Laporan Akhir - RarePlanet
Laporan Akhir - RarePlanet
Laporan Akhir - RarePlanet
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Berau sebagai Kawasan Lindung. Namun pengalaman selama ini seringkali membuktikan<br />
bahwa RTRWK seringkali hanya bersifat dokumentatif dan sering dirubah-rubah. Oleh<br />
karenanya dalam hal ini Political Will dan konsistensi Pemerintah Kabupaten Berau untuk<br />
mentaati RTRWK yang ada sangat diperlukan.<br />
b) Konflik Pemanfaatan Areal<br />
Walaupun Kawasan Lindung Sungai Lesan sudah ditunjuk sebagai Kawasan Lindung<br />
dalam RTRWK Kabupaten Berau, dalam kenyataannya lokasi ini masih penuh klaim dari<br />
berbagai pihak. Hal ini terjadi tidak terlepas dari faktor sejarah kawasan yang tidak pernah<br />
ditata batas. Klaim tersebut antara lain muncul dari masyarakat kampung Lesan Dayak,<br />
kampung Merapun, kampung Sido Bangen, Muara Lesan dan perusahaan HTI Belantara<br />
Pusaka.<br />
Klaim-klaim tersebut bila tidak segera diselesaikan akan dapat mengancam kelestarian<br />
kawasan hutan tersebut. Untuk klaim dari masyarakat, ada kemungkinan diselesaikan<br />
melalui mekanisme pengelolaan hutan secara collaborative management dimana pola<br />
pengelolaan hutan juga mengakomodir kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Namun<br />
klaim dari perusahaan HTI, akan sulit untuk dikompromikan dengan kepentingan<br />
konservasi karena pengelolaan HTI pasti akan merubah fungsi hutan yang ada. Oleh<br />
karenanya dalam hal ini perlu ada ketegasan dari Pemerintah Kabupaten Berau dalam<br />
mengawal penunjukkan kawasan tersebut menjadi Kawasan Lindung serta diperlukan<br />
kerelaan dari para perusahaan untuk menjadikan kawasan itu sebagai Kawasan Lindung<br />
guna kepentingan masyarakat luas dan kepentingan kelestarian lingkungan untuk jangka<br />
panjang.<br />
c) Penebangan Liar<br />
Ancaman lain terhadap kelestarian kawasan ini adalah penebangan liar (illegal logging).<br />
Dari hasil monitoring tahun 2008, pengambilan gaharu dalam kawasan marak dilakukan.<br />
Penebangan liar walau belum banyak terjadi, namun melihat potensi kayu yang cukup<br />
besar serta aksesibilitas yang relatif mudah membuat kawasan ini rentan terhadap adanya<br />
penebangan liar. Apabila penebangan liar ini terjadi maka habitat akan rusak sehingga<br />
kehidupan flora dan satwa liar akan terganggu. Dampak lain yang potensial timbul adalah<br />
terjadinya kebakaran hutan karena penebangan liar akan mengganggu keseimbangan<br />
alam di tingkat lokal dan meninggalkan limbah yang potensial menjadi sumber bahan<br />
bakar terjadinya kebakaran hutan.<br />
Untuk mengatasi penebangan liar ini, beberapa upaya yang perlu dilakukan antara lain:<br />
(a) tindakan pengamanan yang melibatkan aparat penegak hukum dan masyarakat lokal<br />
(b) meningkatkan fungsi kontrol sosial oleh masyarakat (c) tindakan penegakan hukum<br />
secara konsisten (d) penyadaran publik dan kampanye (e) pengembangan usaha ekonomi<br />
alternatif bagi masyarakat sehingga masyarakat tidak mudah tergiur untuk terlibat dalam<br />
kegiatan penebangan liar.<br />
d) Perburuan Satwa<br />
Perburuan satwa dalam skala kecil yang biasa dilakukan oleh masyarakat adalah berburu<br />
babi hutan, payau, monyet, kijang atau kancil. Perburuan ini sebagian dilakukan selain<br />
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan sumber pendapatan, juga dilakukan dalam<br />
memberantas hama tanaman. Dalam melakukan perburuan ini alat yang digunakan<br />
sebagian masih berupa alat tradisional seperti jerat, racun atau tombak.<br />
19