20.09.2016 Views

[2010] Position Paper Industri Gula

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

BAB III<br />

REGULASI SEBAGAI INTERVENSI PEMERINTAH<br />

<strong>Gula</strong> merupakan komoditi yang harganya dikontrol oleh pemerintah sehingga<br />

harga yang terjadi sangat tergantung pada kebijakan gula yang ada. Bagian ini akan<br />

menjabarkan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam industri gula.<br />

3.1. Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 643<br />

Tahun 2002 tentang Tata Niaga Impor <strong>Gula</strong><br />

Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan (SK No.<br />

643/MPP/Kep/9/2002) tentang Tata niaga Impor <strong>Gula</strong> dimaksudkan untuk mengatur<br />

aktivitas impor gula. Kebijakan ini memberikan kewenangan kepada importir<br />

produsen (IP) untuk mengimpor gula mentah (raw sugar) dan kepada importir terdaftar<br />

(IT) untuk mengimpor gula kristal putih (white sugar). IT yang diberikan kewenangan<br />

tersebut tidak lain adalah perkebunan gula yang memiliki perolehan bahan baku 75%<br />

yang berasal dari petani. Perusahaan perkebunan yang memenuhi kualifikasi sebagai IT<br />

adalah empat BUMN yang masuk kualifikasi, yaitu PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX,<br />

PTPN X, PTPN XI, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT RNI).<br />

Pada sisi lain, kebijakan ini juga memberikan peluang bagi pengembangan<br />

industri gula rafinasi, yang khusus memutihkan raw sugar impor yang umumnya tidak<br />

layak untuk dikonsumsi secara langsung. Dalam kebijakan ini diatur bahwa raw sugar<br />

dan gula rafinasi yang diimpor oleh importir produsen (IP) hanya dipergunakan sebagai<br />

bahan baku untuk proses produksi pengolahan gula, dan dilarang diperjualbelikan serta<br />

dipindahtangankan.<br />

Menurut kebijakan yang tertuang dalam SK 643 tersebut, pemerintah hanya<br />

memberi ijin PTPN IX, PTPN X, PTPN XI dan PT RNI untuk mengimpor gula dengan<br />

tujuan konsumsi langsung. Namun para pengimpor tersebut diwajibkan membayar tarif<br />

bea masuk (TBM) sebesar Rp 700,- per kg untuk gula putih dan Rp 500,-/kg untuk gula<br />

mentah. Tujuan SK 643 adalah melindungi industri gula dari banjir gula impor. Dengan<br />

penerapan tarif bea masuk (TBM), maka ditentukan sedemikian rupa sehingga<br />

produsen menerima harga di atas biaya produksinya.<br />

38

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!