download - KontraS
download - KontraS
download - KontraS
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
JEJAK SANG PEJUANG<br />
menerima uang dan tak pernah menelepon Budi. Ia justru<br />
menduga Budi Santoso merupakan tokoh fiktif yang diciptakan<br />
jaksa.<br />
Muchdi PR patut dijadikan tersangka<br />
Mencermati proses sidang yang memaparkan pengakuan Budi<br />
Santoso dalam BAP yang dibacakan oleh JPU diatas, jelas bahwa<br />
Polly dan Muchdi memang berteman. Padahal, dalam<br />
persidangan terdahulu, Polly dan Muchdi selalu membantah<br />
saling kenal. Bahkan saat ditanyakan langsung, Polly tetap<br />
membantah.<br />
Untuk itu KASUM dalam siaran persnya mengatakan bahwa<br />
keterangan yang diungkapkan Budi Santoso dapat memperkuat<br />
fakta sidang terdahulu, di mana hubungan Polly dan Muchdi<br />
juga teridentifikasi melalui hubungan nomor telepon genggam<br />
yang digunakan keduanya. Selain telepon genggam, hubungan<br />
keduanya telah terekam dalam komunikasi telepon dari telepon<br />
rumah Polly dan kantor Muchdi.<br />
Semula, KASUM sebenarnya mengharapkan Jaksa Penuntut<br />
Umum dapat menghadirkan saksi Budi Santoso secara fisik.<br />
Kehadiran saksi tersebut dapat digunakan majelis hakim,<br />
penuntut umum, maupun juga pengacara terdakwa Indra<br />
Setiawan untuk menggali fakta lebih dalam yang tak dibatasi<br />
oleh keterangan tertulis dalam BAP. Penggalian ini sudah barang<br />
tentu dapat menyempurnakan keterangan dalam BAP yang baru<br />
merupakan hasil penggalian pihak penyidik.<br />
Namun demikian, KASUM tetap menghormati JPU yang<br />
membacakan BAP yang berisi keterangan Budi Santoso. KASUM<br />
berpegang pada ketentuan hukum Pasal 162 ayat (2) KUHAP<br />
yang menyatakan, “jika keterangan itu sebelumnya telah diberikan di<br />
bawah sumpah, maka keterangan itu disamakan nilainya dengan keterangan<br />
saksi di bawah sumpah yang diucapkan di sidang.”<br />
Selanjutnya, KASUM berpendapat bahwa keterangan saksi Budi<br />
Santoso sebaiknya dapat mendorong pihak Penyidik Polri untuk<br />
menjadikan Muchdi PR sebagai tersangka. Guna menghindari<br />
kemungkinan terjadinya kejahatan lain yang ditimbulkan atas<br />
status baru bagi Muchdi PR, pihak penyidik juga diharapkan<br />
melakukan penahanan. Ini sesuai dengan UU 8 tahun 1981<br />
tentang KUHAP Pasal 106 yang mewajibkan pada penyidik untuk<br />
mengambil tindakan penyidikan yang diperlukan.<br />
Kewajiban hukum penyidik untuk menjadikan mantan Deputi<br />
V BIN Muchdi PR sebagai tersangka bahkan sebenarnya dapat<br />
dilakukan secara hukum sejak awal, tanpa menunggu<br />
pembacaan BAP Budi Santoso dalam sidang yang lalu. Hal ini<br />
dikarenakan penyidik telah mengetahui fakta tentang peran<br />
Muchdi PR dalam konspirasi pembunuhan Munir, setelah<br />
mendapat kesaksian di bawah sumpah oleh Budi Santoso.<br />
Langkah penyidik Polisi untuk menjadikan Muchdi sebagai<br />
tersangka adalah langkah yang amat penting untuk<br />
mengungkapkan lebih jauh pihak-pihak yang terlibat sebagai<br />
konspirator pembunuhan Munir. Hal ini tidak hanya<br />
mengungkapkan siapa dalang pelaku pembunuhan tapi juga<br />
siapa yang secara tidak langsung harus bertanggungjawab,<br />
