20.04.2017 Views

Catatan Seorang Pejalan

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Catatan</strong> <strong>Seorang</strong> <strong>Pejalan</strong><br />

Selain terpelanting dari motor, saya juga pernah pingsan. Saat<br />

itu, gunung yang saya daki tak begitu tinggi, tapi entah kenapa nafas<br />

tersengal-sengal dan keringat menderas. Jalan pun sempoyongan dan<br />

mulai kesulitan mengatur keseimbangan. Ketika telah sampai di puncak,<br />

tubuh mendadak lemas dan terjatuh begitu saja. Wajah menghantam<br />

tanah dan kesadaran hilang. Saya tak tahu berapa lama telah pingsan,<br />

sepertinya sebentar, sebab yang saya rasakan justru aroma tanah yang<br />

harum, yang tak seperti biasanya. Setelah tersadar, badan bukannya<br />

lemas, tapi semakin kuat. Bahkan saya berlari menuruni puncak dan<br />

mendahului teman-teman lainnya. Tentu saja mereka bingung.<br />

Minggu lalu, sebuah kecelakaan besar terjadi dan akibatnya<br />

terasa luar biasa. Di sebuah pendakian, tiba-tiba hadir seorang teman,<br />

yang bukan teman seperjalanan biasanya. Saya cukup mengenalnya dan<br />

teman-teman lainnya pun mengenalnya, oleh karena itu kami menerima<br />

kehadirannya.<br />

Pendakian pun dimulai. Jalannya masih biasa dan dapat dengan<br />

mudah terlalui. Ketika kondisi jalan menanjak dan curam, saya mulai<br />

kesulitan berjalan. Teman baru ini bisa mengatasi kondisi dan berniat<br />

menolong. Dia mengulurkan tangannya dan saya menerimanya. Ketika<br />

saya bersiap hendak diangkat, dia justru melepaskan pegangan<br />

tangannya. Alhasil saya pun terjatuh dan terluka. Luka di badan memang<br />

tak seberapa, tapi hati saya terasa nyeri. Saya begitu memercayainya,<br />

tapi justru begini akhirnya. Saya menangis dan marah, apalagi teman itu<br />

justru menghilang setelah kejadian itu dan tak ada penjelasan kenapa dia<br />

menjatuhkan saya. Kejadian itu sengaja atau tidak, saya tak tahu, yang<br />

jelas saya terluka. Teman-teman yang lain mencarinya, namun tak<br />

menemukannya. Abang tentu saja marah, tak terima jika adiknya<br />

tersakiti, namun Abang juga tak berhasil menemukannya. Dia bagai<br />

hilang ditelan bumi.<br />

Kejadian itu membuat saya diam, merasakan luka yang entah<br />

kapan akan hilang. Namun akhirnya, penerimaan dan kesadaran itu<br />

datang. Selalu saja ada sebab yang tak tahu mengapa, namun tetaplah<br />

[Ratu Marfuah] 28

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!