Aceh Damai Dengan Keadilan? Mengungkap Kekerasan ... - KontraS
Aceh Damai Dengan Keadilan? Mengungkap Kekerasan ... - KontraS
Aceh Damai Dengan Keadilan? Mengungkap Kekerasan ... - KontraS
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
MELAWAN IMPUNITY, MENUNTUT KEADILAN KEJAHATAN HAM MASA LALU DI ACEH<br />
mengundang investor asing datang ke <strong>Aceh</strong>. Sejak saat itu, gas<br />
alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) — yang diolah di<br />
kilang PT Arun Natural Gas Liquefaction (NGL) Co, yang berasal<br />
dari instalasi PT. ExxonMobil Oil Indonesia (EMOI) di zona<br />
industri Lhokseumawe — telah menyulap wilayah ini menjadi<br />
kawasan industri petrokimia modern 13 atau dikenal ZILS (Zona<br />
Industri Lhokseumawe). Selain itu dibangun pusat-pusat<br />
investasi besar seperti PT. Pupuk Asean, Asean <strong>Aceh</strong> Fertilizer<br />
(AAF) (1981), PT. Pupuk Iskandar Muda (1982), PT. Kertas Kraft<br />
(1985).<br />
Namun demikian pengukuhan wilayah industri ini, bukanlah<br />
tanpa meninggalkan masalah. Ketidakpuasan mulai dalam hal<br />
ganti rugi tanah : PT. Arun pada tahun 1972 memberikan harga<br />
antara Rp. 100,- s/d 180.,- per meter. Sementera PT. AAF<br />
memberikan harga Rp.300-350 per meter pada tahun 1980. PT.<br />
PIM memberikan harga antara Rp. 800,- s/d Rp. 1.200. Sebagian<br />
masyarakat bahkan ditakut-takuti dan diteror untuk<br />
menyerahkan tanah, sebagian kemudian ditempatkan di lokasilokasi<br />
penampungan yang jauh dari desa asal mereka dan jauh<br />
dari mata pencaharian semula.<br />
<strong>Dengan</strong> demikian pembangunan industri <strong>Aceh</strong> Utara di lain<br />
sisi berimplikasi pada “pengusiran orang <strong>Aceh</strong>”. Terjadi<br />
perubahan populasi penduduk pendatang, misal di wilayah<br />
Batupaht Timur, 62 persen penduduknya adalah pendatang<br />
sementara di Tambon Baroh 52 persen pendatang. Para<br />
pendatang ini kebanyakan bekerja sebagai pedagang, kontraktor<br />
dan sektor jasa lainnya, sementara penduduk lokal kebanyakan<br />
masih terus bertani. 14 Wilayah ini memang dikenal sebagai<br />
13<br />
Ibid.<br />
14<br />
Abdul Rahman, “Zona Industri (ZILS): Studi tentang Kesenjangan Sosial Budaya di <strong>Aceh</strong><br />
Utara”, Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume II. No. 1 September 1998. PMB-LIPI, Jakarta,<br />
1998.<br />
32