Pelanggaran Hak Perempuan Adat dalam Pengelolaan Kehutanan
BUKU-2-PELANGGARAN-HAK-PEREMPUAN-ADAT-DALAM-PENGELOLAAN-KEHUTANAN
BUKU-2-PELANGGARAN-HAK-PEREMPUAN-ADAT-DALAM-PENGELOLAAN-KEHUTANAN
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
TEMUAN<br />
15<br />
transfer) terhadap MHA untuk pengembangan wilayah transmigrasi<br />
lokal dan nasional, sebagai kawasan hutan negara, serta sebagai<br />
kawasan pertambangan, telah mengakibatkan tercerabutnya akar<br />
budaya MHA berikut hak-hak asasinya. Program resettlement terhadap<br />
MHA di luar kawasan lahan hutan adat kurang efektif <strong>dalam</strong><br />
menyediakan tempat tinggal bagi MHA yang mempunyai hubungan batin<br />
dan spiritual yang kuat dengan hutan; Lemahnya analisis sosiologis dan<br />
ekologis, serta ketiadaan penyiapan masyarakat atas budaya baru,<br />
menempatkan masyarakat <strong>dalam</strong> situasi marah, kecewa, frustasi dan<br />
tidak memiliki harapan dan visi pembangunan generasi. Padahal, hutan<br />
adat <strong>dalam</strong> wilayah MHA berfungsi sebagai sumber kehidupan dan<br />
penghidupan, sumber pangan, papan, obat-obatan dan ciri eksistensi<br />
diri serta membentuk budaya yang khas karena pengalamannya dari<br />
MHA. Hutan <strong>Adat</strong> dipertahankan dan diwariskan dari generasi ke<br />
generasi dan dijaga untuk masyarakat yang lebih luas.<br />
c. Eksplotasi SDA berdampak buruk bagi MHA<br />
Sejak ditemukannya<br />
emas di kebun dan<br />
hutan adat kami,<br />
masyarakat luar banyak<br />
yang datang untuk<br />
menambang emas, juga<br />
buka usaha … ada usaha<br />
bilyar… ada juga usaha<br />
pekerja seks … suasana<br />
tidak enak lagi, saling<br />
curiga.. dan banyak<br />
masyarakat pendatang<br />
yang menderita HIV …<br />
(DKU Region Papua)<br />
Dalam pemantauannya, Komnas <strong>Perempuan</strong><br />
menemukan bahwa tergusurnya sebuah komunitas<br />
dari tanahnya menyebabkan tercerabutnya sumbersumber<br />
penghidupan komunitas, sehingga<br />
masyarakat akan bekerja apa saja untuk memenuhi<br />
kebutuhan hidupnya (lihat laporan Komnas<br />
<strong>Perempuan</strong>). 1 Komnas <strong>Perempuan</strong> menilai proses<br />
pencerabutan tersebut terjadi secara sistematis,<br />
masif, dan terstruktur setidaknya dimulai ketika tiga<br />
paket undang-undang tahun 1967 mulai diundangkan,<br />
yaitu UU <strong>Kehutanan</strong>, UU Pertambangan, dan UU<br />
Penanaman Modal, sampai lahirnya berbagai macam<br />
undang-undang yang membuka peluang investasi<br />
besar-besar di sektor kehutanan dan pertambangan,<br />
yang pada akhirnya mendorong konsentrasi<br />
kepemilikan lahan kepada sekelompok orang. 2<br />
1 Pencerabutan Sumber-Sumber Kehidupan Pemetaan <strong>Perempuan</strong> dan Pemiskinan<br />
<strong>dalam</strong> Kerangka HAM, Laporan Komisi Nasional anti Kekerasan terhadap<br />
<strong>Perempuan</strong>, Jakarta, 2012<br />
2 Yang tidak bisa dilepaskan juga bagaimana agenda liberalisasi atas sumber alam<br />
terus didorong oleh lembaga keuangan internasional dan korporasi untuk terus<br />
menguasai sumber daya alam di Indonesia. Liberalisasi migas adalah salah satu<br />
paket yang ter cantum <strong>dalam</strong> nota kesepahaman (Letter of Intent) antara Indonesia<br />
dan Lembaga Moneter Internasional (IMF) pada 1998. Secara berturut-turut, lahir