depan merupakan kunci persiapan<br />
<strong>Indonesia</strong> untuk melakukan penyesuaian terhadap<br />
sistem produksi <strong>dan</strong> sistem perdagangan.<br />
<strong>Indonesia</strong> juga harus mempersiapkan diri untuk<br />
menyambut AEC.<br />
Sejumlah persoalan di dalam negeri harus segera<br />
diselesaikan, mulai dari infrastruktur hingga regulasi<br />
yang terka<strong>dan</strong>g masih berbelit-belit. <strong>Indonesia</strong> tidak<br />
bisa lagi hanya mengandalkan beberapa pelabuhan<br />
utama saja seperti Tanjung Priok atau Tanjung Perak.<br />
Perlu dibangun beberapa pelabuhan yang bisa memfasilitasi<br />
peningkatan kinerja ekspor maupun perdagangan<br />
domestik.<br />
“Jadi <strong>2014</strong> merupakan momentum kita untuk melakukan<br />
konsolidasi <strong>dan</strong> persiapan untuk mencapai pertumbuhan<br />
yang lebih besar pada tahun mendatang<br />
se iring dengan dibukanya pasar bebas,” ujarnya. (Maria<br />
Y. Benyamin)<br />
Laporan Khusus <strong>Arah</strong> <strong>Bisnis</strong> & <strong>Politik</strong> | 63