Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
hanya diselesaikan dengan mekanisme perdagangan, dimana ditekankan mekanisme<br />
untuk mengisi kekurangan pasokan gula bagi pasar dalam negeri, yaitu dengan<br />
diberlakukannya SK 643, yang kemudian di revisi menjadi SK 527. Aturan lain yang<br />
muncul justru lebih kepada penetapan harga dasar gula, yang justru dijadikan harga<br />
batas bawah oleh pelaku usaha dalam melakukan pelelangan. Hal ini menjadi aneh,<br />
karena di sisi hulu, hal yang hendak diberlakukan adalah mekanisme pasar, tetapi<br />
memakai harga rujukan/harga dasa dari penetapan harga gula oleh pemerintah.<br />
SK 527 yang dijadikan dasar untuk impor juga memberikan dampak terhadap<br />
perilaku harga dari sisi supply karena adanya dana talangan yang mengikat pelaku<br />
usaha, sehingga pelaku usaha pasti akan berusaha mengangkat harga di atas harga<br />
dasar gula. Kondisi ini akan berimbas di sisi distribusi, apalagi jalur distribusi hanya<br />
dikuasai oleh beberapa pelaku tertentu saja.<br />
Dengan diaturnya impor dan dibatasinya jumlah impor serta hanya dilakukan<br />
oleh beberapa pelaku usaha, menyebabkan harga tidak stabil turun dan malahan yang<br />
terjadi adalah harga seolah-olah dijaga dikisaran tertentu. Dengan seluruh jumlah<br />
pasokan yang ada di tangan pelaku usaha, maka semakin jelas bahwa tidak dapat<br />
dilakukan penetapan harga wajar yang diberikan kepada konsumen.<br />
Ditengah kondisi tersebut, diberlakukan pembedaan jenis gula konsumsi/gula<br />
kristal putih dan gula produsen/gula rafinasi, dimana gula rafinasi pada awalnya tidak<br />
diatur secara ketat. Aturan yang ada akhirnya lebih pada membatasi jumlah impor raw<br />
sugar dan gula rafinasi,dimana pelaku usaha industri rafinasi mendapatkan kemudahan<br />
dalam investasi dan bea masuk yang lebih murah. Hal ini menyebabkan harga gula<br />
rafinasi cenderung lebih murah dibandingkan harga gula kristal putih produksi dalam<br />
negeri. Meskipun secara tujuan dan spesifikasi dibuat berbeda dengan gula kristal<br />
putih, akan tetapi dalam kenyataannya gula rafinasi juga dapat dikonsumsi dan<br />
merembes ke pasar konsumen dalam negeri.<br />
Hal ini menambah rumitnya permasalahan di sektor gula, dimana terdapat dua<br />
kebijakan yang mempunyai dampak yang saling tumpang tindih. Untuk itu, perlu<br />
adanya road map mengenai industri gula di Indonesia yang dipikirkan untuk jangka<br />
panjang, sehingga bentuk regulasi yang diambil dapat saling mendukung.<br />
45