karena paling memiliki kepentingan atas pembunuhan ini.<br />
Selain menetapkan status tersangka dan melakukan<br />
penahanan terhadap Muchdi, kesaksian Budi Santoso<br />
dibawah sumpah dapat menjadi pijakan bagi penyidik untuk<br />
mulai melakukan penyidikan terhadap mantan Kepala BIN<br />
Hendropriono. Ada beberapa alasan yang patut<br />
dipertimbangkan. Yakni, fakta sidang mengungkap bahwa<br />
perencanaan kejahatan berada di dalam kantor BIN, termasuk<br />
menggunakan fasilitas yang ada. Lalu, fakta sidang<br />
mengungkap bahwa ada wewenang institusional atau<br />
kelembagaan BIN juga disalahgunakan, dengan<br />
terungkapnya dokumen surat yang memakai identitas BIN<br />
dan ditandatangani oleh pejabat BIN untuk meminta<br />
Presiden Direktur Garuda agar mengangkat Polly di luar<br />
prosedur normal Garuda. Dan pada akhirnya fakta sidang<br />
semakin mengungkap benang merah pembunuhan,<br />
bagaimana pola dan sistematika perencanaannya.<br />
Indra yakin Polly orang BIN<br />
Sementara itu, mantan Direktur Garuda Indra Setiawan yakin<br />
bahwa Polly adalah orang BIN. Keyakinan itu muncul ketika<br />
Indra menerima surat dari BIN yang dibawa sendiri oleh<br />
Polly dan kemampuan mengatur pertemuan antara dirinya<br />
dengan Wakil Kepala BIN M As’ad.<br />
Hal tersebut dikemukakan Indra dalam sidang (18/01). Indra<br />
menjelaskan, surat itu diberikan sekitar Juni atau Juli 2004<br />
langsung oleh Polly. “Saya kaget waktu pertama kali<br />
menerima surat itu. Surat itu surat resmi yang<br />
ditandatangani Wakil Kepala BIN, “ ujarnya.<br />
Ditanya apakah ia mengorfirmasikan isi surat kepada pejabat<br />
yang bersangkutan, Indra mengaku tidak melakukannya. Ia<br />
juga tidak menanyakan untuk kepentingan apa atau misi<br />
intelijen apa yang dilaksanakan BIN di perusahaan yang<br />
dipimpinnya. Saat itu, ia hanya berpikir bahwa surat tersebut<br />
berasal dari institusi negara yang wajib dilaksanakan. “Saya<br />
punya kewajiban untuk melaksanakannya. Ini surat resmi,<br />
ada nomornya,” ujar Indra.<br />
Indra mengaku minta dipertemukan dengan pemberi surat<br />
atau M As’ad pada sekitar Oktober atau November 2004, atau<br />
setelah peristiwa kematian Munir di pesawat. Ia meminta<br />
Polly memfasilitasi pertemuan tersebut. “Ternyata dia bisa<br />
menelepon. Kemudian Polly katakan, Bapak (Indra) bisa<br />
diterima. Dia oke, “ ujar Indra.<br />
Akhirnya pertemuan itupun terjadi di kantor BIN. Menurut<br />
Indra, dalam pertemuan itu tidak dibicarakan surat BIN atau<br />
kematian Munir. Mereka membicarakan tentang hal-hal yang<br />
bersifat umum. Dalam pertemuan itu pula, Indra mengaku<br />
pertama kali bertemu dengan Muchdi PR. Indra juga dicerca<br />
mengapa keterangannya tidak diungkap sejak awal ketika<br />
menjadi saksi dalam perkara Polly. Indra mengaku tidak<br />
pernah berpikir bahwa surat itu ada hubungannya dengan<br />
kematian Munir.<br />
Sementara itu, Rizal Ramli yang hadir sebagai saksi<br />
meringankan untuk Indra mengatakan, permintaan untuk<br />
menempatkan orang di posisi tertentu merupakan hal yang<br />
lazim dilakukan oleh instansi negara seperti BIN.<br />
12<br />
Berita Kontras No.01/I-II/2008