Pelanggaran Hak Perempuan Adat dalam Pengelolaan Kehutanan
BUKU-2-PELANGGARAN-HAK-PEREMPUAN-ADAT-DALAM-PENGELOLAAN-KEHUTANAN
BUKU-2-PELANGGARAN-HAK-PEREMPUAN-ADAT-DALAM-PENGELOLAAN-KEHUTANAN
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
36<br />
<strong>Pelanggaran</strong> <strong>Hak</strong> <strong>Perempuan</strong> <strong>Adat</strong> <strong>dalam</strong> <strong>Pengelolaan</strong> <strong>Kehutanan</strong><br />
lain, baik di tempat umum atau tertutup, untuk menjalankan agama dan<br />
kepercayaannya <strong>dalam</strong> kegiatan ibadah, pentaatan, pengamalan, dan<br />
pengajaran.<br />
Pasal 25 UNDRIP: Masyarakat adat memiliki hak untuk memelihara dan<br />
memperkuat hubungan spiritual yang khas dengan tanah, wilayah, air,<br />
dan pesisir pantai dan sumber daya yang lainnya, yang digunakan atau<br />
dikuasai secara tradisional, dan untuk menjunjung tinggi tanggung<br />
jawab mereka terhadap generasi-generasi mendatang.<br />
Kesaksian seorang perempuan adat perwakilan MHA MHA Janah Jari (Dayak Maanyan), <strong>dalam</strong><br />
DKU Region Kalimantan di Pontianak, 3 Oktober 2014 (Foto: Dokumen Inkuiri Nasional Komnas<br />
HAM, 2014).<br />
Pasal 26 UNDRIP: . Masyarakat hukum adat memiliki hak atas tanah,<br />
wilayah dan sumber daya yang mereka miliki atau duduki secara<br />
tradisional atau sebaliknya tanah, wilayah dan sumber daya yang telah<br />
digunakan atau yang telah didapatkan. Masyarakat hukum adat memiliki<br />
hak untuk memiliki, menggunakan, mengembangkan dan mengontrol<br />
tanah, wilayah dan sumber daya yang mereka miliki atas dasar<br />
kepemilikan tradisional atau penempatan dan pemanfaatan secara<br />
tradisional lainnya, juga tanah, wilayah dan sumber daya yang dimiliki<br />
dengan cara lain. Negara-negara akan memberikan pengakuan hukum<br />
dan pelindungan atas tanah, wilayah dan sumber daya tersebut.<br />
Pengakuan itu harus dilakukan sejalan dengan penghormatan atas