Pelanggaran Hak Perempuan Adat dalam Pengelolaan Kehutanan
BUKU-2-PELANGGARAN-HAK-PEREMPUAN-ADAT-DALAM-PENGELOLAAN-KEHUTANAN
BUKU-2-PELANGGARAN-HAK-PEREMPUAN-ADAT-DALAM-PENGELOLAAN-KEHUTANAN
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
TEMUAN<br />
19<br />
Sagu sudah tidak<br />
kami dapat lagi di hutan,<br />
kami terpaksa beli beras<br />
ke kampung terdekat.<br />
Jika kering (tidak hujan)<br />
dengan motor jaraknya<br />
pergi pagi pulang siang.<br />
Jika hujan, tidak ada<br />
motor yang bisa lewat<br />
karena berlumpur.<br />
(testimoni Papua – yang<br />
diambil diluar DKU--)<br />
… rumah kami<br />
dirusak, hewan-hewan<br />
peliharaan seperti ayam,<br />
anjing, dll ditembaki<br />
aparat. Benih padi yang<br />
kami simpan dibakar,<br />
suami saya tidak tau<br />
di mana, saya gemetar<br />
ketakutan lari ke hutan…<br />
baru paginya saya berani<br />
lihat (bekas) rumah kami<br />
….<br />
(DKU Region Sumatera)<br />
ke rumah memasak dan menyiapkan makanan.<br />
Akan tetapi, ketika luasan hutan semakin<br />
menghilang, maka mereka semakin susah untuk<br />
mendapatkan bahan makanan. <strong>Perempuan</strong> terpaksa<br />
menempuh waktu lebih lama untuk mencari<br />
makanan, dan harus membeli bahan makanan itu<br />
juga membayar biaya perjalanan untuk membeli<br />
makanan tersebut. Kondisi ini, selain menambah<br />
beban fisik lebih berat untuk mencari makanan, juga<br />
menambah beban ekonomi untuk mendapatkan<br />
uang membeli makanan.<br />
<strong>Perempuan</strong> mengalami beban ganda (multiple<br />
burden) ketika terjadi konflik atas sumber daya<br />
alam, di samping harus berperan ekstra untuk<br />
memenuhi kebutuhan ekonomi dan pangan<br />
keluarga, mengalami ketiadaan rasa aman akibat<br />
ancaman, pelecehan, stigma, pengusiran,<br />
penganiayaan, dan kriminalisasi. Tidak mendapatkan<br />
informasi yang utuh dan lemahnya akses<br />
berpartisipasi <strong>dalam</strong> pengambilan keputusan, juga<br />
tidak mendapat pekerjaan yang layak karena<br />
terpaksa beralih profesi menjadi buruh harian atau<br />
musiman dan menambang batu.<br />
Sagu hilang, kami<br />
terpaksa makan nasi,<br />
beli beras … Kami coba<br />
tanam padi, dibakar oleh<br />
perusahaan, rumah kami<br />
dibakar juga.<br />
(DKU Region Maluku)<br />
Ibu dan Anak Suku Malind, kampong Sanegi, Merauke, pulang dari<br />
kebun (Foto: Nanang Sujana, 2012)