05.01.2015 Views

download - KontraS

download - KontraS

download - KontraS

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

JEJAK SANG PEJUANG<br />

Menurutnya, BIN sebagai agen intelijen sering meminta<br />

bantuan untuk menempatkan orang demi kepentingan<br />

intelijen dan keamanan. Tidak tertutup kemungkinan juga<br />

penjabat direkrut menjadi agen BIN dan sering melaporkan<br />

hal-hal yang dianggap penting.<br />

Polly dihukum 20 tahun<br />

Pada akhirnya setelah proses persidangan yang cukup<br />

panjang, MA menghukum Pollycarpus 20 tahun penjara<br />

karena terbukti secara sah melakukan pembunuhan<br />

berencana terhadap aktivis HAM Munir (25/1). Dalam putusan<br />

tersebut, MA menduga ada muatan politis dalam kasus<br />

pembunuhan Munir tersebut.<br />

“Tidak bisa dipastikan. Tapi diduga<br />

bermuatan politik. Munir itu kan<br />

orangnya banyak melakukan kritik<br />

terhadap kebijakan pemerintah dan<br />

mungkin dianggap berbahaya bagi<br />

kepentingan pemerintah, “ ujar Djoko<br />

Sarwoko, anggota Majelis Hakim PK<br />

MA.<br />

Putusan yang dibuat secara aklamasi<br />

oleh Majelis Hakim PK yang diketuai<br />

Bagir Manan tertuang dalam putusan<br />

bernomor 109/PK/PID/2007,<br />

mengabulkan permohonan PK yang<br />

diajukan kejaksaan. “Pollycarpus<br />

terbukti secara sah melakukan tindak<br />

pidana melakukan pembunuhan<br />

berencana dan pemalsuan surat. Menghukum terpidana<br />

dengan pidana penjara selama 20 tahun dikurangi masa<br />

tahanan yang sudah dijalani,” kata Kepala Biro Hukum dan<br />

Humas Nurhadi membacakan putusan PK itu.<br />

Dalam pertimbangannya, MA berpendapat alasan pengajuan<br />

PK oleh kejaksaan dapat dibenarkan. “Pertama, terjadi<br />

kekeliruan yang nyata dari hakim dalam memutus dan kedua<br />

adanya novum (bukti baru)” kata Djoko lagi. Ia juga<br />

menjelaskan pembunuhan terhadap Munir tidak dilakukan<br />

dalam penerbangan Jakarta-Singapura, tetapi di Bandara<br />

Changi, Singapura.<br />

Putusan PK tersebut jauh berbeda dengan putusan kasasi MA<br />

yang diputus 3 Oktober 2006. Dalam putusan kasasi, MA<br />

menyatakan Pollycarpus tidak terbukti membunuh Munir,<br />

tetapi hanya memalsukan surat tugas dan hanya divonis dua<br />

tahun penjara. Kasasi itu menggugurkan putusan PT DKI<br />

Jakarta yang menguatkan putusan PN Jakarta Pusat. PT DKI<br />

Jakarta pada 27 Maret 2006 memvonis Pollycarpus 14 tahun<br />

penjara.<br />

Atas putusan tersebut, Pollycarpus, malam harinya dijemput<br />

paksa aparat kejaksaan dan langsung ditahan di Lembaga<br />

Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta Timur. Polly dibawa dari<br />

rumahnya di kawasan Pamulang, Tangerang. Sesaat sebelum<br />

memasuki mobil Toyota Kijang warna perak milik kejaksaan,<br />

di depan puluhan wartawan yang mengerumuninya, Polly<br />

sempat mengibas-ngibaskan bendera Merah-Putih yang<br />

digenggamnya sambil berteriak, “Merdeka. Demi Merah-Putih,<br />

demi negara.” Sambil mengatakan bahwa dirinya tak bersalah,<br />

Polly juga akan memastikan menempuh upaya hukum yang<br />

masih tersedia. “PK milik saya, “ ujarnya sedikit berteriak.<br />

Tangkap Muchdi PR<br />

Persidangan terdakwa Indra Setiawan<br />

Menanggapi putusan tersebut, KASUM kembali mendesak<br />

Pemerintah khususnya aparat kepolisian untuk segera<br />

menangkap eks Deputi V BIN Muchdi Pr dan mengusut peran<br />

tersangka lainnya menyusul putusan MA (25/1).<br />

KASUM menilai, putusan MA adalah produk nyata dari kerja<br />

keras Polri dan Jaksa Agung dalam menemukan bukti-bukti<br />

baru. Meski belum puas, KASUM<br />

mengapresiasi kemajuan-kemajuan<br />

positif selama ini. Bagi KASUM, proses<br />

hukum tak boleh berhenti dengan<br />

dihukumnya kembali Polly. Proses<br />

hukum harus terus berjalan sampai<br />

tuntas dengan menyeret dan<br />

menghukum dalangnya.<br />

Putusan MA memperkuat kesimpulan<br />

Tim Pencari Fakta pimpinan Brigjen Pol.<br />

Marsudhi Hanafi yang dibentuk Presiden<br />

SBY pada Desember 2004. TPF<br />

Dok.Kontras menegaskan bahwa pembunuhan Munir<br />

adalah pembunuhan konspirasi atau<br />

persekongkolan jahat dari orang-orang<br />

yang ada di lingkungan Garuda Indonesia<br />

dan BIN. Searah dengan temuan TPF, MA<br />

menegaskan motif politik di balik pembunuhan Munir.<br />

Karena itu KASUM meminta agar putusan MA segera dijadikan<br />

fakta hukum baru untuk menyidik aktor-aktor lainnya, seperti<br />

Muchdi PR dan Hendropriono. Rujukannya adalah beberapa<br />

bukti baru (novum) yang menjadi dasar pertimbangan PK. Antara<br />

lain adalah keterangan Indra Setiawan (eks Dirut Garuda), Raden<br />

Padma Anwar alias Ucok (agen BIN) dan eks Direktur 51 BIN<br />

Budi Santoso.<br />

Indra Setiawan mengakui adanya permintaan As’ad Said Ali<br />

yang menjabat Wakil Kepala BIN saat itu dalam pengangkatan<br />

Polly sebagai Aviation Security. Indra Setiawan juga mengakui<br />

adanya arahan Muchdi Purwopranjono (eks Deputi V BIN).<br />

Dari keterangan Ucok terungkap perencanaan membunuh Munir<br />

yang melibatkan Sentot Waluyo (Agen BIN), Johanes Wahyu<br />

Saronto (Deputi IV BIN) dan Manunggal Maladi (Deputi II BIN).<br />

Dan yang paling jelas adalah terungkapnya peran eks Deputi V<br />

BIN Muchdi PR berdasarkan keterangan Budi Santoso, Indra<br />

Setiawan maupun hubungan telepon Muchdi Pr dengan Polly.<br />

Tuntutan tidak maksimal<br />

Di luar putusan MA, KASUM menilai tuntutan Jaksa Penuntut<br />

Umum untuk terdakwa Indra Setiawan (1,6 thn) dan Rohanil<br />

Aini (1 thn) pada sidang PN Jakarta Pusat (25/1) tidak optimal.<br />

Dari sisi keluarga Munir sebagai korban, tuntutan pidana ini<br />

tak mencerminkan rasa keadilan dan keseriusan JPU sebagai<br />

Berita Kontras No.01/I-II/2008 13

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!