PENDAHULUANSetiap tahun kebutuhan bone graft terus bertambah. Hal ini disebabkan olehmeningkatnya jumlah kecelakaan yang mengakibatkan patah tulang, penyakit bawaan,<strong>dan</strong> non bawaan. Berdasarkan data di Asia Indonesia adalah Negara dengan jumlahpenderita patah tulang tertinggi. Diantaranya, ada sebanyak 300-400 kasus operasi bedahtulang per bulan di RS. Dr. Soetomo Surabaya (Gunawarman dkk, 2010).Bagian tubuh yang paling sering terjadi patah tulang adalah bagian panggul,pergelangan kaki, tibia, <strong>dan</strong> fibula (Ficai et al., 2011). Bone graft yang biasanyadigunakan adalah autograft <strong>dan</strong> allograft. Namun, autograft <strong>dan</strong> allograft tidak dapatmemenuhi keseluruhan kebutuhan bone graft yang terus meningkat. Upaya untukmengatasi masalah ini adalah penggunaan bone graft sintetis.Syarat yang harus dipenuhi oleh bone graft sintetis adalah dapat diterima tubuhatau biokompatibel <strong>dan</strong> menguntungkan bagi proses osteokonduksi, osteoinduksi, <strong>dan</strong>osteogenesis tulang. Osteokonduktif <strong>dan</strong> osteoinduktif adalah hal terpenting untukbiomaterial resorbable guna mengarahkan <strong>dan</strong> mendorong formasi pertumbuhan jaringan(Wahl <strong>dan</strong> Czernuszka, 2006). Osteokonduktif <strong>dan</strong> osteointegrasi dari bone graftberhubungan dengan tingkat porositas <strong>dan</strong> ukuran pori (Develioglu et al. 2005).Berdasarkan penelitian sebelumnya, persyaratan minimum untuk ukuran poridianggap ~100µm karena ukuran sel, persyaratan migrasi <strong>dan</strong> transport sel. Namun,dianjurkan ukuran pori >300 µm karena meningkatkan pembentukan tulang baru <strong>dan</strong>pembentukan kapiler (Karageorgiou, 2005). Makroporositas yang tinggi dapatmeningkatkan pembentukan tulang, akan tetapi nilai yang lebih tinggi dari 50% dapatmengakibatkan hilangnya sifat mekanik biomaterial (Lu JX et al., 1999).Bone graft sintetis yang baik adalah bone graft yang secara struktur <strong>dan</strong>komposisi mirip dengan tulang alami. Komposit kolagen-hidroksiapatit adalah bone graftsintetis yang sangat mirip dengan tulang dari banyak sudut pan<strong>dan</strong>g. Tulang terdiri darikolagen <strong>dan</strong> hidroksiapatit sebagai komponen utama <strong>dan</strong> beberapa persen dari komponenlainnya (Vaccaro, 2002). Komposit kolagen-hidroksiapatit saat ditanamkan dalam tubuhmanusia menunjukkan sifat osteokonduktif yang lebih baik dibandingkan denganhidroksiapatit monolitik <strong>dan</strong> menghasilkan kalsifikasi matriks tulang yang persis sama(Serre et al., 1993; Wang et al., 1995). Selain itu, komposit kolagen-hidroksiapatitterbukti biokompatibel baik pada manusia maupun hewan (Serre et al., 1993; Scabbia <strong>dan</strong>Trombelli., 2004).90 <strong>Jurnal</strong> <strong>Fisika</strong> <strong>dan</strong> <strong>Terapannya</strong> |Vol.1, No.1, <strong>Januari</strong> <strong>2013</strong>
Upaya untuk mendapatkan komposit dengan struktur <strong>dan</strong> komposisi yang samadengan tulang alami adalah mengolaborasikan beberapa metode sintesis. Kunci dalamsintesis makroporus salah satunya adalah dengan variasi laju pembekuan (Wahl <strong>dan</strong>Czernuszka, 2006). Metode sintesis yang paling berguna untuk fabrikasi material porousadalah metode freeze-drying. Pada metode freeze-drying, pengendalian pertumbuhankristal es sangat penting untuk mendapatkan diameter <strong>dan</strong> bentuk pori yang sesuai, karenastruktur pori adalah replikasi dari jeratan dendrite kristal es. Pada prinsipnya metodefreeze-drying terdiri atas dua urutan proses, yaitu pembekuan yang dilanjutkan denganpengeringan. Diameter pori dapat dikontrol pada tahap pembekuan. Pada penelitian ini,kontrol ukuran makroporus komposit dilakukan dengan beberapa variasi waktupembekuan.BAHAN DAN METODEBahan yang digunakan untuk membuat komposit kolagen-hidroksiapatit berporusdengan teknik freeze-drying adalah hidroksiapatit bubuk dengan ukuran butir 150-355µm, HCL, NaOH, Na 2 HPO 4 , CH 3 COOH, NH 3 , asam fosfat <strong>dan</strong> aquades. Hidroksiapatityang digunakan berasal dari tulang sapi <strong>dan</strong> kolagen diekstraksi dari cakar ayam.Kolagen diekstraksi dari cakar ayam broiler. Ekstraksi kolagen dari cakar ayamdigunakan metode Prayitno (2007) dimodifikasi. Cakar