Download - Badan Pembinaan Hukum Nasional
Download - Badan Pembinaan Hukum Nasional
Download - Badan Pembinaan Hukum Nasional
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
laporan akhir<br />
hakim dari masyarakat pribumi. Pemberlakuan peraturan baru ini<br />
dilakukan secara bertahap. Untuk daerah Kalimantan Selatan dan Timur<br />
dimulai pada tanggal 1 April 1934 dengan Stb 1934 No. 116 dan Stb. No<br />
340, untuk Aceh pada tanggal 1 September 1934 dengan Stb 1934 No.<br />
517, untuk Tapanuli pada tanggal 1 oktober 1934 dengan Stb. 1935 No.<br />
465, untuk Kalimantan Barat dan Maluku pada tanggal 1 Januari 1936<br />
melalui Stb. 1936 No. 490 dan pada tanggal 1 Januari n1937 untuk Bali<br />
dan Lombok.<br />
Tahun 1935, melalui Stb. 1935 No. 102,<br />
disisipkan pasal 3a<br />
kedalam R.O, yang secara singkat pasal ini menyebutkan melanjutkan<br />
kewenangan hakim- dari masyarakat hukum kecil untuk memeriksa<br />
perkara adat yang menjadi kewenangannya, untuk mengadili secara adat<br />
tanpa menjatuhkan hukuman. Kewenangan hakim ini tidak mengurangi<br />
kewenangan para pihak untuk setiap saat menyerahkan perkaranya<br />
kepada putusan hakim. Dengan disisipkanya pasal ini, menurut Sudikno,<br />
diakui kedudukan peradilan desa. Berdasarkan hal ini, selama<br />
pemerintahan kolonial, dikenal 2 bentuk peradilan bagi orang pribumi,<br />
yaitu peradilan adat dan peradilan desa yang tidak memiliki dasar<br />
perbedaan yang prinsipil.<br />
Di alam kemerdekaan, tanggal 13 Januari 1951 dikeluarkan<br />
UU<br />
Darurat No. 1 Tahun 1951 yang mengatur mengenai tindakan-tindakan<br />
sementara untuk menyelenggarakan kesatuan susunan, kekuasaan<br />
dan<br />
acara pengadilan-pengadilan sipil. Melalui UU ini dipertegas niat untuk<br />
mewujudkan univikasi sistem peradilan. UU ini berisi 4 hal pokok yaitu:<br />
1. Penghapusan beberapa pengadilan yang tidak lagi sesuai<br />
64