Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Catatan</strong> <strong>Seorang</strong> <strong>Pejalan</strong><br />
Lepaskanlah Cinta<br />
Malam telah hening, ketika tangis pilu menyapa gendang<br />
telinga. Kaki pun melangkah menemukan sumber suaranya.<br />
Di sudut ruang gelap, sesosok tubuh terduduk memeluk lutut,<br />
mulutnya melantunkan tangisan pilu yang menyayat hati. Hening malam<br />
kian memilukan tangisnya.<br />
Kusentuh bahunya. Kepalanya terangkat. Mata itu bengkak.<br />
Warna putihnya berubah menjadi merah. Wajah tirusnya basah, bahkan<br />
hingga jatuh pada kedua lututnya.<br />
"Jika tangisan bisa membuat keadaan menjadi seperti yang kau<br />
mau, maka silakan menangis sejadi-jadinya. Tapi jika tak bisa membantu,<br />
tak perlu menangis. Itu hanya akan menyakitimu saja."<br />
Tangis berhenti, namun mata itu masih basah, tergenang penuh<br />
oleh air. "Cintaku padanya adalah keinginan hati dan mimpi terbesarku.<br />
Kenapa kau tak juga mau mengerti?" Suaranya meninggi. Lara terkuak.<br />
"Bukan keinginan hati, tapi keinginan ego. Hatimu sepenuhnya<br />
terkuasai ego. Ego mengendalikanmu hingga kau harus memenuhi<br />
maunya yang justru menyusahkanmu. Ingin memiliki cinta, itu bukti<br />
keegoisan. Masih jugakah belum kau sadari?"<br />
Tatap matanya berubah tajam, menghujani tubuhku. Seakan<br />
ingin melumat-lumat diri. "Kau tak tahu rasanya." Suara yang kudengar<br />
bagai dentuman meriam. Kulengkungkan seulas senyum.<br />
"Jika cintamu, yang katanya begitu besar itu, membuatmu<br />
selalu kesulitan dan menderita karena terus berusaha mengejar dan<br />
ingin memiliki, sementara kenyataan tak menyetujuinya, maka<br />
lepaskanlah cintanya. Kalahkan egomu terlebih dahulu, hingga tak<br />
[Ratu Marfuah] 103