Bisnis-Indonesia-Arah-Bisnis-dan-Politik-2014
Bisnis-Indonesia-Arah-Bisnis-dan-Politik-2014
Bisnis-Indonesia-Arah-Bisnis-dan-Politik-2014
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Berarti ruang persaingan tokoh muda masih<br />
dibatasi<br />
Itu dia, palang pintu masing-masing partai masih<br />
dipegang pemimpin partai stok lama yang ternyata<br />
masih ingin maju dalam pencalonan ke depan. Yang<br />
dalam hal ini mereka terlihat skeptik terhadap yang<br />
muda.<br />
Masyarakat memang mengharapkan tokoh muda,<br />
wajah baru yang optimistis banyak terobosan, sementara<br />
yang pemimpin lama, tidak usah saya sebutkan<br />
karena hampir semua partai, hampir semuanya masih<br />
berebut kepemimpinan.<br />
Bagaimana yang muda bisa benar-benar<br />
tampil menjadi pilihan pemimpin<br />
Yang muda itu masih banyak yang berada di jajaran<br />
pinggir partai, misalnya PDIP memiliki tokoh muda<br />
seperti Jokowi yang layak jual tetapi seberapapun<br />
besar harapan ke dia, palang pintu tetap ada pada Bu<br />
Mega, beliau yang menentukan.<br />
Juga di Partai Demokrat dengan memunculkan<br />
angin segar melalui konvensi yang<br />
menyodorkan nama <strong>dan</strong> tokohtokoh<br />
muda, banyak disukai<br />
masyarakat. Tetapi apakah<br />
barisan muda di Demokrat itu<br />
bisa menembus barikade<br />
dewan pembinanya<br />
Partai besar lain sama<br />
saja polanya, bagaimana<br />
masyarakat bisa optimistis<br />
Memang seperti itu, orang baru<br />
apalagi muda masih dinilai belum<br />
memiliki sumbangan kepada partai<br />
atau pada kinerja di masyarakat.<br />
Padahal wajah-wajah lama pun sebenarnya<br />
juga bisa dibilang belum<br />
tentu memberikan kontribusi<br />
berarti di masyarakat<br />
maupun negara.<br />
Selain PDIP <strong>dan</strong><br />
Demokrat, lihat juga<br />
Hanura yang sudah<br />
jelas mengusung stok<br />
lama Pak Wiranto<br />
didampingi Hary<br />
Tanoesoedibjo. Lalu<br />
PPP dengan<br />
Suryadharma Ali <strong>dan</strong><br />
PKB yang meski<br />
sudah mencari-cari<br />
nama baru tetapi<br />
yang muncul saat<br />
ini Jusuf Kalla<br />
yang stok lama juga.<br />
Berarti stok<br />
lama yang bersaing<br />
itulah yang<br />
akan tampil<br />
Imam B. Prasodjo<br />
memimpin<br />
Saya bisa menduga, pemilihan orang-orang lama itu<br />
memang berat bagi partai apalagi sudah disadari<br />
bahwa persaingannya semakin ketat karena memunculkan<br />
nama-nama yang sebelumnya juga bersaing.<br />
Tetapi mau bagaimana lagi, yang muda belum<br />
dipercaya mampu, sementara palang pintu penentuan<br />
calon dari partai masih dipegang orang lama yang di<br />
sisi lain tidak terlalu layak.<br />
Orang baru yang naik daun dinilai belum terlalu<br />
lama berperan di masyarakat seperti Jokowi yang<br />
melesat menembus orbit nasional dari wali kota Solo,<br />
lalu sekarang ada nama Ridwan Kamil tetapi juga<br />
belum jelas seberapa besar ia mampu berperan progresif<br />
di masyarakat. Dan tokoh lain di daerah.<br />
Mereka orang-orang muda yang sosoknya se<strong>dan</strong>g<br />
disorot sebagai pemimpin yang bukan hanya wacana<br />
namun juga ke lapangan. Tetapi tidak mengherankan<br />
juga kalau yang banyak tampil Jokowi karena dia<br />
berada di Jakarta, unggul dalam pemberitaan karena<br />
dekat dengan media <strong>dan</strong> media juga banyak<br />
mendekat.<br />
Di sini peran media kemudian dipertanyakan.<br />
Apakah bisa terus mengawal atau akan dibatasi<br />
ketika menyangkut pemilik media yang notabene<br />
ada yang berkepentingan untuk bisa dimunculkan.<br />
Media mengganggu objektivitas penokohan<br />
tokoh sebagai calon pemimpin<br />
Media memang banyak berperan untuk membentuk<br />
opini, mengenalkan tokoh baru hingga<br />
mendongkrak popularitas. Hanya, di balik<br />
media-media besar ada mereka yang memiliki<br />
perusahaan sehingga objektivitas<br />
dipertanyakan.<br />
Seperti misalnya TVOne<br />
dengan Aburizal Bakrie<br />
<strong>dan</strong> Metro TV milik<br />
Surya Paloh. Seberapa<br />
jauh akan bisa me -<br />
nyiarkan secara<br />
netral ketika pemilik<br />
modalnya ikut<br />
dalam pusaran<br />
politik. Masalahnya<br />
sekarang<br />
di<br />
belakang media<br />
ada orang yang<br />
berkepentingan<br />
untuk bisa<br />
mempromosikan<br />
atau tidak<br />
mempromosikan.<br />
Pewawancara:<br />
Pamuji Tri Nastiti<br />
<strong>Bisnis</strong>/Dwi Prasetya<br />
Laporan Khusus <strong>Arah</strong> <strong>Bisnis</strong> & <strong>Politik</strong> | 95