04.11.2014 Views

Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...

Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Kebijakan</strong> <strong>Desentralisasi</strong> <strong>Fiskal</strong><br />

Bab V<br />

rentang waktu 2005–2010, realisasi DAU meningkat dari Rp88,8 triliun pada tahun 2005,<br />

menjadi Rp186,4 triliun pada tahun 2009, dan meningkat lagi menjadi Rp203,6 triliun pada<br />

tahun 2010 atau rata-rata tumbuh sebesar 18,65 persen per tahun.<br />

Pengalokasikan DAU ke daerah dilakukan dengan menggunakan formula yang didasarkan<br />

pada data dasar perhitungan DAU. Sebelum tahun 2006, formula DAU terbagi menjadi dua<br />

komponen utama, yaitu alokasi minimum (AM) dan alokasi DAU berdasarkan kesenjangan<br />

fiskal (KF). AM dihitung berdasarkan komponen lumpsum dan proporsional belanja pegawai.<br />

Sejak diberlakukannya UU Nomor 33 Tahun 2004, yang efektif berlaku sejak tahun 2006,<br />

komponen AM dan KF tersebut disempurnakan menjadi alokasi dasar (AD) dan celah fiskal<br />

(CF). Alokasi DAU berdasarkan CF tersebut merupakan komponen ekualisasi kemampuan<br />

keuangan antardaerah, dengan mempertimbangkan selisih kebutuhan fiskal dan kapasitas<br />

fiskal masing-masing daerah.<br />

Pada Grafik V.5, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010, daerah yang menerima DAU<br />

tertinggi adalah daerah se-Provinsi Jawa Timur, dengan alokasi sekitar 11,06 persen dari<br />

total DAU. Dalam kurun waktu 2005 sampai dengan saat ini, upaya untuk mewujudkan<br />

fungsi DAU sebagai equalization grant dilakukan melalui kebijakan sebagai berikut:<br />

(1) Melakukan pembobotan alokasi dasar dengan persentase di bawah 50 persen dari DAU<br />

Nasional agar memberikan porsi alokasi yang lebih besar untuk menutup celah fiskal.<br />

Dengan kebijakan ini berarti besaran rata-rata gaji PNSD per daerah dihitung di bawah<br />

100 persen.<br />

(2) Melakukan pembobotan pada setiap variabel kebutuhan fiskal dengan asumsi bahwa<br />

pemanfaatan Transfer ke Daerah adalah untuk pelayanan kepada penduduk dan<br />

pengelolaan wilayah, sehingga bobot untuk penduduk seimbang dengan bobot untuk<br />

wilayah.<br />

(3) Menetapkan persentase tertentu dalam menghitung variabel kapasitas fiskal untuk<br />

mendapatkan indek pemerataan yang terbaik yang dicerminkan dari semakin rendahnya<br />

Williamson Index.<br />

Pada tahun 2005, DAK dialokasikan untuk 8 bidang, yaitu pendidikan, kesehatan, jalan,<br />

irigasi, prasarana pemerintahan, kelautan dan perikanan, air bersih, serta pertanian.<br />

Selanjutnya, pada tahun 2006 bidang yang didanai melalui DAK ditambah bidang lingkungan<br />

hidup. Bahkan pada tahun 2008 bertambah dua bidang, yaitu bidang Keluarga Berencana<br />

(KB) dan bidang kehutanan. Sedangkan pada tahun 2009 bertambah dua bidang lagi yaitu<br />

bidang perdagangan dan bidang sarana prasarana perdesaan, sehingga menjadi 13 bidang.<br />

Selanjutnya, pada tahun 2010 menjadi 14 bidang sebagai akibat dari dipisahkannya DAK<br />

Air Minum dan DAK Sanitasi yang pada tahun sebelumnya tergabung dalam satu bidang.<br />

Untuk menunjukkan komitmen daerah dalam pelaksanaan DAK, kepada daerah diwajibkan<br />

menganggarkan dana pendamping dalam APBD, sekurang-kurangnya 10 persen dari besaran<br />

alokasi DAK yang diterima. Sejalan dengan penambahan bidang yang dibiayai dengan DAK,<br />

alokasi DAK juga terus meningkat, dari Rp3,97 triliun (0,1 persen terhadap PDB) pada tahun<br />

2005, menjadi Rp20,8 triliun (0,4 persen terhadap PDB) pada tahun 2008, dan meningkat<br />

menjadi Rp24,7 triliun (0,4 persen terhadap PDB) pada tahun 2009. Pada tahun 2010,<br />

alokasi DAK mengalami penurunan menjadi Rp21,1 triliun sebagai akibat dari terbatasnya<br />

kemampuan keuangan negara. Sementara itu, dengan semakin bertambahnya daerah<br />

otonom baru berdampak terhadap bertambahnya jumlah daerah yang menerima DAK. Hal<br />

Nota Keuangan dan RAPBN 2011<br />

V-9

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!