20.04.2017 Views

Catatan Seorang Pejalan

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Catatan</strong> <strong>Seorang</strong> <strong>Pejalan</strong><br />

maknanya seperti yang saya ketahui. Kyai Said memerhatikan penjelasan<br />

saya.<br />

“Benar namun kurang tepat, Nduk. Lalu kenapa ada kalimat<br />

‘Penganten anyar’ di liriknya?” tanya Kyai.<br />

“Pernikahan ‘kan salah satu proses kehidupan.” Kyai<br />

menggeleng. Saya kembali berpikir, mencoba memecahkan makna dari<br />

kata pengantin anyar. Gagal! Rasa nyeri di perut ini membuat saya<br />

kesulitan berpikir. “Gak tahu, Yai.” Saya menyerah pada akhirnya.<br />

“Kidung itu menceritakan tentang proses kehidupan di dunia.<br />

Proses dari dalam kandungan, lahir, bayi, anak-anak, remaja, muda,<br />

dewasa, tua, dan akhirnya meninggal. Proses alamiah yang akan dialami<br />

oleh setiap orang. Penganten itu adalah lambang dari kematian.<br />

Mengapa begitu? Karena penganten adalah wujud bersatunya dua jiwa<br />

dalam ritual sakral. Istri atau suami dalam proses pernikahan disebut<br />

garwo (sigarane nyowo—belahan jiwa). Manusia hidup di dunia ini,<br />

ibaratnya jiwa yang masih belum genap atau sempurna.<br />

Kesempurnaannya terjadi jika manusia sudah mengalami kematian,<br />

memasuki alam barzah, dan tersibaknya tabir rahasia kehidupan. Hakikat<br />

kehidupan manusia di dunia terbuka dengan gamblang di alam tersebut.<br />

Kembalinya kesadaran yang sempurna pun akan terjadi setelah proses<br />

kematian. Jiwa yang meninggalkan dunia akan menemukan<br />

pasangannya, sehingga kesadaran hakiki bisa diraihnya. Namun<br />

sayangnya, proses itu bukanlah proses yang langsung terjadi pada setiap<br />

orang. Proses tersebut bisa dicapai jika sudah mencapai kehidupan yang<br />

sempurna, yaitu kehidupan yang terjalani sesuai dengan tugas dan visi<br />

misi penciptaan yang sebenarnya. Ma’rifat. Mengetahui diri sendiri yang<br />

sejati. Man arofa nafsahu, faqod arofa robbahu—barang siapa mengenali<br />

dirinya, maka dia mengenali Tuhannya. Ada Allah di setiap diri, namun<br />

diri ini bukanlah Allah. Mengerti, Nduk?”<br />

“Yang pernah saya baca, kematian akan sempurna jika keempat<br />

jiwa (jiwa Amarah, Aluamah, Supiyah dan Muthma’innah) sudah<br />

[Ratu Marfuah] 66

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!