Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...
Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...
Kebijakan Desentralisasi Fiskal - Direktorat Jenderal Anggaran ...
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Bab V<br />
<strong>Kebijakan</strong> <strong>Desentralisasi</strong> <strong>Fiskal</strong><br />
Berbeda dengan DBH Pajak yang bersifat block grant, DBH CHT bersifat specific grant,<br />
yang berarti penggunaannya ditetapkan untuk membiayai pengeluaran tertentu. DBH CHT<br />
tersebut digunakan untuk mendanai: (1) peningkatan kualitas bahan baku; (2) pembinaan<br />
industri; (3) pembinaan lingkungan sosial; (4) sosialisasi ketentuan di bidang cukai; dan/<br />
atau (5) pemberantasan barang kena cukai ilegal.<br />
Berdasarkan pada rencana penerimaan perpajakan yang dibagihasilkan, dan memperhatikan<br />
ketentuan-ketentuan mengenai DBH Pajak yang berlaku, maka alokasi DBH Pajak dalam<br />
RAPBN 2011 direncanakan mencapai Rp40,5 triliun, atau 0,6 persen terhadap PDB. Jumlah<br />
tersebut berarti secara nominal lebih rendah Rp4,0 triliun, atau 9,0 persen dari DBH Pajak<br />
dalam APBN-P tahun 2010 sebesar Rp44,5 triliun. Lebih rendahnya alokasi DBH Pajak<br />
dalam RAPBN 2011 tersebut disebabkan oleh adanya pengalihkan BPHTB menjadi pajak<br />
kabupaten/kota sebagaimana yang diamanatkan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak<br />
Daerah dan Retribusi Daerah.<br />
Alokasi DBH Pajak dalam RAPBN 2011 tersebut telah memperhitungkan kurang bayar DBH<br />
PPh tahun 2009 sebesar Rp2,5 miliar dan kurang bayar DBH PBB tahun 2009 sebesar<br />
Rp16,5 miliar. Alokasi DBH Pajak dalam RAPBN 2011 tersebut, terdiri atas: (i) DBH PPh<br />
sebesar Rp13,1 triliun, atau lebih rendah Rp43,7 miliar (0,3 persen) dari DBH PPh dalam<br />
APBN-P tahun 2010 sebesar Rp13,2 triliun; (ii) DBH PBB sebesar Rp26,2 triliun, atau lebih<br />
tinggi Rp3,2 triliun (13,7 persen) dari DBH PBB dalam APBN-P tahun 2010 sebesar Rp23,1<br />
triliun; dan (iii) DBH Cukai Hasil Tembakau sebesar Rp1,2 triliun, atau lebih tinggi Rp43,8<br />
miliar (3,9 persen) dari DBH Cukai Hasil Tembakau dalam APBN-P tahun 2010 sebesar<br />
Rp1,1 triliun.<br />
DBH Sumber Daya Alam (SDA)<br />
DBH SDA, terdiri dari SDA pertambangan minyak bumi, SDA pertambangan gas bumi,<br />
SDA kehutanan, SDA pertambangan umum, SDA perikanan, dan SDA panas bumi. Sesuai<br />
dengan ketentuan Pasal 14 huruf e dan huruf f, dan Pasal 106 ayat (1) UU Nomor 33 Tahun<br />
2004, mulai tahun 2009 alokasi untuk daerah dari bagi hasil minyak bumi dan gas bumi<br />
ditetapkan masing-masing 15,5 persen dan 30,5 persen dari penerimaannya setelah dikurangi<br />
komponen pajak dan pungutan lainnya. Porsi sebesar 0,5 persen dari DBH SDA Migas tersebut<br />
diarahkan sebagai tambahan anggaran pendidikan dasar, kecuali bagi daerah provinsi dan<br />
kabupaten/kota berdasarkan undang-undang otonomi khusus telah diatur tersendiri.<br />
Dalam rangka melaksanakan amanat UU Nomor 21 Tahun 2001 sebagaimana diubah<br />
dengan UU Nomor 35 Tahun 2008 tentang Otonomi Khusus Papua dan UU Nomor 11<br />
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, dalam RAPBN 2011 dialokasikan tambahan DBH<br />
SDA Migas untuk Propinsi Papua Barat dan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).<br />
Adapun rincian tambahan tersebut adalah minyak bumi sebesar 55 persen dan gas bumi<br />
sebesar 40 persen, sehingga proporsi migas untuk ketiga daerah tersebut masing-masing<br />
menjadi sebesar 70 persen.<br />
UU Nomor 33 Tahun 2004 mengamanatkan bahwa realisasi penyaluran DBH yang berasal<br />
dari sektor minyak bumi dan gas bumi tidak melebihi 130 persen dari asumsi dasar harga<br />
minyak bumi dan gas bumi yang telah ditetapkan dalam APBN tahun berjalan, yang berlaku<br />
mulai tahun 2009. Selanjutnya, dalam hal bagi hasil minyak dan gas bumi melebihi 130<br />
persen dari asumsi APBN, maka selisih kelebihan dimaksud akan dihitung dengan pendekatan<br />
kesenjangan fiskal (Fiscal Gap) dalam formula DAU dan disalurkan melalui mekanisme<br />
APBN Perubahan.<br />
V-30 Nota Keuangan dan RAPBN 2011