29.12.2015 Views

EFEK DINANTI PAKET DIRACIK EFEK DINANTI

m-130-2015

m-130-2015

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

liputan khusus<br />

Ketua DPR Setya Novanto membuka Sidang Umum Gopac ke VI<br />

Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan,<br />

ada dua negara yang akan<br />

dijadikan percontohan dari proyek kemitraan<br />

tersebut yakni Asia Tenggara<br />

dan Yordania. Berjalannya proyek ini<br />

akan dilakukan secara transparan, dan<br />

parlemen dapat ikut mengawasi proses<br />

donor. Karena yang menjadi catatan selama<br />

ini, banyak proyek yang dikerjakan<br />

tidak transparan dan seringkali tidak<br />

terkontrol. Kadang penggunaan dana,<br />

kata Fadli, tidak sesuai dengan apa yang<br />

diharapkan dan tidak sampai pada tujuan.<br />

Dengan keterlibatan parlemen untuk<br />

ikut mengawasi, diharapkan dapat<br />

meminimalisir penyimpangan-penyimpangan.<br />

Penandatanganan kesepakatan<br />

proyek kemitraan ini diwakili oleh Wakil<br />

Ketua GOPAC Osei Kyei Mensah Bonsu<br />

dan perwakilan dari ADB Abdul Razak.<br />

SENANG BISA MENGIKUTI SIDANG<br />

BERSAMA PARLEMEN DUNIA DAN<br />

JADI TAHU BAGAIMANA KORUPSI<br />

SE BAGAI MUSUH BERSAMA<br />

DI DUNIA. SAYA MELIHAT DPR<br />

PUNYA NIAT BESAR UNTUK<br />

MEMERANGI KORUPSI, TETAPI<br />

MEMANG PERLU UPAYA LUAR<br />

BIASA KARENA KORUPSI SUDAH<br />

SEPERTI PENYAKIT YANG SUSAH<br />

DIHILANGKAN<br />

PELAJARAN UNTUK INDONESIA<br />

Anggota delegasi dari DPR Hamdani<br />

menilai belajar dari keberhasilan<br />

negara lain lembaga antikorupsi seperti<br />

KPK perlu diperkuat dengan kehadiran<br />

lembaga pengawas. Hal ini mengemuka<br />

dalam sesi diskusi dengan tema, ‘Stop<br />

Stealing from Us; Tools and Mechanism<br />

to Build Anti-Corruption Prevention<br />

System’. Pada sesi ini setiap delegasi<br />

mendapat kesempatan untuk menyampaikan<br />

dinamika perang melawan korupsi<br />

berdasarkan praktek yang sudah<br />

dilakukan. Terkait pembentukan lembaga<br />

pengawas ini menurutnya pantas<br />

menjadi bagian dalam revisi undangundang<br />

KPK yang sudah masuk Program<br />

Legislasi Nasional.<br />

“Iya ini konteksnya memperkuat<br />

lembaga antikorupsi, kita di Indonesia<br />

punya KPK. Kita tadi mendengar masukan<br />

dari sejumlah negara ternyata<br />

keberadaan lembaga pengawas KPK itu<br />

penting. Publik bisa berharap kinerja<br />

lembaga antikorupsi akan lebih optimal<br />

dengan kehadiran pengawas yang<br />

kompoten,” katanya. Ia mementahkan<br />

pendapat bahwa revisi UU KPK berarti<br />

pasti memperlemah KPK. “Tidaklah,<br />

konteksnya jauh dari melemahkan KPK.<br />

Kita tahu lembaga penegak hukum lain<br />

seperti Polri punya Kompolnas, kejaksaan<br />

juga diwasi oleh Komisi Kejaksaan.<br />

Bentuknya nanti seperti apa tentu kita<br />

kaji lebih jauh, menghimpun masukan<br />

dari negara lain, dari masyarakat. Orientasi<br />

kita hanya satu, bagaimana perang<br />

melawan korupsi apalagi grand coruption<br />

bisa semakin efektif,” tandas dia.<br />

Juru bicara anggota delegasi parlemen<br />

Malaysia Kamarudin Jaffar dalam<br />

sesi diskusi menyebut KPK negaranya<br />

atau Suruhan Pencegah Rasuah Malaysia<br />

(SPRM) memiliki lima jawatan<br />

kuasa pengawasan dengan tugas berbeda.<br />

Salah satu dari tim pengawasan<br />

itu terdiri dari 7 anggota parlemen yang<br />

mendapat mandat dari ketuanya. “Pengawas<br />

dari parlemen mewakili partaipartai<br />

yang ada, tentu adalah representasi<br />

dari rakyat. Empat lainnya ada yang<br />

mengawasi pengaduan masyarakat,<br />

dasar kebijakan anti korupsi, misconduct.<br />

Mereka didukung profesional, ahli<br />

dibidangnya, tokoh masyarakat, lawyer,<br />

mantan hakim,” demikian Jafar.<br />

Dalam sesi diskusi dengan tema ‘The<br />

High Cost of Institutionalizing Democracy’,<br />

anggota delegasi DPR Dwie Aroem<br />

Hadiati dan sejumlah anggota parlemen<br />

dari 74 negara saling berbagi pemikiran<br />

tentang korupsi sebagai akibat dari politik<br />

biaya tinggi yang terjadi tidak hanya<br />

di Indonesia. Ia memaparkan dinamika<br />

pemilu di tanah air cen derung berkembang<br />

tidak sehat, terutaka ketika terjadi<br />

interaksi kandidat dengan para pemilih.<br />

Sulit menyimpulkan siapa yang memulai<br />

tetapi budaya wani piro telah membuat<br />

banyak pihak akhirnya terjebak dalam<br />

praktek politik uang yang mengakibatkan<br />

high cost politic dan menyuburkan<br />

korupsi.<br />

Baginya budaya wani piro — berani<br />

bayar berapa, pada akhirnya sudah<br />

menjangkiti mulai dari lapisan masyarakat<br />

bawah sampai ke atas. Ia mengaku<br />

harus berbesar hati ketika tudingan itu<br />

kemudian lebih banyak mengarah ke<br />

politisi, baik oleh media maupun publik.<br />

Anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen<br />

ó BKSAP DPR ini kemudian mengajak<br />

segenap pihak untuk bekerja sama<br />

64 EDISI 130 TH. XLV, 2015

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!