Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...
Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...
Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Bab V<br />
<strong>Kebijakan</strong> <strong>Desentralisasi</strong> <strong>Fiskal</strong><br />
Guna mendukung arah kebijakan transfer ke daerah tersebut, dalam RAPBN 2011 alokasi<br />
anggaran Transfer ke Daerah direncanakan sebesar Rp378,4 triliun, atau 5,4 persen terhadap<br />
PDB. Secara nominal, jumlah tersebut berarti mengalami kenaikan Rp33,8 triliun, atau 9,8<br />
persen dari alokasi anggaran Transfer ke Daerah dalam APBN-P tahun 2010 sebesar Rp344,6<br />
triliun. Kenaikan anggaran Transfer ke Daerah dalam RAPBN 2011 tersebut selain disebabkan<br />
adanya kenaikan Dana Perimbangan, juga disebabkan oleh adanya peningkatan Dana Otsus<br />
dan Penyesuaian terutama adanya komponen baru pada pos Dana Penyesuaian, yaitu<br />
bantuan operasional sekolah (BOS) yang merupakan realokasi dari Belanja Pemerintah<br />
Pusat ke Transfer ke Daerah. Dari jumlah alokasi anggaran Transfer ke Daerah dalam RAPBN<br />
2011 tersebut, sekitar 87,0 persen merupakan alokasi Dana Perimbangan, dan sisanya sekitar<br />
13,0 persen merupakan alokasi Dana Otsus dan Penyesuaian.<br />
5.3.1.1 <strong>Kebijakan</strong> Dana Perimbangan<br />
Dalam RAPBN 2011, alokasi Dana Perimbangan direncanakan sebesar Rp329,1 triliun, atau<br />
4,7 persen terhadap PDB. Secara nominal, jumlah tersebut berarti mengalami peningkatan<br />
sebesar Rp14,7 triliun, atau 4,7 persen dari alokasi Dana Perimbangan dalam APBN-P tahun<br />
2010 sebesar Rp314,4 triliun. Dari jumlah alokasi Dana Perimbangan tersebut, sebesar 24,9<br />
persen merupakan DBH, sebesar 67,4 persen merupakan DAU, dan sebesar 7,7 persen<br />
merupakan DAK.<br />
5.3.1.1.1 Dana Bagi Hasil (DBH)<br />
DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan kepada daerah<br />
berdasarkan persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka<br />
pelaksanaan desentralisasi. <strong>Kebijakan</strong> pelaksanaan alokasi DBH tahun 2011 mengacu kepada<br />
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan<br />
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, UU Nomor 11 Tahun 2006<br />
tentang Pemerintahan Aceh, UU Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Perpu Nomor<br />
1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus<br />
bagi Provinsi Papua menjadi Undang-undang, dan UU Nomor 39 Tahun 2007 tentang<br />
Perubahan UU Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, serta PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang<br />
Dana Perimbangan.<br />
Sumber-sumber penerimaan negara yang berasal dari daerah dibagi antara Pemerintah<br />
dan daerah dengan prinsip by origin, dengan proporsi yang lebih besar bagi daerah penghasil,<br />
serta memperhitungkan porsi pemerataan di wilayah provinsi yang bersangkutan.<br />
Berdasarkan jenis penerimaannya, DBH terdiri dari DBH Pajak dan DBH Sumber Daya<br />
Alam (SDA). Adapun mekanisme penetapan dan penyaluran DBH ke tiap-tiap daerah yang<br />
berhak menerima diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Dalam tahun 2011,<br />
arah kebijakan DBH diarahkan untuk: (1) lebih meningkatkan akurasi data melalui koordinasi<br />
dengan institusi pengelola penerimaan negara bukan pajak (PNBP); (2) menyempurnakan<br />
proses penghitungan dan penetapan alokasi DBH secara lebih transparan dan akuntabel;<br />
(3) menyempurnakan sistem penyaluran DBH tepat waktu dan tepat jumlah; dan<br />
(4) penyelesaian kurang bayar DBH SDA dan DBH Pajak. Dari arah kebijakan tersebut,<br />
diharapkan penyelesaian dokumen transfer yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan<br />
penyaluran DBH ke daerah dapat dipercepat, sehingga akuntabilitas dan efektifitas<br />
penggunaannya dapat dilaksanakan dengan baik.<br />
V-28 Nota Keuangan dan RAPBN 2011