Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...
Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...
Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Bab V<br />
<strong>Kebijakan</strong> <strong>Desentralisasi</strong> <strong>Fiskal</strong><br />
daerah dalam rangka menarik para investor untuk lebih banyak menanamkan modalnya<br />
dan hal tersebut juga sudah didukung oleh Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008<br />
tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di<br />
Daerah.<br />
Salah satu upaya mempermudah investor adalah ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor<br />
27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal dimana<br />
daerah berkoordinasi dengan BKPM membentuk unit tersendiri yang tugas utamanya<br />
menyediakan kemudahan perizinan bagi investor. Upaya lain yang dilakukan diantaranya<br />
adalah (1) meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang memadai, baik kualitas maupun<br />
kuantitas, (2) adanya kepastian hukum, (3) jaminan keamanan, (4) kondisi persaingan<br />
usaha yang sehat, dan (5) transparansi kebijakan pemerintah daerah. Belum seluruh<br />
pemerintah daerah secara optimal melaksanakan upaya-upaya tersebut, hal ini dikarenakan<br />
terjadinya krisis ekonomi dunia yang berpengaruh pada minat investor asing berinvestasi di<br />
Indonesia, akan tetapi di lain pihak data pertumbuhan investasi di beberapa daerah<br />
menunjukkan kecenderungan peningkatan investasi khususnya untuk PMDN.<br />
Berdasarkan data BKPM, pada tahun 2009 terjadi peningkatan yang relatif signifikan pada<br />
PMDN, tetapi terjadi penurunan pada PMA. Kegiatan investasi secara umum masih<br />
terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Hal ini terutama disebabkan oleh kurang<br />
memadainya infrastruktur di luar Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Perkembangan realisasi<br />
investasi di Indonesia tahun 2006–2009 dapat dilihat dalam Tabel V.13.<br />
TABEL V.13<br />
PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI DI INDONESIA<br />
TAHUN 2006 – 2009<br />
Provinsi<br />
PMA (Juta US$)<br />
PMDN (Rp. Miliar)<br />
2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009<br />
SUMATERA 898,2 1.398,5 1.009,9 776,2 4.504,9 10.754,5 4.840,1 7.819,6<br />
JAWA 4.416,4 8.503,5 13.566,8 9.370,6 13.030,8 18.668,9 12.230,7 25.766,5<br />
BALI DAN NUSA TENGGARA 106,2 56,7 95,5 233,8 104,9 15,7 29,0 50,8<br />
KALIMANTAN 534,8 300,6 115,2 284,4 2.536,1 1.558,0 1.821,4 2.934,4<br />
SULAWESI 15,5 79,6 65,4 141,6 68,6 3.881,6 1.147,5 1.187,4<br />
MALUKU 20,0 - - 5,9 0,2 - - -<br />
PAPUA 0,6 2,5 18,7 2,8 403,5 - 294,7 41,0<br />
JUMLAH 5.991,7 10.341,4 14.871,4 10.815,2 20.649,0 34.878,7 20.363,4 37.799,8<br />
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)<br />
Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi, besarnya peningkatan jumlah investasi yang<br />
terealisasi tidak diikuti dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 yang<br />
turun sebesar 1.46 persen. Hal ini wajar terjadi karena investasi yang ditanamkan pada<br />
tahun 2009 belum menimbulkan efek pada peningkatan PDRB. Oleh karena itu, perlu dilihat<br />
dari indikator lain untuk mengetahui besarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah<br />
satu indikator yang terkait langsung dengan investasi dan pembangunan ekonomi adalah<br />
rendahnya tingkat pengangguran.<br />
Secara nasional, tingkat pengangguran senantiasa menunjukkan penurunan, yaitu turun<br />
dari 11,2 persen di tahun 2005 dan berturut-turut turun menjadi 10,3 persen di tahun 2006,<br />
9,1 persen di tahun 2007, 8,4 persen di tahun 2008, dan turun lagi menjadi 7,87 persen di<br />
tahun 2009. Tingkat pengangguran di Pulau Jawa, khususnya DKI Jakarta, Banten, Jawa<br />
Barat, Kalimantan Timur, Maluku dan Sulawesi Utara relatif lebih tinggi dibandingkan<br />
kawasan lain, yaitu mencapai lebih dari 10 persen pada tahun 2008 dan 2009. Perkembangan<br />
tingkat pengangguran per provinsi dari tahun 2008–2009 dapat dilihat dalam Grafik V.11.<br />
V-24 Nota Keuangan dan RAPBN 2011