RUU KUHP - Draft II Tahun 2005 Lembaga Studi dan ... - Elsam
RUU KUHP - Draft II Tahun 2005 Lembaga Studi dan ... - Elsam
RUU KUHP - Draft II Tahun 2005 Lembaga Studi dan ... - Elsam
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
<strong>RUU</strong> <strong>KUHP</strong> - <strong>Draft</strong> <strong>II</strong> <strong>Tahun</strong> <strong>2005</strong><br />
Pasal 37<br />
Ayat (1)<br />
Dalam pengertian tindak pi<strong>dan</strong>a tidak termasuk pertanggungjawaban pi<strong>dan</strong>a.<br />
Tindak pi<strong>dan</strong>a hanya menunjuk pada dilarangnya perbuatan sebagaimana<br />
ditetapkan dalam suatu peraturan perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan. Apakah pembuat tindak<br />
pi<strong>dan</strong>a yang telah melakukan perbuatan yang dilarang kemudian juga dijatuhi<br />
pi<strong>dan</strong>a, sangat tergantung pada persoalan apakah dalam melakukan perbuatan<br />
tersebut pembuat tindak pi<strong>dan</strong>a dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata<br />
lain, apakah pembuat tindak pi<strong>dan</strong>a mempunyai kesalahan.<br />
Yang dimaksud dengan “kesalahan” adalah keadaan jiwa seseorang yang<br />
melakukan perbuatan <strong>dan</strong> perbuatan yang dilakukan itu sedemikian rupa,<br />
sehingga orang itu patut dicela. Apabila pembuat tindak pi<strong>dan</strong>a memang<br />
mempunyai kesalahan dalam melakukan tindak pi<strong>dan</strong>a, maka ia akan dijatuhi<br />
pi<strong>dan</strong>a. Tetapi apabila pembuat tindak pi<strong>dan</strong>a tidak mempunyai kesalahan,<br />
walaupun telah melakukan perbuatan yang dilarang <strong>dan</strong> perbuatan tersebut<br />
diancam dengan pi<strong>dan</strong>a, ia tidak akan dijatuhi pi<strong>dan</strong>a. Dengan demikian, asas<br />
tiada pi<strong>dan</strong>a tanpa kesalahan merupakan asas fundamental dalam<br />
pertanggungjawaban pembuat tindak pi<strong>dan</strong>a karena telah melakukan tindak<br />
pi<strong>dan</strong>a.<br />
Ayat (2)<br />
Cukup jelas.<br />
Pasal 38<br />
Ayat (1)<br />
Ketentuan pada ayat ini merupakan pengecualian terhadap asas tiada pi<strong>dan</strong>a<br />
tanpa kesalahan. Oleh karena itu, tidak berlaku bagi semua tindak pi<strong>dan</strong>a,<br />
melainkan hanya untuk tindak pi<strong>dan</strong>a tertentu yang ditetapkan oleh Un<strong>dan</strong>g-<br />
Un<strong>dan</strong>g. Untuk tindak pi<strong>dan</strong>a tertentu tersebut, pembuat tindak pi<strong>dan</strong>a telah<br />
dapat dipi<strong>dan</strong>a hanya karena telah dipenuhinya unsur-unsur tindak pi<strong>dan</strong>a oleh<br />
perbuatannya. Di sini kesalahan pembuat tindak pi<strong>dan</strong>a dalam melakukan<br />
perbuatan tersebut tidak lagi diperhatikan. Asas ini dikenal sebagai asas “strict<br />
liability”.<br />
Ayat (2)<br />
Ketentuan ayat ini merupakan pengecualian dari asas tiada pi<strong>dan</strong>a tanpa<br />
kesalahan. Lahirnya pengecualian ini merupakan penghalusan <strong>dan</strong> pendalaman<br />
asas regulatif dari yuridis moral yaitu dalam hal-hal tertentu tanggung jawab<br />
seseorang dipan<strong>dan</strong>g patut diperluas sampai kepada tindakan bawahannya<br />
yang melakukan pekerjaan atau perbuatan untuknya atau dalam batas-batas<br />
perintahnya. Oleh karena itu, meskipun seseorang dalam kenyataannya tidak<br />
melakukan tindak pi<strong>dan</strong>a namun dalam rangka pertanggungjawaban pi<strong>dan</strong>a ia<br />
dipan<strong>dan</strong>g mempunyai kesalahan jika perbuatan orang lain yang berada dalam<br />
kedudukan yang sedemikian itu merupakan tindak pi<strong>dan</strong>a. Sebagai suatu<br />
pengecualian, maka ketentuan ini penggunaannya harus dibatasi untuk<br />
kejadian-kejadian tertentu yang ditentukan secara tegas oleh Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g<br />
agar tidak digunakan secara sewenang-wenang. Asas pertanggungjawaban<br />
yang bersifat pengecualian ini dikenal sebagai asas tanggung jawab mutlak atau<br />
“vicarious liability ”.<br />
Pasal 39<br />
Ayat (1)<br />
Ketentuan pada ayat ini menegaskan kembali prinsip yang dituangkan dalam<br />
Pasal 37 ayat (1), bahwa tiada pi<strong>dan</strong>a tanpa kesalahan. Secara doktriner,<br />
bentuk-bentuk kesalahan dapat berupa kesengajaan <strong>dan</strong> kealpaan. Oleh karena<br />
<strong>Lembaga</strong> <strong>Studi</strong> <strong>dan</strong> Advokasi Masyarakat (ELSAM) 16