05.06.2013 Views

CoMInet v1.0

CoMInet v1.0

CoMInet v1.0

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

ancaman, bahkan operasional kegiatan-kegiatan terorisme pun banyak menggunakan kartu prabayar. Pihak<br />

keamanan akan sangat susah untuk memdeteksi siapa dan dimana pelaku tindakan-tindakan kriminal yang<br />

menggunakan kartu prabayar ini, sebab pelaku kejahatan dapat mendapatkan kartu prabayar dimana saja dan<br />

membuangnya sesudah melakukan kejahatan.<br />

Dengan alasan untuk memiliki data semua pengguna kartu prabayar sehingga orang akan merasa lebih<br />

bertanggung jawab dalam menggunakan kartu prabayar dan pada akhirnya penggunaan kartu prabayar untuk<br />

kegiatan-kegatan kriminal dapat dikurangi, maka pemerintah mengeluarkan peraturan yang mewajibkan setiap<br />

pelanggan seluler untuk meregistrasikan data pribadinnya ke database yang terdapat pada operator selulernya.<br />

Dan bila pelanggan tidak melakukan registrasi, maka dalam rentang waktu tertentu kartunya akan diblok dan<br />

dihapus sehingga tidak dapat digunakan kembali.<br />

Kalau kita mau jujur, sebenarnya ide registrasi prabayar ini lebih dikarenakan karena maraknya aksi terorisme di<br />

Indonesia akhir-akhir ini. Dan kelompok-kelompok teroris itu menggunakan kartu prabayar dalam operasinya.<br />

Karena kartu prabayar dapat diperoleh dimana saja, dan penggunanya tidak terdata, maka pihak keamanan<br />

kesulitan dalam melacak siapa dan dimana kelompok-kelompok teroris tersebut. Sehingga muncullah ide untuk<br />

mendata semua pengguna kartu prabayar. Dengan harapan kegiatan terorisme dapat lebih terkendali dan mudah<br />

diketahui pelakunya.<br />

Effort dan Resiko<br />

Tidak dapat dipungkiri bahwa operator seluler di Indonesia membutuhkan effort yang besar untuk dapat<br />

memenuhi peraturan pemerintah ini, yang semuanya itu berujung dengan makin besarnya biaya operasional yang<br />

mereka keluarkan.<br />

Dalam melakukan registrasi, pemerintah menyerahkan sepenuhnya mekanisme pelaksanaannya kepada masingmasing<br />

operator. Dari beberapa petemuan yang sudah dilakukan oleh beberapa operator seluler, mengerucut<br />

suatu ide untuk melakukan registrasi melalui SMS. SMS dianggap sebagai sarana yang paling mudah untuk<br />

melakukan registrasi dan tidak memberatkan pelanggan. SMS registrasi ini nantinya haruslah gratis, sebab bila<br />

dikenakan biaya maka pelanggan akan enggan untuk melakukan registrasi. Dengan asumsi jumlah pelanggan<br />

seluler sebanyak 45 juta dan tarif satu SMS rata-rata Rp.300, maka peraturan registrasi prabayar ini akan<br />

mengakibatkan operator mengalami kerugian sebesar Rp.13.500.000.000,- (45 juta x Rp.300,-).<br />

Angka kerugian di atas hanya dari tarif SMS registrasi, belum lagi biaya yang harus dikeluarkan operator untuk<br />

mensosialisasikan peraturan ini ke pelanggan existingnya. Sosialisasi sangat penting sebab bila peraturan ini tidak<br />

diketahui dan dipahami oleh pelanggan existing sehingga mengakibatkan sang pelanggan tidak melakukan<br />

registrasi dan kartunya diblok, maka operatorlah yang akan rugi, sebab mereka akan kehilangan pelanggan. Ada<br />

tercetus ide untuk melakukan sosialisasi dengan mengirimkan SMS pemberitahuan kepada tiap-tiap pelanggan.<br />

Maka untuk sekali proses sosialisasi, operator akan mengalami kerugian sebesar Rp.13.500.000.000,- (45 juta x<br />

tarif 1 SMS Rp.300,-). Dan sosialisasi tidak hanya dilakukan satu kali saja, mungkin akan dilakukan 2 sampai tiga<br />

kali, agar pelanggan existing benar-benar mengetahui dan paham, maka kerugian operatorpun akan berlipat<br />

menjadi dua sampai tiga kali lipat.<br />

Setelah proses registrasi, maka operator diwajibkan untuk melakukan proses validasi data, apakah data yang<br />

dikirim pelanggan benar atau palsu. Beberapa operator ada yang menolak kalau tanggung jawab validasi ada di sisi<br />

mereka, dengan alasan hal itu terkait dengan tingkat kejujuran pelanggan dan hal ini berada di luar jangkauan dan<br />

kemampuan mereka. Tapi ada juga operator yang menyanggupinya dan berencana melakukan proses validasi<br />

dengan menelepon pelanggan satu-persatu dan menanyakan keabsahan data yang mereka kirim. Kalau kita<br />

misalkan satu orang pelanggan akan dihubungi dan berbicara rata-rata selama 2 menit, dan tarif pembicaraan ratarata<br />

sebesar Rp.1.000,- per menit (tarif seluler ke seluler sejenis, sebab masing-masing operator akan lebih<br />

memilih untuk menggunakan produk seluler mereka sendiri dan digunakan untuk menghubungi pelanggannya<br />

ketimbang menggunakan PSTN Telkom ataupun produk operator lain, sebab walaupun biayanya mungkin lebih<br />

murah, dengan mengunakan PSTN telkom atau produk operator lain mereka harus membayar tagihan ke Telkom<br />

ataupun operator lain. Sedangkan kalau mereka memakai produk mereka sendiri, mereka tidak harus melakukan<br />

transaksi berupa uang), maka kerugian yang akan dialami operator karena proses validasi data ini adalah sebesar<br />

Rp.90.000.000.000,- (2 menit x Rp.1.000,- x 45 juta pelanggan). Angka-angka kerugian di atas adalah angka<br />

kerugian yang diderita operator untuk jumlah pelanggan 45 juta, jadi angka tersebut pasti akan naik terus seiring<br />

dengan bertambahnya jumlah pelanggan seluler di Indonesia.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!