05.01.2015 Views

download - KontraS

download - KontraS

download - KontraS

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

JEJAK SANG PEJUANG<br />

tidak berarti Indra telah membantu melaksanakan operasi<br />

intelijen.<br />

Demikian rangkuman pleidoi yang diajukan Indra Setiawan<br />

dan pengacaranya, Antarwirya, dalam persidangan (1/2).<br />

Dalam pembelaannya yang dibacakan sendiri, Indra mengaku<br />

tidak tahu apakah surat BIN yang diterimanya pada Juni atau<br />

Juli 2004 itu bagian dari rencana pembunuhan atau bukan.<br />

Yang ia pahami adalah bahwa surat tersebut merupakan<br />

surat resmi dari lembaga negara yang salah satunya bertugas<br />

mencegah ancaman teror.<br />

Lagi pula, ujar Indra, memenuhi permintaan BIN<br />

menempatkan Pollycarpus tidak bertentangan dengan<br />

hukum dan prosedur yang berlaku di PT Garuda. Pollycarpus<br />

selaku penerbang senior sudah layak diperbantukan di<br />

Bagian Corporate Security. Menurutnya, adanya surat tugas dari<br />

direktur utama tidak lantas membuat Polly bisa berlaku<br />

seenaknya. “Jadi, di dalam surat tersebut kekuasaan Polly<br />

juga dibatasi,” ujar Indra. Ia menambahkan, “Kalau ada yang<br />

dilanggar, itu adalah salah Polly, bukan yang membuat surat.”<br />

Sementara itu, Senin (4/2), sejumlah mantan anggota TPF<br />

pembunuhan Munir bertemu dengan Kepala Bareskrim<br />

Komisaris Jenderal Bambang Hendarso Danuri. Bekas anggota<br />

TPF itu adalah Hendardi, Asmara Nababan, Usman Hamid<br />

dan Kamala Chandra Kirana.<br />

Seusai pertemuan itu, Usman mengatakan, pihaknya sangat<br />

menghargai dan mengapresiasi upaya Polri dalam<br />

membongkar kasus itu, khususnya dalam perkara PK putusan<br />

MA terhadap Pollycarpus. Ketika ditanya apakah<br />

perkembangan yang dijanjikan polisi akan muncul sebelum<br />

bulan Juni yaitu adanya tersangka baru, Usman<br />

membenarkan, “Ya, dalam waktu dekat. Tidak akan lama.”<br />

Ia menegaskan bahwa polisi berjanji akan menindaklanjuti<br />

fakta-fakta hukum yang muncul di persidangan PK terhadap<br />

Pollycarpus. Fakta-fakta tersebut kini menjadi sasaran dalam<br />

kelanjutan penyidikan membongkar pelaku utama pembunuh<br />

Munir. “Nama-nama yang muncul di persidangan pasti akan<br />

dipertimbangkan Bareskrim untuk pemeriksaan lebih jauh.<br />

Mudah-mudahan kita bisa segera menyaksikan hasil yang<br />

lebih konkret,” kata Usman.<br />

Awasi BIN<br />

Tuntutan agar BIN diselidiki tak hanya disuarakan oleh<br />

aktivis dalam negeri. Peneliti asing juga ikut “berteriak”.<br />

Pengusutan kasus kematian Munir dianggap sebagai<br />

momentum terbaik untuk melakukan reformasi lembaga<br />

intelijen di Indonesia.<br />

“Selama ini tidak ada budaya demokrasi di tubuh intelijen.<br />

Mereka berprinsip melakukan tugas negara, jadi lebih mudah<br />

jika tetap tidak diketahui oleh siapapun, “ Prof Dr Peter Gill,<br />

peneliti Geneva Centre for the Democratic Control of Armed Forces<br />

(DCAF). Padahal, kata professor spesialis ilmu pertahanan<br />

dan intelijen di Salford University, Inggris itu, seorang agen<br />

tetap harus tunduk pada konstitusi negara. Jika sebuah negara<br />