ayam yang digunakan berasal daripenjual daging ayam di pasar Manukan Kulon Surabaya.Cakar ayam yang telah terkumpul dicuci bersih <strong>dan</strong> disimpan dalam freezer.Penyimpanan dalam freezer dimaksudkan supaya cakar ayam tidak membusuk. Cakarayam dikeluarkan dari freezer kemudian dipisahkan dari tulangnya dengan dipotongpotongmenggunakan pisau untuk memudahkan proses penghancuran. Potongan cakarselanjutnya dihancurkan dengan blender. Reduksi ukuran ini untuk mempermudah prosesperegangan kolagen oleh larutan asam. Cakar yang telah hancur ditimbang sebanyak 100gram kemudian direndam selama 24 jam dengan larutan HCL 5% dengan volume 8 kaliberat sampel. Selama perendaman, sampel disimpan dalam kulkas.Setelah mencapai waktu perendaman, cairan dipisahkan melalui penyaringandengan kain mori. Filtrat (cairan hasil penyaringan) ditambah larutan NaOH 1 N sampaimencapai pH netral <strong>dan</strong> didiamkan sampai kolagen menggumpal. Saat mendekati pHnetral, terlihat gumpalan sedikit demi sedikit mulai teramati. Begitu mencapai pH netral,serabut-serabut kolagen mulai terbentuk <strong>dan</strong> menyatu sehingga terlihat gumpalan yangnyata. Gumpalan kolagen terbentuk sempurna pada pH netral (pH 7). Selanjutnya<strong>Jurnal</strong> <strong>Fisika</strong> <strong>dan</strong> <strong>Terapannya</strong> |Vol.1, No.1, <strong>Januari</strong> <strong>2013</strong> 91
- Page 2:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYAVOLUME
- Page 11 and 12:
Crisp, John dan Elliot, Barry, 2008
- Page 16 and 17:
Gambar 1. Spektrum kitosanDari spek
- Page 18 and 19:
Gambar 3. Pengaruh variasi komposis
- Page 20 and 21:
polimer. Dalam hal ini molekul peml
- Page 22 and 23:
Pada pembahasan sebelumnya telah di
- Page 24 and 25:
terbaca belum ada gugus fungsi baru
- Page 26 and 27:
Bergenia H.A., 1982, Reserve osmosi
- Page 28 and 29:
PENDAHULUANSemen gigi merupakan bah
- Page 30 and 31:
HASIL DAN PEMBAHASANHasil Uji XRDGr
- Page 32 and 33:
Fraksi Volume (%)Grafik Fraksi Volu
- Page 34 and 35:
Kekuatan Tekan (MPa)Tabel 3. Hasil
- Page 36 and 37:
seng fosfat dan nano ZnO dengan var
- Page 38 and 39:
Combe,E.C,, 1992, Sari Dental Mater
- Page 40 and 41:
PENDAHULUANSurvey kesehatan yang di
- Page 42 and 43:
Gambar 2. Diagram blok penelitianDa
- Page 44 and 45: Keterangan:ABCD: Program merekam fr
- Page 46 and 47: Keterangan:zΔdλ= cacahan frnji= p
- Page 48 and 49: Rumus koefisien muai termal:Gambar
- Page 50 and 51: Firdausy K, Hana M,K, 2010, Purwaru
- Page 52 and 53: Studi Teori dan Eksperimen Sensor P
- Page 54 and 55: Gambar 1. Desain Sensor Pergeseran
- Page 56 and 57: SET UP EKSPERIMENSet up eksperimen
- Page 58 and 59: (a)(b)(c)Gambar 6. Grafik Sensor Pe
- Page 60 and 61: Dari hasil regresi linier yang ditu
- Page 62 and 63: Deteksi Kanker Paru-Paru Dari Citra
- Page 64 and 65: Gambar. 1 Arsitektur Backpropagatio
- Page 66 and 67: Pelatihan data dilakukan dengan mem
- Page 68 and 69: KESIMPULAN1. Perancangan sistem per
- Page 70 and 71: PENDAHULUANPerkembangan teknologi e
- Page 72 and 73: oksigen menyerap panjang gelombang
- Page 74 and 75: Gambar 4. Diagram Blok OksimeterLED
- Page 76 and 77: HASIL DAN PEMBAHASANPengujian ini m
- Page 78 and 79: DAFTAR PUSTAKAAdil, Ratna dan M.Roc
- Page 80 and 81: Desain Sistem Deteksi Kerusakan Jar
- Page 82 and 83: kamera telah terinstall sebelumnya.
- Page 84 and 85: HASIL DAN PEMBAHASANFrame grabber u
- Page 86 and 87: Tabel 3. Rata-rata intensitas freku
- Page 88 and 89: Inspector 2.1 diketahui bahwa kalib
- Page 90 and 91: Tabel 2. Hasil run program pengukur
- Page 92 and 93: Teknik Ekstraksi Fitur Tekstur dan
- Page 96 and 97: gumpalan kolagen disaring dengan ke
- Page 98 and 99: kolagen dari cakar ayam dengan kola
- Page 100 and 101: yang dapat diamati adalah bentuk ma
- Page 102 and 103: Ukuran Makroporus(µm)1000800600400
- Page 104 and 105: Persentase Sel Hidup (%)11010910810
- Page 106 and 107: Develioglu, H., Koptagel, E., Gedik
- Page 108 and 109: Pembuatan Hidrogel Kitosan - Glutar
- Page 110 and 111: luka (Shitaba et al., 1997; Draye e
- Page 112 and 113: Gambar 1. Diagram Alir Pelaksanaan
- Page 114 and 115: E = X 100 %Dimana E adalah persenta
- Page 116 and 117: Penyembuhan luka melibatkan integri
- Page 118 and 119: absorbsinya dikarenakan rantai NH 2
- Page 120: Jayakumar, R., Prabaharan, M., Sudh