05.01.2015 Views

download - KontraS

download - KontraS

download - KontraS

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

KABAR DAERAH<br />

Peringatan 19 Tahun Peristiwa Talangsari Lampung 1989<br />

Perjuangan Menggapai Keadilan yang Tak Kunjung Berkeadilan<br />

Sudah 19 tahun dusun Talangsari tetap tidak tersentuh pembangunan dan terkesan dibiarkan<br />

terbengkalai. Tidak ada listrik, fasilitas kesehatan, akses jalan desa sangat buruk dan sulit<br />

mendapatkan air bersih. Setiap kami mengajukan ke kepala Desa tidak pernah mendapat<br />

tanggapan serius. Kami sering mendapat jawaban akan dibantu kalau tidak mengungkit lagi<br />

kasus Talangsari. Sementara dusun-dusun yang lain kondisinya sudah jauh lebih baik dari<br />

dusun kami. Kami jadi bingung apa hubungannya peningkatan kesejahteraan warga dusun<br />

dengan kasus Talangsari<br />

Demikian disampaikan oleh<br />

Suroso salah satu korban<br />

tentang kondisi dusun<br />

Talangsari III disela-sela<br />

peringatan 19 tahun<br />

peristiwa Talangsari tepat<br />

dilokasi terjadinya<br />

peristiwa. Sebuah situasi<br />

yang sangat sulit bagi<br />

keluarga korban ditengah<br />

himpitan persoalan ekonomi<br />

dan penantian panjang yang<br />

melelahkan untuk<br />

menggapai keadilan.<br />

Peristiwa Talangsari terjadi<br />

akibat dari penyerbuan<br />

pasukan gabungan dibawah<br />

komando Korem 043 Garuda<br />

Hitam Lampung pada<br />

tanggal 7 februari 1989 kepada Jama’ah pengajian di dusun<br />

Talangsari III kelurahan Rajabasa Lama Kecamatan Way Jepara<br />

Lampung Timur. Penyerbuan tersebut dipimpin oleh Komandan<br />

Korem Kolonel AM Hendropriyono. Akibat dari penyerangan<br />

tersebut jatuh banyak korban. Dari data sementara yang kami<br />

kumpulkan korban meninggal 47 orang, penculikan 5 orang,<br />

penghilangan paksa 88 orang, penyiksaan 36 orang, peradilan<br />

rekayasa 23 orang, penangkapan dan penahanan sewenangwenang<br />

175 orang. Hingga sekarang kasus ini masih dalam<br />

proses penyelidikan proyustisia Komnas HAM sesuai Undang-<br />

Undang nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.<br />

Tahun yang ke-19 ini sekaligus untuk pertama kalinya peringatan<br />

kasus Talangsari digelar tepat dilokasi. Hal ini memberi arti<br />

penting bagi keluarga korban dan masyarakat sekitar yang lama<br />

terkurung dalam dusun terpencil dan jauh dari kesejahteraan.<br />

Spirit peringatan 19 tahun kasus Talangsari tidak hanya bersifat<br />

seremonial belaka, keluarga korban menjadikan momentum ini<br />

untuk terus membangun ingatan kolektif bahkan pada entitas<br />

yang paling dekat dengan mereka.<br />

AJI Bandar Lampung.<br />

Dalam siaran pers tersebut<br />

korban menolak rencana<br />

pemerintah memberikan<br />

maaf kepada Alm HM<br />

Soeharto.<br />

Salah satu keluarga korban<br />

Azwar<br />

Kaili<br />

menyampaikani “ketika<br />

Soeharto meninggal kami<br />

menolak ajakan pemerintah<br />

memasang bendera setengah<br />

tiang dan mendesak pemerintah<br />

mencabut gelar pahlawan yang<br />

diberikan kepadanya, tidak<br />

Peringatan 19 tahun tragedi Talangsari Lampung<br />

pantas menjadi pahlawan”.<br />

Dok. Kontras Kemudian malamnya<br />

keluarga korban bersama<br />

masyarakat sekitar<br />

menggelar Tahlilan dan doa bersama di lokasi untuk<br />

mengucap syukur atas segala nikmat dan karunia yang<br />

diberikan oleh Allah SWT. Mereka pun memohon agar Tuhan<br />

memudahkan langkah mereka memperjuangkan keadilan<br />

atas peristiwa Talangsari.<br />

Pada tanggal 6 Maret 2008 keluarga korban menggelar<br />

pengajian dengan penceramah Drs. Ratono, Mag yang juga<br />

menjadi korban dalam peristiwa Tanjung Priok. Pengajian<br />

ini diikuti oleh masyarakat dari sekitar dusun Talangsari III<br />

diantaranya Kelahang, Pakuan Aji dan dusun-dusun<br />

sekitarnya.<br />

Pada tanggal 7 Maret 2008 digelar pengajian dan penyuluhan<br />

hukum dengan penceramah Kabul Supriyadi. Acara<br />

berlangsung cukup meriah, warga yang hadir cukup beragam<br />

dan antusias. Dalam ceramahnya Kabul menyatakan<br />

“seharusnya aparat kampung, kecamatan dan kabupaten tidak lagi<br />

melakukan diskriminasi terhadap warga Talangsari serta harus<br />

memperlakukan mereka sama seperti warga masyarakat lainnya.”<br />

Rangkaian acara<br />

Tanggal 5 Februari 2008 keluarga korban Talangsari, besama<br />

pendamping yang terdiri dari <strong>KontraS</strong>, Tehnokra UNILA dan<br />

AJI Bandar Lampung melakukan siaran pers bersama di kantor<br />

Kemudian sore harinya dilanjutkan dengan pemutaran film<br />

tepat di lokasi pembantaian Jema’ah Talangsari. Nampak<br />

antusiasme warga dari sekitar dusun Talangsari III hadir<br />

memenuhi lokasi. Didahului dengan film Munir berjudul<br />

“Bunga Dibakar” setelah itu di selingi dengan orasi dari<br />

20<br />

Berita Kontras No.01/I-II/2008

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!