Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...
Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...
Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Kebijakan</strong> <strong>Desentralisasi</strong> <strong>Fiskal</strong><br />
Bab V<br />
Memenuhi amanat UU Nomor 33 Tahun 2004 dan PP Nomor 55 Tahun 2005, bagian<br />
daerah dari SDA Pertambangan Umum, Kehutanan, Panas Bumi, serta Perikanan ditetapkan<br />
sebesar 80 persen dari penerimaannya. DBH SDA Pertambangan Umum berupa royalti dan<br />
landrent, bersumber dari kegiatan: (1) Kontrak Karya (KK); (2) Perjanjian Karya<br />
Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B); dan (3) Kuasa Pertambangan (KP).<br />
Penetapan alokasi DBH SDA dimulai dengan perkiraan alokasi yang dihitung berdasarkan<br />
rencana penerimaan yang dimuat dalam UU APBN. Dalam rangka pelaksanaan penyaluran<br />
ke daerah, perhitungannya dilakukan berdasarkan realisasi penerimaan tahun anggaran<br />
berjalan secara triwulanan melalui mekanisme rekonsiliasi data antarinstansi pusat terkait<br />
dan antara pusat dengan daerah penghasil.<br />
Sejalan dengan penerimaan yang berasal dari SDA minyak bumi dan gas bumi, SDA<br />
pertambangan umum, SDA kehutanan, SDA Panas Bumi, dan SDA perikanan, serta dengan<br />
memperhatikan ketentuan pembagian DBH SDA tersebut, maka dalam RAPBN 2011, alokasi<br />
DBH SDA direncanakan sebesar Rp41,5 triliun, atau lebih rendah Rp3,6 triliun atau 8,0<br />
persen dari realisasi DBH SDA dalam APBN-P tahun 2010 sebesar Rp45,1 triliun. Lebih<br />
rendahnya alokasi DBH SDA dalam RAPBN 2011 tersebut disebabkan oleh lebih rendahnya<br />
target penerimaan minyak bumi dan gas bumi yang dibagihasilkan. Secara rinci, alokasi<br />
DBH SDA dalam RAPBN 2011 tersebut terdiri atas DBH SDA minyak bumi sebesar Rp16,7<br />
triliun, DBH SDA gas bumi sebesar Rp12,7 triliun, DBH SDA pertambangan umum sebesar<br />
Rp8,3 triliun, DBH SDA kehutanan sebesar Rp1,4 triliun, DBH SDA perikanan sebesar Rp83,7<br />
miliar, DBH SDA panas bumi sebesar Rp351,0 miliar, serta kurang bayar DBH SDA sebesar<br />
Rp2,5 triliun, dengan rincian kurang bayar DBH SDA migas tahun 2008 sebesar Rp2,0<br />
triliun, kurang bayar DBH SDA pertambangan umum tahun 2007–2009 sebesar Rp0,4<br />
triliun, kurang bayar DBH SDA perikanan tahun 2009 sebesar Rp3,7 miliar, dan DBH SDA<br />
pertambangan panas bumi tahun 2006–2008 sebesar Rp66,1 miliar.<br />
5.3.1.1.2 Dana Alokasi Umum (DAU)<br />
DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan<br />
pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam<br />
rangka pelaksanaan desentralisasi. Besaran DAU Nasional sangat tergantung dari besaran<br />
Pendapatan Dalam Negeri (PDN) neto dalam APBN.<br />
Sesuai UU Nomor 33 Tahun 2004, PDN neto adalah penerimaan negara yang berasal dari<br />
pajak dan bukan pajak setelah dikurangi dengan penerimaan negara yang dibagihasilkan<br />
kepada daerah. Selanjutnya jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang kurangnya 26<br />
persen dari PDN neto yang ditetapkan dalam APBN.<br />
Pada APBN tahun 2007 dan 2008, PDN neto merupakan hasil pengurangan antara<br />
pendapatan dalam negeri yang merupakan hasil penjumlahan antara penerimaan perpajakan<br />
dan penerimaan negara bukan pajak, dengan penerimaan negara yang dibagihasilkan kepada<br />
daerah yaitu DBH, serta belanja yang sifatnya earmarked (penggunaannya diarahkan) dan<br />
anggaran yang sifatnya in-out (pencatatan anggaran dengan jumlah yang sama pada<br />
penerimaan dan belanja). Pada tahun 2009, dalam rangka sharing the pain beban APBN<br />
dan dengan mempertimbangkan bahwa sebagian subsidi juga diperuntukkan bagi daerah,<br />
PDN neto juga memperhitungkan antara lain besaran subsidi BBM, subsidi listrik, subsidi<br />
pupuk, dan subsidi pangan sebagai faktor pengurang. Untuk 2010, kebijakan PDN Neto<br />
masih dipertimbangkan dengan tetap menjaga peningkatan secara riil alokasi DAU setiap<br />
tahun. Sesuai dengan amanat UU Nomor 33 Tahun 2004, maka mulai tahun 2008 terdapat<br />
Nota Keuangan dan RAPBN 2011<br />
V-31