26.04.2013 Views

bergantung tali rapuh cokelat.pmd - International Labour Organization

bergantung tali rapuh cokelat.pmd - International Labour Organization

bergantung tali rapuh cokelat.pmd - International Labour Organization

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Bergantung pada Tali Rapuh<br />

II. II. Motivasi Motivasi Motivasi Buruh Buruh Migran Migran Perempuan Perempuan Asal Asal Malang<br />

Malang<br />

Meraih masa depan lebih baik, dengan kondisi perekonomian lebih lega, adalah motivasi para<br />

buruh migran perempuan asal Malang. Yom, seorang informan, mengisahkan perihal motivasi<br />

yang menggerakkan dia.<br />

Gadis Yom sangat ingin meraih masa depan cerah. Yom yang belum menikah ini berasal dari<br />

keluarga petani. Ayahnya, sandaran keluarga selama ini, adalah buruh tani yang mengerjakan<br />

sawah orang lain dengan upah yang jauh dari kepantasan biaya makan sehari-hari. Yom merasa,<br />

sudah menjadi tugasnya sebagai seorang anak untuk membuat kehidupan yang lebih baik bagi<br />

diri dan keluarganya. Bekerja ke luar negeri adalah jalan keluar demi menghasilkan uang banyak<br />

dan membahagiakan orang tua.<br />

Menurut Yom, keinginannya untuk bekerja di luar negeri sangat didukung kedua orang tuanya.<br />

Nasihat dan wejangan mereka membuat Yom tidak sabar untuk segera pergi bekerja di luar<br />

negeri. Hingga saat penelitian ini dilakukan Yom masih dalam proses mengikuti Balai latihan<br />

Kerja di sebuah PJTKI di Malang.<br />

Berikut penuturan Yom,<br />

30<br />

Iya pengen aja, soale ya kalo kaya aku kalo belum nikah kan butuh masa depan gitu apalagi<br />

kalo keluarga ya begini serba kurang to jadi ya udah nekat aja…disini paling2 gajinya 300 ,350<br />

gitu. Wah kapan numpuke. Pokoknya yangg utamanya untuk masa depan itu ae, untuk bantu<br />

keluarga.<br />

Informan lain, sebut saja bernama Mar, juga demikian. Mar yang mantan buruh migran ini pernah<br />

bekerja di Hong Kong. Perempuan 20-an tahun ini adalah anak pertama dari keluarga dengan<br />

banyak anak. Mar terpaksa berhenti sekolah karena kedua orang tuanya masih harus membiayai<br />

sekolah adik-adiknya.<br />

Tentu saja kondisi ini membuat Mar merasa sedih. Namun, menurut Mar, kesedihanlah yang<br />

mendorong dia untuk mencari penghasilan tambahan guna membantu perekonomian keluarga.<br />

Selanjutnya, karena melihat kesuksesan tetangga dan teman sekampung yang sudah terlebih<br />

dahulu bekerja di luar negeri, Mar kemudian berpikir untuk juga bekerja di luar negeri sebagai<br />

buruh migran perempuan (TKW).<br />

Bekerja di luar negeri, Mar yakin, akan memberi peluang penghasilan lebih besar. Jika bekerja di<br />

Malang, ia hanya akan bisa mendapatkan gaji kurang lebih senilai Rp 300 ribu sebulan. Jumlah<br />

yang masih belum jauh dari mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari.<br />

Mar menuturkan,<br />

Ya keluarga saya kan banyak, butuh biaya, ekonomi keluarga saya lemah. Adik-adik saya kan<br />

sekolah terus saya harus bantu ibu. Jadi saya berhenti sekolah. Pengennya sih nerusin tapi ya<br />

terpaksa ya gak ada biaya. Pas waktu itu saya kesana cuman untuk biaya adik-adik saya.<br />

Kondisi Yom dan Mar, keduanya masih 20-an tahun, adalah gambaran situasi umum yang dihadapi<br />

para perempuan yang bertekad menjadi buruh migran. Para perempuan ini tak ragu<br />

menyingsingkan lengan baju, ingin melepaskan himpitan perekonomian keluarga. Usia muda<br />

tidak menghalangi para perempuan itu untuk bekerja jauh dari kelaurga dan kampung halaman.<br />

Kebanyakan perempuan Malang juga beranggapan bahwa desa mereka tidak menjanjikan<br />

lapangan pekerjaan yang bisa memberikan penghasilan yang cukup. Walhasil, bekerja di luar

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!