26.04.2013 Views

bergantung tali rapuh cokelat.pmd - International Labour Organization

bergantung tali rapuh cokelat.pmd - International Labour Organization

bergantung tali rapuh cokelat.pmd - International Labour Organization

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Bergantung pada Tali Rapuh<br />

64<br />

Persiapan segera dimulai. Untuk kelengkapan surat migrasi, Robi’ah diminta<br />

menyerahkan foto dan KTP. Cap jempol untuk pembuatan paspor dilakukan di rumah<br />

Haji Jawwadi. Uang panjar, Rp 70.000, dibayar Robi’ah untuk biaya administrasi<br />

pemberangkatan. Sisanya, kurang lebih 600 real sebagai ganti ongkos transport, akan<br />

dibayarkan setelah Robi’ah mendapat pekerjaan di Saudi Arabia.<br />

Keputusan sudah bulat. Robi’ah mengikuti satu per satu proses persiapan<br />

keberangkatan menuju Saudi Arabia. Tekad sudah dibuhulkan demi harapan masa<br />

depan yang lebih baik. Robi’ah sudah membayangkan, sepulang bekerja nanti dia<br />

akan mendapat uang berlimpah dan di depan namanya akan tercantum kata “hajah”,<br />

sebuah gelar kehormatan yang bisa meningkatkan status sosial.<br />

Pertengahan 1998, Haji Jawwadi mengantarkan Robi’ah ke penampungan tenaga<br />

kerja wanita (TKW) di Kabupaten Bangkalan, Madura. Di sini, Robi’ah bertemu dengan<br />

sepuluh orang calon buruh migran perempuan. Mereka akan diberangkatkan dengan<br />

bus menuju Surabaya.<br />

Hanya semalam Robi’ah dan teman-temannya berada di Surabaya. Esok harinya<br />

mereka diberangkatkan menuju Jakarta. Tak ada proses apa pun di ibukota. Tanpa<br />

tes kesehatan, tanpa verifikasi surat-surat, juga tanpa pelatihan kerja lebih lanjut,<br />

Robi’ah dan kawan-kawan langsung diberangkatkan menuju Saudi Arabia. Maklum,<br />

mereka berangkat dengan menggunakan visa umroh yang prosedurnya tidak terlalu<br />

ketat.<br />

Robi’ah tak bisa menyembunyikan kesedihan saat mesin pesawat membawanya<br />

terbang membelah angkasa. Kenangannya melayang pada anak tunggalnya yang<br />

baru berusia dua tahun. Balita itu harus dititipkan kepada ayahnya yang sudah makin<br />

tua. Tetapi langkah sudah ditetapkan. Robi’ah akan membuka lembaran baru dalam<br />

hidup di usia 25 tahun.<br />

Pesawat yang ditumpangi Robi’ah mendarat di Bandar Udara Jeddah, Saudi Arabia.<br />

Hari-hari pertama dilalui Robi’ah dan kawan-kawan dengan suasana menyenangkan.<br />

Pelesir, ziarah ke makam tokoh-tokoh penyebaran Islam, adalah menu sehari-hari.<br />

Hati Robi’ah makin berbunga karena pelesiran dilanjutkan dengan pelaksanaan ibadah<br />

umroh di Masjidil Haram, Mekkah.<br />

Tapi, hari-hari indah tak berlangsung lama. Usai umroh dan ziarah, Robi’ah diantar<br />

calo menuju tempat penampuangan tenaga kerja dari Indonesia yang ada di Jeddah.<br />

Calo itu orang Indonesia juga. Di penampungan inilah Robi’ah menunggu sampai ia<br />

mendapatkan majikan untuk bekerja.<br />

Namanya menanti, kehidupan di penampungan bisa dibilang tidak terlalu<br />

menyenangkan. Kesepian dan keterasingan melanda, terutama karena para buruh<br />

migran baru memasuki tahap adaptasi dengan lingkungan baru. Robi’ah menceritakan<br />

bagaimana kehidupan di penampungan.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!