EFEK DINANTI PAKET DIRACIK EFEK DINANTI
m-130-2015
m-130-2015
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
PEMERINTAH PERLU KELUARKAN<br />
KEBIJAKAN YANG KONSTRUKTIF<br />
Tidak semua Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I hingga Jilid VI mendapat respon positif dari pasar. Bahkan,<br />
akibat dari peluncuran paket yang bertubi-tubi dari Pemerintah, pasar menjadi kurang tertarik. Sehingga,<br />
Pemerintah perlu mengeluarkan paket kebijakan yang konstruktif.<br />
Demikian ditegaskan Anggota<br />
Komisi XI DPR Willgo Zainar,<br />
ketika diwawancarai reporter<br />
Sofyan dan juru foto Andri, di<br />
ruang kerjanya, Gedung Nusantara I,<br />
baru-baru ini.<br />
“Publik sudah tidak terlalu interest<br />
terhadap paket yang dikeluarkan<br />
Pemerintah. Pemerintah perlu mengeluarkan<br />
grand design yang konstruktif,<br />
sehingga problem ekonomi kita secara<br />
khusus, dalam jangka pendek hingga<br />
menengah, bisa teratasi,” nilai Willgo.<br />
Politikus F-Gerindra itu menganalisa,<br />
Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I dan<br />
II yang sudah dikeluarkan Pemerintah,<br />
direspon kurang baik oleh pasar. Kemudian<br />
paket Jilid III, direspon cukup baik<br />
karena cukup menyentuh sektor riil. Sementara<br />
paket Jilid IV, tentang pengupahan,<br />
mendapat respon kurang positif.<br />
Ia menilai, jika kebijakan dikeluarkan<br />
dalam bentuk paket, dan sampai berkali-kali,<br />
sehingga terkesan parsial, tidak<br />
terintegrasi, dan tidak konstruktif. Sehingga,<br />
solusi dari permasalahan ekonomi<br />
bangsa ini belum terjawab. Bahkan,<br />
menyentuh permasalahan pun tidak.<br />
“Ke depan, sebaiknya paket-paket ini<br />
tidak turun dalam bentuk paket. Pasar<br />
sudah tidak terlalu interest. Sehingga,<br />
perlu kebijakan yang lebih komprehensif,<br />
karena belum menjawab permasalahan.<br />
Juga perlu keterpaduan di Pemerintah,<br />
Kementerian dan Lembaga, sehingga<br />
perlu kebijakan yang komprehensif,” saran<br />
Willgo.<br />
Bahkan, Willgo menilai, kebijakan ini<br />
hanya sebatas di tataran tingkat pusat,<br />
namun belum mampu diimplementasikan<br />
di tingkat daerah. Bahkan, di Kementerian<br />
dan Lembaga pun belum tentu<br />
bisa menerjemahkan paket-paket itu.<br />
“Kendalanya, paketnya bagus, tapi tidak<br />
implementatif. Sehingga tidak bisa<br />
diaplikasikan. Apa gunanya kalau seperti<br />
itu,” heran Willgo.<br />
JANGAN HANYA RESPON<br />
Politikus asal daerah pemilihan Nusa<br />
Tenggara Barat itu menilai, peluncuran<br />
kebijakan ini sebagai bentuk dari reaksi<br />
dari kondisi perekonomian saat ini. Namun<br />
ia mengingatkan, Pemerintah sebaiknya<br />
bukan hanya sekedar merespon,<br />
tapi kebijakan juga harus berdampak<br />
signifikan, konstruktif dan komprehensif.<br />
“Karena diantara K/L malah tarik<br />
menarik, sehingga di lapangan yang<br />
akan mengeksekusi kebijakan jadi kebingungan.<br />
Yang niatnya menyederhanakan,<br />
malah timbul hal yang pada<br />
posisi itu banyak pihak tidak berani<br />
mengambil keputusan lebih jauh, karena<br />
khawatir berdampak kesalahan,” analisa<br />
Willgo.<br />
Ketika ditanya apakah paket kebijakan<br />
ini sudah terlihat hasilnya, Willgo<br />
menilai masih belum menunjukkan sesuatu<br />
yang signifikan, walaupun tak dipungkiri,<br />
ada progress baik juga. Namun<br />
hal ini bukan semata efek adanya paket<br />
kebijakan, namun juga karena adanya<br />
faktor global.<br />
“Tidak semata karena adanya paket.<br />
Tapi kita apresiasi paket itu ada, untuk<br />
mempermudah investasi<br />
asing. Investor melihat Indonesia<br />
lebih menarik,<br />
The Fed menunda kenaikan<br />
suku bunga,<br />
maka uang kembali<br />
masuk ke<br />
Indonesia dan<br />
dolar AS<br />
menjadi<br />
banyak. Sehingga kurs rupiah terhadap<br />
dolar AS juga turun,” analisa Willgo.<br />
Ia juga merasa aneh, jika Pemerintah<br />
tetap memaksakan mengeluarkan<br />
paket kebijakan terus menerus sampai<br />
ba nyak. Lebih baik, Pemerintah mengeluarkan<br />
grand design, sehingga paket<br />
paket itu sendiri tahapannya menjadi<br />
komprehensif, dan tidak parsial.<br />
“Saya tidak melihat adanya urgensi<br />
untuk mengeluarkan paket-paket kebijakan<br />
ekonomi yang banyak. Cenderung<br />
nanti malah kebingungan. Baru muncul<br />
paket 1, belum terlaksana, namun sudah<br />
muncul lagi paket 2, kemudian paket 3,<br />
sehingga tumpang tindih. Ujung-ujungnya,<br />
paket tidak bisa dieksekusi, dan tidak<br />
memberi manfaat kepada masyarakat,”<br />
tutup Willgo. (SF) FOTO: ANDRI/PARLE/<br />
IW<br />
Anggota<br />
Komisi XI DPR<br />
Willgo Zainar<br />
EDISI 130 TH. XLV, 2015<br />
17