Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
BISNIS<br />
Menyesap soda dingin di udara yang sedang<br />
terik, huahhh terbayang segarnya. Namun<br />
hati-hati, ternyata ada bahaya yang mengancam<br />
di balik kesegaran ini. Terlalu banyak<br />
mengonsumsi minuman soda berpemanis bisa memicu<br />
penyakit degeneratif atau penyakit yang muncul akibat<br />
kemunduran fungsi sel. Sebut saja gangguan ginjal, diabetes,<br />
asam urat, gangguan lambung, hati dan usus,<br />
serta obesitas.<br />
Karena alasan itulah, tahun depan Kementerian Keuangan<br />
(Kemenkeu) berencana mengenakan cukai terhadap<br />
minuman ringan berkarbonasi. Kemenkeu bahkan<br />
telah meminta restu parlemen untuk memuluskan<br />
rencana tersebut. Pekan lalu, Kepala Badan Kebijakan<br />
Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Bambang S. Brodjonegoro<br />
telah menyampaikannya dalam rapat dengar<br />
pendapat dengan Komisi XI DPR.<br />
Mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia<br />
itu berharap, pengenaan cukai ini dapat mengendalikan<br />
konsumsi minuman ringan berkarbonasi, sehingga<br />
dampak negatifnya bisa ditekan.<br />
Indonesia termasuk terlambat mengenakan cukai pada<br />
minuman berkarbonasi. Sebelumnya, ada 71 negara antara<br />
lain Amerika Serikat, Laos, Thailand, India, Singapura<br />
dan Meksiko telah mengenakan cukai terhadap<br />
minuman karbonasi berpemanis, dengan alasan<br />
membahayakan kesehatan atau lingkungan<br />
hidup.<br />
Kemenkeu menargetkan, kebijakan ini<br />
akan menyumbang Rp 2,37 triliun ke kocek<br />
negara. Adapun besaran tarif cukai<br />
yang akan dikenakan berkisar antara<br />
Rp 1.000 hingga Rp 5.000 per liter.<br />
Angka ini akan dikaji setiap dua<br />
tahun sekali, untuk menilai<br />
sukses atau tidaknya penge-<br />
Majalah detik 24 - 30 desember 2012