You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
BISNIS<br />
Asumsi TArif CukAi dAn PoTensi PenerimAAn CukAi minumAn<br />
ringAn kArbonAsi berPemAnis*<br />
Tarif<br />
Asumsi Persentase<br />
Terhadap Harga<br />
Potensi<br />
Penerimaan<br />
Rp 1.000 12% Rp 0,79 triliun<br />
Rp 2.000 23% Rp 1,58 triliun<br />
Rp 3.000 35% Rp 2,37 triliun<br />
Rp 4.000 47% Rp 3,16 triliun<br />
Rp 5.000 58% Rp 3,95 triliun<br />
*Asumsi hArgA kemAsAn rp<br />
8.600<br />
sumber: bAhAn rdp bAdAn<br />
kebijAkAn FiskAl dengAn<br />
komisi Xi dpr<br />
nyesatkan masyarakat,” kata Suroso Natakusuma, Sekretaris<br />
Jenderal ASRIM.<br />
Namun ada alasan yang lebih mendasar di balik penolakan<br />
ini. Jika pemerintah benar-benar menetapkan<br />
tarif cukai sebesar Rp 3.000 per liter, diperkirakan harga<br />
minuman karbonasi berpemanis akan terkerek<br />
hingga 25% dari harga saat ini. Lonjakan harga<br />
ini diyakini bakal membuat permintaan<br />
turun, sehingga pengenaan cukai juga bakal<br />
mengganggu penjualan di tingkat distributor<br />
hingga pedagang eceran. Industri pendukung<br />
seperti karton untuk pengepakan dan<br />
plastik atau kaleng untuk kemasan, juga akan<br />
terpengaruh.<br />
Andrew Hallatu, Media Relations Manager PT<br />
Coca-Cola Indonesia, mengakui cukai ini akan<br />
memengaruhi penjualan minuman bermerek<br />
global ini. Namun ia enggan memaparkan seberapa<br />
besar dampaknya bagi Coca Cola, apalagi<br />
pasar Coca Cola tak hanya di Indonesia.<br />
“Kami percaya ASRIM sebagai asosiasi dapat<br />
memberikan pandangan yang lebih menyeluruh,”<br />
ujar Andrew kepada majalah detik. (HAns/Ami)<br />
Majalah detik 24 - 30 desember 2012