04.11.2014 Views

Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bab V<br />

<strong>Kebijakan</strong> <strong>Desentralisasi</strong> <strong>Fiskal</strong><br />

(2) Kriteria Khusus, yang dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang<br />

mengatur penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah, yaitu :<br />

a. Peraturan Perundangan, dimana daerah-daerah yang menurut ketentuan<br />

peraturan perundangan diprioritaskan mendapat alokasi DAK, serta seluruh<br />

daerah tertinggal diberikan kebijakan untuk mendapatkan alokasi DAK.<br />

b. Karakteristik daerah, yang meliputi daerah pesisir dan kepulauan, daerah<br />

perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah yang<br />

termasuk dalam kategori daerah ketahanan pangan, daerah rawan bencana, dan<br />

daerah pariwisata.<br />

(3)Kriteria Teknis, yang disusun berdasarkan indikator-indikator yang dapat<br />

menggambarkan kondisi sarana dan prasarana yang akan didanai dari DAK.<br />

5.3.1.2 Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian<br />

Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian merupakan amanat dari UU Nomor 35 Tahun<br />

2008 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas UU Nomor<br />

21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua menjadi undang-undang dan<br />

UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Dalam APBN 2011 dialokasikan<br />

Dana Otonomi Khusus sebesar 2 persen dari DAU nasional untuk Provinsi Papua dan Papua<br />

Barat, yang penggunaannya diutamakan untuk pendanaan pendidikan dan kesehatan.<br />

<strong>Kebijakan</strong> pemberian Dana Otonomi Khusus sebesar 2 persen dari DAU nasional tersebut<br />

juga berlaku untuk Provinsi NAD, yang penggunaannya diarahkan untuk mendanai<br />

pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat,<br />

pengentaskan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan. Di samping<br />

itu, dalam rangka pelaksanaan otonomi khusus kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua<br />

Barat juga dialokasikan dana tambahan untuk infrastruktur, yang besarannya disepakati<br />

antara Pemerintah dengan DPR, yang penggunaannya diutamakan untuk pendanaan<br />

pembangunan infrastruktur.<br />

Dalam RAPBN 2011, alokasi Dana Otonomi Khusus direncanakan sebesar Rp10,3 triliun,<br />

dengan rincian sebagai berikut:<br />

(1) Dana Otonomi Khusus untuk Papua sebesar Rp4,4 triliun. Sesuai dengan UU Nomor 35<br />

Tahun 2008, Dana Otonomi Khusus untuk Papua tersebut dibagikan kepada Provinsi<br />

Papua dan Provinsi Papua Barat.<br />

(2) Dana Otonomi Khusus untuk Provinsi NAD sebesar Rp4,4 triliun.<br />

(3) Dana Tambahan Otsus Infrastruktur Provinsi Papua dan Papua Barat sebesar Rp1,4<br />

triliun. Sesuai dengan UU Nomor 35 Tahun 2008, Dana Tambahan Infrastruktur Papua<br />

dan Papua Barat tersebut dibagikan kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.<br />

Selanjutnya, dalam RAPBN 2011, dialokasikan dana penyesuaian berupa dana tambahan<br />

penghasilan guru PNSD sebesar Rp3,7 triliun, Dana Insentif Daerah sebesar Rp1,4 triliun,<br />

dana tambahan untuk tunjangan profesi guru (TPG) sebesar Rp17,1 triliun, dan bantuan<br />

operasional sekolah (BOS) sebesar Rp16,8 triliun. Dana Insentif Daerah terutama ditujukan<br />

kepada daerah berprestasi yang memiliki kriteria keuangan dan kriteria kinerja ekonomi<br />

dan kesejahteraan yang baik, serta tetap mengupayakan terwujudnya tata kelola<br />

pemerintahan yang baik.<br />

V-40 Nota Keuangan dan RAPBN 2011

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!