berfaham demokrasi, maka mata-mata juga harus siap<br />

transparan dan berani mempertanggung jawabkan operasinya<br />

pada lembaga yang ditunjuk.<br />

“Jika Polly bukan orang BIN mungkin dia dibayar sebagai agen<br />

lepas, maka investigasi lanjutan penting untuk pembuktian,”<br />

ujar Peter. Proses itu bisa terhambat karena kepentingan politik<br />

dan kekuasaan yang saling melindungi. Dia mencontohkan<br />

pengalaman Argentina yang masih berdebat soal pengawasan<br />

lembaga intelijen sejak tahun 1983.<br />

Menurut Peter, mengawasi lembaga intelijen perlu aturan<br />

hukum yang tegas dan spesifik. “LSM dan unsur masyarakat<br />

sipil harus bekrejasama dengan parlemen untuk segera<br />

mewujudkan undang-undang pengawasan itu,” katanya. Dia<br />

mencontohkan, di negara-negara maju, seseorang yang merasa<br />

menjadi korban operasi intelijen dapat melapor pada parlemen.<br />

Misalnya, seorang yang diculik, ditangkap atau diinterogasi<br />

paksa.<br />

“Nanti ada komite atau surat dari para anggota parlemen yang<br />

memverifikasi laporan itu dengan memanggil pihak terkait,”<br />

katanya. Di Indonesia, praktek itu belum terjadi. Selama ini,<br />

pertanggung jawaban BIN hanya dilakukan dalam rapat dengar<br />

pendapat secara tertutup di Komisi I DPR.<br />

Polisi sita surat penugasan BIN<br />

Polri menyita surat penugasan BIN untuk Pollycarpus. Dalam<br />

surat itu, BIN meminta Polly diberi kesempatan berada dalam<br />

penerbangan bersama Munir. Penyitaan surat itu diungkapkan<br />

seorang pejabat di lingkungan kepolisian. “Dalam surat itu, dia<br />

meminta agar Polly diberikan kesempatan terbang sesuai<br />

tanggal yang diminta Polly, “ ujarnya.<br />

Surat itu dalam sejumlah persidangan kasus pembunuhan<br />

Munir, diakui Indra Setiawan hilang sejak Desember 2004. Walau<br />

demikian, Indra, , mengakui bahwa surat itu diterimanya<br />

langsung dari Pollycarpus pada pertengahan 2004.<br />

Saat menanggapi penyitaan surat itu, Kepala Bareskrim Komjen<br />

Bambang Hendarso menolak berkomentar. “Kita lihat ke depan<br />

saja. Yang jelas kalau ada bukti yang perlu ditindaklanjuti akan<br />

kita tindaklanjuti, “ ujarnya. Sementara itu, Asmara Nababan<br />

mengatakan lewat surat yang kini telah berada di tangan polisi<br />

itu terlihat bagaimana BIN mengatur agar Polly dapat naik<br />

pesawat yang sama dengan Munir. “Surat itu memperkuat bukti<br />

Polly bekerja untuk BIN dan BIN juga telah membuka peluang<br />

Polly untuk melakukan pembunuhan, “ tegasnya.<br />

Terkait dengan pernyataan pengacara Pollycarpus yang<br />

menampik keberadaan surat itu, Asmara menyatakan penyitaan<br />

dan temuan Polri itu menunjukkan rontoknya kebohongan yang<br />

dibuat selama ini. “Ini menjadi harapan baru untuk<br />

mengungkap tuntas siapa dalang dan otak pembunuhan Munir,<br />

“ katanya.<br />

Indra divonis setahun<br />

PN Jakarta, pada sidang Senin (12/2), majelis hakim<br />

menjatuhkan hukuman penjara satu tahun terhadap Indra<br />

Setiawan. Apabila hukuman tersebut masa penahanan yang<br />

Berita Kontras No.01/I-II/2008 15

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!