05.06.2013 Views

CoMInet v1.0

CoMInet v1.0

CoMInet v1.0

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Dengan konsep ini diharapkan tingkat kepuasan pelanggan akan meningkat dengan sangat siginificant,<br />

performance perusahaan secara technical dan financial juga akan tetap terjaga dengan baik.<br />

Pemerintah: Ada Potensi BHP Frekuensi Yang Tidak Dibayarkan [Operator X]<br />

By Julitra on Apr 25, 2008 in Featured, Artikel | Edit<br />

Back to Artikel<br />

Demikian klaim tidak resmi yang disampaikan oleh Pemerintah melalui Direktorat Frekuensi dan Orbit Satelit,<br />

Ditjen Postel, berdasarkan data pemeriksaan penggunaan frekuensi yang dilakukan oleh Balai Monitoring (Balmon)<br />

Ditjen Postel. Pihak Postel telah menyebutkan angka, sekitar 40 milliar rupiah, untuk salah satu kota di Sumatera,<br />

yang masih harus dibayarkan [Operator X] kepada negara.<br />

Postel menyampaikan klaim tersebut berlandaskan PP No. 28 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Komunikasi dan<br />

Informatika No. 19/PER.KOMINFO/10/2005 yang menyatakan bahwa Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi yang<br />

dibayarkan adalah berdasarkan jumlah transceiver (TRX) yang terpasang pada satu konfigurasi Base Transceiver<br />

Station (BTS). Ditemukan, dari hasil pemeriksaan frekuensi, bahwa jumlah frekuensi yang memancar pada network<br />

[Operator X] melebihi, jauh lebih banyak, dari jumlah TRX yang dilaporkan.<br />

Angka yang disebutkan di atas hanya untuk satu kota saja. Kali angka tersebut dengan seluruh kota di Indonesia.<br />

Jumlah yang masih harus dibayarkan [Operator X] ke negara akan masuk pada bilangan trilyunan rupiah. Dan<br />

jumlah ini harus dibayarkan terus per tahun sesuai dengan regulasi yang ada.<br />

Apakah benar bahwa [Operator X] telah dengan sengaja merugikan negara dengan tidak membayar seluruhnya<br />

BHP frekuensi?<br />

Respon [Operator X]<br />

[Operator X] tidak sependapat dengan klaim tersebut. Dengan sumber Regulasi yang sama, [Operator X], melalui<br />

surat Dirut No. 239/PD-00/VIII/2007 tertanggal 31 Agustus 2007, yang ditujukan kepada Dirjen Postel, telah<br />

mengklarifikasikan bahwa jumlah TRX yang dilaporkan telah sesuai dengan data yang ada di network kita.<br />

[Operator X] membenarkan data yang disodorkan oleh pihak Postel bahwa ada lebih banyak frekuensi yang<br />

memancar dibanding jumlah TRX yang terpasang. Tapi tidak untuk argumen bahwa jumlah frekuensi yang<br />

memancar adalah sama dengan jumlah TRX yang terpasang. Apabila dilakukan audit di lapangan, jumlah TRX yang<br />

dilaporkan [Operator X] akan sesuai dengan jumlah yang terpasang pada network.<br />

Lantas kenapa ada klaim Postel seperti itu? Jawabannya ada pada update teknologi TRX yang dilakukan oleh<br />

[Operator X].<br />

Perkembangan Teknologi<br />

Dengan teknologi radio konvensional, satu TRX memang hanya bisa memancarkan (downlink) dan menerima<br />

(uplink) satu pasang frequency dupleks yang sama. Sehingga, jika ada satu sektor yang memiliki 4 TRX, sektor<br />

tersebut akan memancarkan frekuensi 1 (f1) untuk TRX I, frekuensi 2 (f2) untuk TRX II, frekuensi 3 (f3) untuk TRX III<br />

dan frekuensi 4 (f4) untuk TRX IV secara terus menerus. Dengan kata lain, hanya ada empat frequency yang akan<br />

terukur pada sektor tersebut. Inilah pemahaman yang dimiliki Postel, atau setidaknya demikianlah yang dikatakan<br />

mereka.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!