26.04.2013 Views

bergantung tali rapuh cokelat.pmd - International Labour Organization

bergantung tali rapuh cokelat.pmd - International Labour Organization

bergantung tali rapuh cokelat.pmd - International Labour Organization

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Bergantung pada Tali Rapuh<br />

Sayangnya, tidak ada upaya pemberian informasi yang memadai kepada buruh migran perempuan<br />

mengenai HIV/AIDS sejak dini. Informasi yang diharapkan diberikan mulai dari desa pengirim, di<br />

tingkat BLK-PJTKI sampai di tingkatan PAP (Pembekalan Akhir Pemberangkatan) TKI.<br />

Hanya beberapa kasus saja pada penelitian ini ditemukan buruh migran perempuan yang memiliki<br />

pemahaman cukup tentang HIV/AIDS. Tetapi pemahaman itu hanya sampai tingkat kognitif belum<br />

pada tataran sikap dan perilaku. Mereka mengesampingkan pengetahuan itu pada saat<br />

menghadapi situasi yang harusnya bisa terantisipasi.<br />

Sebuah contoh dialami sendiri oleh informan penelitian ini. Sebelum tes kesehatan, mereka sudah<br />

tahu bahwa jarum suntik bekas atau tidak steril berisiko menularkan HIV. Pada saat tes kesehatan,<br />

informan juga mengetahui bahwa jarum suntik yang dipakai tenaga medis kepada tubuhnya<br />

tidak steril. Namun, buruh migran yang bersangkutan tidak menolak atau protes.<br />

Pemahaman yang kurang juga tampak pada seorang buruh migran perempuan yang<br />

menganggap hubungan seksual berisiko hanya terjadi pada pekerja seks komersial, bukan pada<br />

mereka. Meskipun mereka melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan laki-laki atau<br />

dengan laki-laki lain yang sudah sering kali berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom.<br />

Ironisnya, rendahnya pengetahuan dan pemahaman keliru mengenai HIV/AIDS juga terjadi pada<br />

keluarga dan pasangan/suami buruh migran perempuan. Terkait dengan keberadaan ODHA,<br />

beberapa buruh migran perempuan dan suami yang ditinggalkan selama bekerja berpandangan<br />

dan memilih bersikap menjauhi pengidap HIV/AIDS karena menurut mereka penyakit ini dapat<br />

menular melalui udara yang dihirup bersama.<br />

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini pemerintah, PJTKI,<br />

dan masyarakat belum memperhatikan kondisi buruh migran perempuan sebagai kelompok<br />

yang rentan terinfeksi HIV/AIDS. Oleh karena itu Solidaritas Perempuan memberikan serangkaian<br />

rekomendasi guna mencegah kelompok buruh migran perempuan semakin rentan terinfeksi<br />

HIV/AIDS.<br />

Berikut rekomendasi yang diberikan:<br />

6.1. 6.1. 6.1. Pemerintah<br />

Pemerintah<br />

1. Melakukan kampanye mengenai kerentanan buruh migran Indonesia dan pasangannya<br />

terhadap HIV/AIDS.<br />

2. Melakukan serta mendorong upaya-upaya peningkatan pemahaman mengenai HIV/AIDS<br />

pada buruh migran dan anggota keluarganya. Peningkatan pemahaman tersebut dilakukan<br />

sejak di daerah asal pengirim, juga di BLK/PJTKI.<br />

3. Membangun kebijakan yang melindungi buruh migran Indonesia dari penularan HIV/AIDS.<br />

Kebijakan yang dibangun sebaiknya melindungi buruh migran di seluruh proses migrasi,<br />

yaitu mulai dari tahap pra keberangkatan (pra-departure), di tempat kerja (post-arrival) dan<br />

kepulangan (reintegrasi).<br />

4. Mengupayakan secara sungguh-sungguh diplomasi dan kerjasama (bilateral maupun<br />

multirateral) dengan negara-negara penerima dalam upaya melindungi buruh migran<br />

Indonesia, khususnya dari penularan HIV/AIDS.<br />

5. Mengontrol PJTKI untuk menyediakan penampungan yang memadai untuk melindungi<br />

kesehatan buruh migran, termasuk dari kerentanan terhadap penularan HIV/AIDS.<br />

6. Mengatur PJTKI untuk menyediakan layanan kesehatan (pencegahan dan perawatan) yang<br />

memadai bagi calon buruh migran yang ada di penampungan.<br />

86

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!