23.01.2015 Views

Aceh Damai Dengan Keadilan? Mengungkap Kekerasan ... - KontraS

Aceh Damai Dengan Keadilan? Mengungkap Kekerasan ... - KontraS

Aceh Damai Dengan Keadilan? Mengungkap Kekerasan ... - KontraS

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

MELAWAN IMPUNITY, MENUNTUT KEADILAN KEJAHATAN HAM MASA LALU DI ACEH<br />

Penguasa Darurat Militer Pusat/Penguasa Darurat Perang Pusat dan<br />

bertanggung jawab kepadanya.”<br />

Dalam ayat (5) pada pasal tersebut dinyatakan:<br />

“Penguasa Darurat Sipil Pusat/Penguasa Darurat Militer Pusat/<br />

Penguasa Darurat Perang Pusat dapat mencabut sebagian dari kekuasaan<br />

yang diberikan oleh Peraturan ini kepada Penguasa Darurat Sipil<br />

DaerahPenguasa Darurat Militer Daerah/Penguasa Darurat Perang<br />

Daerah.”<br />

Yang dimaksud dengan Penguasa Darurat Sipil Pusat/Penguasa<br />

Darurat Militer Pusat/Penguasa Darurat Perang Pusat disini<br />

adalah Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang (Pasal 3<br />

ayat 1).<br />

<strong>Dengan</strong> demikian sebenarnya peranan Presiden sangat<br />

penting dan strategis dalam menentukan, mengontrol, serta<br />

membatasi kondisi darurat militer atau sipil di <strong>Aceh</strong>. Lebih lanjut<br />

melalui Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 2003 tentang<br />

Pernyataan Keadaan Bahaya <strong>Dengan</strong> Tingkatan Keadaan Darurat<br />

Militer Di Provinsi Naggroe <strong>Aceh</strong> Darus-salam, Presiden<br />

Megawati mengangkat Menkopolkam Susilo Bambang<br />

Yudhoyono menjadi Ketua Badan Pelaksana Harian Penguasa<br />

Darurat Militer Pusat. <strong>Dengan</strong> otoritasnya sebagai Penguasa<br />

Darurat Pusat, Presiden Megawati dan Menkopolkam bisa<br />

memainkan peran yang penting bagi <strong>Aceh</strong>. Namun yang terjadi<br />

selama ini adalah ketiadaan kontrol atas kewenangan yang sangat<br />

luas, yang dipegang oleh PDMD <strong>Aceh</strong>. Dalam menilai kebijakan<br />

darurat militer, hampir semua pejabat negara, mulai dari<br />

Presiden, para menteri, legislatif, militer, dan sejumlah elit<br />

nasional lainnya selalu mengajukan argumen “mempertahankan<br />

Negara Kesatuan Republik Indonesia” atau label “menghabisi gerakan<br />

separatisme”.<br />

Bila mengikuti logika UU 23/Prp/1959 ini serta pernyataan<br />

Menkopolkam ad interim Hari Sabarno yang menjelaskan bahwa<br />

144

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!