Download - Badan Pembinaan Hukum Nasional
Download - Badan Pembinaan Hukum Nasional
Download - Badan Pembinaan Hukum Nasional
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
laporan akhir<br />
semua pihak, termasuk masyarakat umum dari komunitasnya yang tidak<br />
terkait langsung dengan kasus tersebut.<br />
Model penyelesaian sengketa dengan metode musyawarah tersebut,<br />
membuat peradilan adat lolos dari perangkap putusan yang tidak bisa<br />
dijalankan. Karena prinsipnya, putusan diambil berdasar kerelaan<br />
para pihak. Tiada kecurigaan dan prasangka terhadap keputusan yang<br />
diambil. Karena semua proses dilakukan secara terbuka yang<br />
memungkinkan semua pihak menyampaikan seluruh informasi secara<br />
bebas, tanpa harus memikirkan aspek formal.<br />
Dalam kaitannya dengan pengadilan adat, menurut Nurhasan Ismail 41 ada<br />
2 (dua) tingkatan akomodasi yang dapat dilakukan, yaitu :<br />
1. Jika seluruh unsur pengadilan adat yaitu substansi, struktur, dan<br />
kultur (budaya) hukum hendak diakomodasi sebagai bagian dari sistem<br />
peradilan Indonesia, maka bentuk akomodasinya tidak perlu<br />
membentuk pengadilan adat. Namun negara melalui lembaga legislatif<br />
baik di pusat maupun daerah cukup mengakui dan menghormati<br />
eksistensi masyarakat hukum adat yang masih ada dan berlangsung<br />
sampai sekarang. Seharusnya pemberian pengakuan dan penghormatan<br />
masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya tidak perlu<br />
diperdebatkan dan bahkan merupakan suatu kewajiban karena hal<br />
tersebut merupakan amanah konstitusi Indonesia yaitu melalui Pasal<br />
18B ayat (2) UUD Negara RI 1945.<br />
2. Pada tingkatan lainnya, akomodasi tersebut dapat dilakukan terhadap<br />
aspek kultur (budaya) hukum. Artinya, budaya hukum yang melandasi<br />
41 Nurhasan Ismail, Eksistensi Peradilan Adat….Loc.cit, hlm.3<br />
72